Dear Dika,Â
Senja mungkin sebentar lagi tiba saat kamu membaca tulisanku. Aku yakin, kamu sudah bersiap-siap dengan beberapa lembar kertas dan sekotak pensil warna.Â
Sejak guncangan gempa yang mengguncang Sulawesi Barat, dan membuatmu harus tinggal di tempat pengungsian, kamu selalu menunggu hadirnya senja.Â
Sabarlah, semua akan berlalu. Saat ini, meski di tempat terpisah, aku pun sudah siap dengan beberapa lembar kertas dan sekotak pensil warna di hadapanku.Â
Kita akan menggambar bersama. Mengekspresikan kenangan indah dan keinginan yang terpendam di dalam hati.Â
Tanpa banyak berkata, kamu tersenyum. Tanganmu yang memegang pensil sudah beraksi di atas kertas.Â
Perlahan, gambar dua buah ayunan sudah dibuat. Di bawah ayunan itu, kamu menambahkab pasir dengan torehan titik-titik.Â
Ah, aku tahu. Kamu pasti akan mengajak seorang temanmu untuk naik ayunan itu bersama-sama. Ataukah, kamu mau mengajakku?Â
Dengan ayunan yang cukup kencang dan berirama, kamu bisa tertawa lepas. Berteriak gembira saat terbawa angin berembus ke posisi yang lebih tinggi.Â
Begitu ayunan selesai dibuat, kamu menggambar sebuah perosotan. Beberapa anak seusiamu tampak ada di dekatnya.Â
Ada yang sedang meluncur dari atas, ada yang baru saja tiba di dasar, ada juga yang baru akan menaiki tangga sebelum sampai di puncak untuk meluncur.Â