Aku suka setiap kali melihatmu menggambar. Matamu terlihat berbinar-binar. Dengan tekun, garis dan goresan pensilmu sudah memenuhi seluruh kertas putih.Â
Imajinasimu berkembang. Kamu menambahkan pelangi warna-warni di antara ayunan dan perosotan yang kamu buat.Â
Oh iya, aku baru ingat. Kamu yakin di ujung pelangi biasanya seseorang akan menemukan kebahagiaan. Setidaknya, jalan keluar atas sebuah masalah.Â
Kamu mulai mewarnai, Dika. Warna biru muda menjadi andalanmu. Langit yang biru menurutmu begitu menenangkan. Sekaligus menjanjikan harapan.Â
"Aku ingin bisa bermain bebas bersama teman-teman seperti dulu, " ucapmu.Â
Dua pekan sejak gempa  bermagnitudo 6,2 di Mamuju, bukan waktu sebentar bukan? Sebab, Dika tak pernah tahu sampai kapan harus berada di tempat pengungsian.Â
Kenapa menyukai senja, Dika? Kamu tersipu. Lalu, menjawabnya sederhana.Â
Senja selalu indah dilihat. Jika alam sedang baik-baik saja, banyak orang yang ingin melihat matahari perlahan menghilang.Â
Demi sebuah senja, banyak orang rela jauh berpergian. Mengabadikannya melalui jepretan kamera ataupun dengan caramu melukis senja.Â
Senja yang perlahan berubah malam, menurutmu selalu menyisakan kecantikannya pada malam.Â
Ehem, aku mengernyitkan dahi. Malam itu kan gelap? Kamu akan memandangku tajam. Bersikukuh jika malam akan berganti menjadi pagi yang sangat cerah.Â