Gempa ini, katamu, akan usai. Tempat itu kamu ibaratkan sebuah kondisi malam.Â
Meski pekat, tetap ada sinar yang memancar indah. Selalu ada lampu penerang.Â
Serupa itulah kamu bisa berada di tempat pengungsian atas bantuan orang baik, kala gempa mengguncang.Â
Lembar-lembar kertas yang diberikan tim layanan dukungan psikosial kementerian di posko pengungsian, menjadi temannya berjuang hari demi hari.Â
Kemarin kamu menggambar sebuah tempat pengungsian dengan pintu keluar terbuka lebar. Di atasnya, ada gambar serupa bola berduri.Â
"Itu virus covid. Kami di pengungsian dibayangi terus. Bisa terkena kapanpun jika badan lemah," katamu.Â
Namun kamu selalu berpikiran positif. Pintu yang terbuka lebar, lagi-lagi kamu istilahkan sebagai jalan keluar.
Ah Dika, kamu tekun sekali menggambar. Katamu, sedang membuat maha karya lukisan di kanvas meski kamu hanya menggambarnya di atas kertas dan menggunakan pensil warna.Â
Dika, lembar kertasku saat ini juga sudah mulai penuh. Aku menggambar sebuah rumah baru untukmu.Â
Tepat di halaman depan rumah, aku juga membuat ayunan supaya kamu bisa bermain dengan teman-temanmu.Â
Melalui sebuah gambar, Dika, semoga harimu terhibur. Gambar-gambar hasil imajinasi merupakan pelipur lara yang terbaik.Â