Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Menyusuri Jejak Holokaus Melalui "6 Jam di Auschwitz"

1 Maret 2021   19:44 Diperbarui: 2 Maret 2021   11:44 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbong kematian ke Auschwitz (sumber gambar : Monique Rijkers)

Kamp konsentrasi Nazi di Auschwitz, Polandia, yang masih dipertahankan keasliannya hingga kini, menjadi saksi pernah terjadi holokaus oleh Nazi Jerman. Jutaan orang Yahudi tewas mengenaskan kala itu.

Pemandangan menuju Auschwitz dari kota Krakow, Polandia terlihat dari jendela kendaraan yang bergerak.

Dalam perjalanan yang ditempuh sekitar 1,5 jam, pedesaan khas Eropa tampak berjejer.

Sejak dibuka tahun 1947, bekas kamp konsentrasi terbesar milik Nazi Jerman itu, sudah didatangi lebih dari 25 juta orang.

Keingintahuan mengenai holokaus, mempelajari atau mengenang peristiwa yang memilukan itu, membuat turis dari berbagai negara tak berhenti mengunjungi kamp konsentrasi Polandia.

Monique Rijkers dari Hadassah Indonesia. (Sumber gambar : tangkap layar Festival Bhineka 4)
Monique Rijkers dari Hadassah Indonesia. (Sumber gambar : tangkap layar Festival Bhineka 4)

Monique Rijkers, pendiri Hadassah of Indonesia, salah satunya. Perempuan Indonesia keturunan Yahudi ini mengisahkan pengalamannya studi kunjungan melalui tayangan sebuah video dokumenter berjudul "6 jam di Auschwitz".

Film berdurasi kurang dari 10 menit itu diputar pada Festival Kebhinekaan 4, bertema "Unity in Diversity" yang diadakan virtual, Sabtu, 27 Februari 2021.

Melalui yayasan Hadassah of Indonesia, Moniquememperjuangkan keragaman beragama, khususnya segala hal terkait Yahudi dan Israel.

Dalam tayangan disampaikan, sejak tahun 1940 sampai dengan tahun 1945 pada Perang Dunia II, Nazi sudah membawa 2,3 juta orang ke kamp konsentrasi Auschwitz.

Krematorium Auschwitz (Sumber : Monique Rijkers)
Krematorium Auschwitz (Sumber : Monique Rijkers)
Holokaus adalah genosida. Berasal dari bahasa Yunani, Genosida bermakna pembunuhan berdasarkan ras dan mulai dipakai tahun 1944. Kejahatan kemanusiaan yang dilakukan secara sistematis.

Dari 1,3 juta orang yang dibawa ke Auschwitz, sekitar 1,1 juta orang tewas. Sebanyak 90 alah orang Yahudi. Korban lain berasal dari Polandia, Gipsy, Soviet dan berbagai etnis lainnya.

Auschwitz sendiri, merupakan nama pemberian dari Jerman, mengambil nama kota Oswiecim, Polandia. Tepatnya, setelah Polandia ditaklukan Jerman pada tahun 1940. 

Kamp Konsentrasi yang Luas

Dari berbagai tur yang ada dunia Auschwitz, Monique memilih tur khusus untuk belajar selama 6 jam di Auschwitz dan Birkenau.

Dari tayangan video, terlihat betapa luasnya kamp konsentrasi Auschwitz. Terdiri atas 3 elemen yakni, Auschwitz, Birkenau dan Monowitz. Disebut juga dengan Auschwitz 1, Auschwitz 2 dan Auschwitz 3 dengan 40 sub kamp.

Hingga kini, kamp konsentrasi Auschwitz dan Birkenau masih dipertahankan sesuai dengan bentuk aslinya. Tetap dijaga seperti saat kamp konsentrasi ini ditemukan tentara Sekutu pada Januari tahun 1945.

Perbedaannya adalah kamp konsentrasi Auschwitz terbuat dari bata merah, sementara kamp konsentrasi Birkenau terbuat dari kayu.

Menara Penjaga Auschwitz (sumber gambar: Monique Rijkers)
Menara Penjaga Auschwitz (sumber gambar: Monique Rijkers)
Tiap orang yang dibawa ke kamp konsentrasi ini hanya berpikir mereka akan dipaksa bekerja.

Arbeit Macth Frei, yang dalam bahasa Jerman artinya bekerja akan membebaskanmu.

Orang-orang itu tidak pernah menyangka jika hidup mereka akan berakhir di kamp konsentrasi.

Sebagian di antara mereka diangkut dengan kereta api menggunakan gerbong kematian.

Kota Krakow di Polandia dipilih oleh Nazi sebagai pusat pemerintahan karena letaknya strategis, berada di tengah-tengah Eropa.

Dari kota inilah, Nazi banyak mengangkut orang-orang Yahudi ke kamp konsentrasi.

Saat peristiwa itu terjadi, tidak ada penduduk setempat. Nazi telah mengosongkan kota Auschwitz sehingga Nazi bebas menjalankan aksinya.

Mereka mendata jumlah orang Yahudi di Eropa masa yang mencapai 10,8 juta jiwa.

Orang Yahudi lalu dibawa ke Auschwitz untuk pemusnahan. Caranya dengan dimasukkan ke kamar gas. Dibunuh begitu tiba disana. Sisa-sisa kamar gas itu masih terlihat.

Tahanan yang selamat menjadi saksi mata berharga mengenai solusi akhir yang dilakukan Nazi.

Reruntuhan kamar gas Auschwitz (sumber gambar :Monique Rijkers)
Reruntuhan kamar gas Auschwitz (sumber gambar :Monique Rijkers)

Dari Kamar Gas Hingga Gerbong Kematian

Selama enam jam di Auschwitz, menyusuri kamar kamp konsentrasi, kamar gas, krematorium, pekuburan dan bagian tempat tentara Nazi menyimpan barang-barang para korban holokaus.

Saat itu, tentara Nazi membongkar koper-koper korban. Tumpukan jutaan piring dan cangkir kaleng, aneka sikat, serta ribuan sepatu milik korban holokaus bisa terlihat.

Gunungan sepatu di kiri dan kanan ada dalam dinding kaca dan jadi bukti nyata dari banyaknya kehidupan yang hilang di kamp konsentrasi Auschwitz dan Birkenau.

Jenazah korban Genosida dikremasi. Padahal, menurut adat Yahudi, manusia tercipta dari tanah maka harus kembali ke tanah secara alamiah.

Monique merasakan dinginnya suhu udara meskipun sudah menggunakan dua jaket dalam kunjungan ke Auschwitz, yang dilakukan bulan November jelang musim dingin.

"Bagaimana kondisi saat itu, saat terdapat anak-anak dan manula di kamp konsentrasi yang tanpa pakaian hangat, selimut dan makanan," kata Monique, yang pernah berfoto dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Kawasan perkuburan tempat korban pembantaian di Auschwitz dan Birkenau ditutup dengan pagar rantai. Pengunjung tidak boleh menginjak tanah di area ini demi menghormati para korban.

Gerbong kematian ke Auschwitz (sumber gambar : Monique Rijkers)
Gerbong kematian ke Auschwitz (sumber gambar : Monique Rijkers)

Tak hanya di Auschwitz

Dalam diskusi setelah pemutaran film disampaikan, holokaus atau glenosida, sebenarnya tak hanya berarti di Auschwitz saja. Genosida abad modern pun sebenarnya terjadi.

Pada tahun 1915 hingga 1923, genosida terjadi di Armenia. Satu juta orang meninggal dunia saat akhir masa Ottoman berkuasa.

Selain itu, di Kamboja sekitar 2 juta orang menjadi korban. Belum termasuk Rwanda, berupa konflik antar suku Tutsi dan Hutu. Korban terbesar adalah suku Tutsi tapi dari suku Hutu pun ada.

Genosida juga menimpa Bosnia dengan banyak korban tewas. Di Sudan, konflik antar agama yang dimulai tahun 2003, mengakibatkan pengungsian besar-besaran untukmenyelamatkan diri.

Ujung-ujungnya, terbentuklah Sudan Selatan dengan mayoritas penduduk Kristen pada tahun 2011.

Padahal, resolusi Dewan Keamanan PBB pada tahun 1951 menegaskan tidak boleh ada genosida.

Bunker Nazi (sumber gambar : Monique Rijkers)
Bunker Nazi (sumber gambar : Monique Rijkers)

Kebijakan Diskriminatif Nazi

Bayangkan jika lahir sebagai orang Yahudi di saat Nazi berkuasa. Kehidupan bisa berakhir di kamp konsentrasi.

Jumlah korban menunjukkan besarnya kejahatan atas kemanusiaan. Satu angka mewakilkan satu nyawa yang hilang dan satu mimpi yang hancur.

Mengingat korban, mengenang holokaus dan kejahatan kemanusiaan saat itu, melawan diskriminasi kebencian dan rasial merupakan cara mengenang para korban.

Kebencian terhadap suatu ras, etnis ataupun agama tertentu bisa mengakibatkan kebijakan yang diskriminasi. Hal inilah yang harus dihindari.

Salah satu kebijakan diskriminatif Nazi adalah memberikan penanda huruf pada paspor orang Yahudi.

Yahudi tidak boleh masuk sekolah umum atau kampus. Ada kawasan khusus dilarang masuk bagi orang Yahudi dan larangan menikah dengan orang Jerman

Belajar dari Holokaus

Holokaus bukanlah sesuatu yang terjadi tiba-tiba, tapi secara tahap demi tahap terhadap kebijakan.

Nah, segala hal yang bisa menimbulkan kebijakan diskriminatif harus dicegah.

Siapapun sebagai warga negara, harus kritis terhadap kebijakan yang diambil pemimpinnya. Terutama pada hal yang memperlebar jurang diskriminasi.

Apalagi, Indonesia merupakan negara yang terdiri atas banyak suku, agama dan bahasa. Hal-hal yang mengarah diskriminatif dan menjurus ke arah itu, wajib dihindari.

***

Oh ya, jika ingin berkunjung ke kamp konsentrasi Auschwitz, menurut Monika Rijkers, sebaiknya membuat janji terlebih dulu. Ada beberapa pilihan tur, ada yang satu jam hingga dua hari.

Monika Rijkers memilih tur belajar selama 6 jam, dengan masing-masing membayar sekitar Rp 300.000.

Setiap grup study tour terdiri atas 20 orang dari berbagai kebangsaan dengan didampingi pemandu. Semoga, jangan ada lagi holokaus. Jangan ada lagi kebencian rasial.

--010321dhu--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun