Sahur... sahur... Â Tabuhan bedug saat ramadan kini jarang atau bahkan tidak terdengar lagi. Padahal dulu, masyarakat Jakarta selalu memukul bedug sebagai tradisi menyambut datangnya bulan suci.
Selain digunakan untuk membangunkan umat muslim untuk makan sahur sebelum menjalankan ibadah puasa, bedug digunakan sebagai pertanda waktu untuk berbuka puasa. Â
Saat berkeliling, tabuhan pun menyemarakkan suasana ramadan. Termasuk puncaknya pada malam takbiran Idul Fitri. Â Semarak dan memberikan kehangatan saat melihatnya.
Seiring perkembangan zaman, sebelum pandemi, para pemuda dan remaja masih terdengar membangunkan orang yang akan sahur meski dengan menggunakan toa alias pengeras suara.Â
Mereka juga membawa tabuhan meski memanfaatkan tabung galon bekas ukuran besar.
Saat pandemi datang yang diikuti dengan melarang diadakannya pawai keliling, tabuhan saat sahur dan berbuka puasa, tradisi ini dipastikan tak ada.Â
Lagipula, tradisi berkeliling membangunkan sahur dengan tetabuhan juga sudah berkurang karena dianggap membuat bising di malam hari.Â
Tunggu, sempat sekali kudengar di awal ramadan tahun 2021 ini, suara keras menggunakan toa membangunkan sahur.Â
Lalu ada tabuhan terdengar sebentar. Tidur pun tergugah untuk segera menyantap sahur sebelum imsak datang.
Tradisi tabuhan bedug  untuk membangunkan sahur saat ini bisa jadi, tak lagi cocok dengan kemajuan masa kini.Â
Saat ini untuk pengingat  waktu sahur, bisa ditandai dari bunyi alarm jam ataupun ponsel pintar yang sudah disetel sebelumnya. Lebih praktis dan bisa diletakkan di tempat terjangkau sebelum terlelap tidur.