Sempat menikmati  luapan bacaan di banyak media cetak menjadi kenangan tersendiri. Namun, rasa kehilangan semakin berkurangnya media cetak juga terasa.Â
Mungkinkah media cetak akan benar-benar hilang? Mungkinkah nantinya hanya akan menjadi kenangan pernah ada suatu media dalam bentuk tercetak?Â
Ah, mungkinkah juga rasanya aku terbawa nostalgia masa lalu? Kenyataannya, aku pun penikmat bacaan digital.Â
Aku senang dengan hadirnya digital karena membaca bisa sesuatu lebih cepat dan lebih mudah dicari.
Untuk membaca informasi terkini, tidak perlu repot membawa-bawa media cetak. Seringkali, sebuah media cetak tak cukup dimasukkan tas, sehingga perlu dilipat-lipat agar muat.Â
Bayangkan saja, misalnya, dulu koran Kompas cukup sering terbit dalam 48 halaman. Koran lainnya pun juga tak kalah banyak.Â
Saat ini, koran cetak dengan 16 halaman pun sudah terbilang bagus. Ada yang lebih tipis. Masih beruntung masih bisa terbit.Â
Awal tahun 2021, ada media cetak yang tidak terbit. Koran Tempo pun beralih ke versi digitalnya. Bisa jadi, salah satu alasannya jumlah pelanggan koran cetak yang jauh berkurang.
Mereka yang Terdampak Digitalisasi
Peringatan hari pers nasional tahun 2021 ini dikabarkan kelabu. Kolaborasi dan merambah digital menjadi strategi bertahan.Â
Di balik kelabunya dan sulit bertahannya media cetak, pekerja pers dan pekerja di sebuah media tentunya sangat terdampak.
Mereka terancam dari segi penghasilan. Ada bayangan, bisa saja terkena pengurangan karyawan.Â