Fathy Kusumo, Ketua Umum VII INSA (Indonesian National Shipowners Association)Â mengatakan, jika tren di dunia pelayaran saat ini adalah efisiensi dan persaingan harga. Semakin besar kapal, semakin efisien. Itulah sebabnya, kebutuhan akan pelabuhan besar semakin meningkat.
Investasi pelabuhan, bukanlah pada pelabuhan kecil. Untuk investasi pelabuhan umum terdapat hal-hal yang harus diperhatikan. Dalam lingkungan perairan, ada tiga hal, yakni Capital dredging alur dan kolam pelabuhan, pembangunan break water, rambu-rambu pelabuhan.
Dalam lingkungan daratan, ada pembebasan lahan/tanah dan reklamasi pembangunan dermaga dan fasilitasnya, terminal penumpang, lapangan peti kemas, gudang-gudang.
Sementara  pada mechanical, electrical, pipa dan lainnya menyangkut  peralatan bongkar muat peti kemas, peralatan untuk general cargo, pipa dan pompa cairan cair, converter belt untuk curah kering, dan garbarata untuk penumpang.
Sebelum reformasi birokrasi besar-besaran, INSA Â sebagai wadah pengusaha pelayaran di Indonesia, mencatat sejumlah kendala yang dihadapi swasta dalam peraturan dan paradigma lama. Urusan perizinan sangatlah banyak.
"Kalau nggak salah ada 23 izin, 14 atau 17 kajian  dan itu after another. Kalau ini selesai baru bisa dapat ini, " kata Fathy.
Sehingga  kalau dirangkaikan bisa bertahun-tahun untuk mendapatkan izin. Selama ini tidak bisa di breakthrough.Â
"Jadinya, untuk pelabuhan-pelabuhan yang strategis sangat sulit. Selama ini belum banyak dilibatkan. Setahu saya, yang baru sukses ada di Palaran, gabungan kerja sama antara Samudra Indonesia, Pemda Samarinda dan Pelindo IV tutur Fathy.
Mengenai kendala dalam pembangunan pelabuhan di Indonesia, juga disampaikan oleh Febry selaku Ketua Asosiasi Pelabuhan Indonesia (ABUPI).Â
Sebenarnya ajakan pemerintah sudah cukup gencar sudah disuarakan dimana-mana agar  swasta ikut partispasi dalam pembangunan infrastruktur, termasuk pelabuhan.
Sayangnya, meskipun sudah digembar-gemborkan dan disuarakan, swasta seperti mau gak mau, nggak maju atau mundur.