Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

The Music of Silence, Tidak Ada Mimpi yang Mustahil

21 Mei 2020   21:58 Diperbarui: 23 Mei 2020   05:02 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amos saat bernyanyi dengan penyanyi rock Zucchero Fornaciari (sumber: screenshot tayangan Mola TV)

Tidak ada mimpi yang mustahil. Untuk mencapai kesuksesan, hambatan selalu ada. Namun, semua akan berbuah manis bila terlampaui. Itulah yang telah dicapai oleh Andrea Bocelli, yang memoarnya dituangkan dalam film berjudul The Music of Silence.

Hingga kini, Andrea Bocelli tetaplah seorang penyanyi musik klasik yang terkenal sepanjang masa. Rekaman suaranya mencapai rekor terjual hingga puluhan juta kopi di seluruh dunia.

Namun, apa yang diraih Andrea Bocelli untuk menjadi penyanyi tenor terkenal tidaklah mudah. Terlebih Bocelli dilahirkan dalam keadaan cacat mata bawaan. 

Dalam film berjudul The Music of Silence, Andrea mengungkapkan kisah hidupnya. Tujuannya untuk menginspirasi orang muda agar bisa mengatasi hambatan yang ditemui dalam meraih cita-cita. 

Dalam film bergenre biografi dan musik yang dirilis tanggal 2 Februari 2018 di Amerika Serikat, dibuat berdasarkan memoar dari Andrea Bocelli. Kisah dalam The Music of Silence bergulir menggunakan nama Amos Bardi. Sejak dari kelahirannya di Tuscany, masa sekolah, hingga kesuksesannya.

Ibu Amos baru menyadari jika ada kelainan pada anaknya saat Amos berusia 5 bulan karena selalu rewel. Awalnya Sandro, ayah Amos menduga menangis adalah cara berkomunikasi seorang bayi.

Setelah diperiksa ke dokter, ternyata terungkap jika Amos Bardi mengidap Congenital bilateral glaukoma (kerusakan mata bawaan). Kerusakannya parah sehingga memerlukan sejumlah operasi mata.

The Music of Silence. Sumber : (mycinemag.com)
The Music of Silence. Sumber : (mycinemag.com)
Meski demikian, satu buah matanya masih dapat melihat meski dalam pandangan terbatas. Pada usia 12 tahun saat belajar di sebuah institut tuna netra, Amos Bardi benar-benar kehilangan penglihatan kedua matanya akibat bermain sepak bola.

Namun minat Amos Bardi pada musik sudah terlihat sejak saat balita. Ketika habis operasi, Amos mendengar suara musik di kamar perawatan di sebelahnya. Saat sekolah di institut tuna netra, gurunya merasa kagum saat mendengar suara Amos bernyanyi.

Giovani, paman Amos berperan besar dalam mendukung bakat Amos. Pamannya mengajaknya ikut seleksi menyanyi. Amos yang saat itu menyanyikan lagu Reginella lolos ke final Piala Margherita. Bahkan, Amos berhasil meraih kemenangan pada penghargaan tertinggi di Tuscany itu. Target selanjutnya adalah ke Sanremo.

Namun, keinginan tak berjalan mulus. Saat tampil di gereja dalam pernikahan sahabat pamannya, Amos tiba-tiba kehilangan suara. Amos pun menjadi tidak yakin akan kemampuannya dalam bernyanyi. Meskipun kedua orang tuanya meyakinkan perubahan suara adalah hal yang biasa bagi anak laki-laki, Amos bergeming.

"Setiap tuna netra belajar alat musik atau jadi tukang pijat," ucap Amos pada kedua orang tuanya. Amos ingin bekerja di bidang yang berbeda, yakni dengan mengambil jurusan hukum.

Amos pun sempat mengungkapkan, Tuhan itu Ada? Namun agar ayahnya tak kecewa, Amos akhirnya tetap belajar musik di SMA Lajatico. Setelah lulus SMA, Amos kemudian bekerja di sebuah bar piano bersama temannya Adriano. Amos sempat menyanyikan sebuah lagu pada ulang tahun seorang pengunjung wanita bernama Elena, yang kelak menjadi istrinya.

Amos bermain musik tanpa mendengar. Pamannya yang selalu mendukung berusaha agar Amos bangkit. Dia mengundang seorang kritikus opera dan meminta Amos untuk bernyanyi di hadapannya. Namun, kata-kata kritikus itu justru menjatuhkan mental Amos.

Hingga suatu hari, seorang petugas stem piano yang mengagumi bakat langka dan suara emas Amos memperkenalkannya pada Suarez Infiesta, seorang mastro hebat yang sudah bekerja dengan semua penyanyi hebat. Salah satunya Franco Corelli, yang merupakan salah satu penyanyi yang disukai Amos.

Sang maestro mengajukan syarat untuk siap menjadikan musik satu-satunya alasanmu untuk hidup Amos. Hanya bersedia mengajari untuk menjadi penyanyi tenor hebat jika Amos mau melakukan pengorbanan hebat.

Maestro mengajarkan diam adalah disiplin yang paling penting dan sulit. Menurutnya, penyanyi sebelum pertunjukan harus berada dalam keadaan hening yang absolut. Sulit namun setelah mempelajarinya maka tidak membutuhkan kata-kata. Bahkan bisa merasakan sendiri suara napas.

Namun, Amos sudah punya keuntungan luar biasa karena sudah akrab dengan suara. Selama ini suara memandu langkah untuk menjalani kehidupan. Keheningan musikal menjadi penuntun untuk melewati bagian terdalam diri. Lalu diungkapkan melalui kesempurnaan lagu yang indah.

Sebagai hadiah, maestro mengajaknya rekaman di sebuah studio. Di tempat itulah, Amos bertemu dengan Samuel Trani, agen musisi yang kemudian meneleponnya dan memberi tawaran untuk menyanyi bersama penyanyi rock Zucchero Fornaciari. Eksperimen musik menggabungkan musik klasik dengan rock

Sayangnya, kemudian hingga bertahun-tahun tidak ada kabar. Dalam keadaan nyaris putus asa karena tidak ingin bergantung hidup pada ayahnya, Amos menerima telepon dari Zucchero. Dari situlah, dimulai kesuksesan pertama Amos yang berhasil menjejakkan kaki ke Sanremo dan menjadi penyanyi klasik terkenal di dunia.

Pesan dalam film The Music of Silence

Amos dengan tukang stem piano yang memperkenalkannya pada maestro terkenal (sumber:imdb.com)
Amos dengan tukang stem piano yang memperkenalkannya pada maestro terkenal (sumber:imdb.com)
Film The Music of Silence memang termasuk lawas karena dibuat pada tahun 2018. Namun, saat menonton tayangan perdananya di Mola TV Movies, siapapun yang akan melihatnya akan merasa tersentuh dan terinspirasi. 

Seorang dengan keterbasan, yakni tuna netra seperti Amos Bardi mampu meraih kesuksesan meski tidak dalam usia yang belia lagi.

Ada beberapa pesan menarik dalam film The Music of Silence :

1. Percayalah pada Tuhan 

Setiap orang harus yakin pada rencana Tuhan yang menuntun lewat tanda-tandanya. Bila waktunya sudah datang, kesuksesan akan teraih. Hal yang terpenting adalah terus berusaha dan terus berlatih hingga akhinya datang saat yang tepat dan semua arah akan menuntun pintu sukses yang terbuka.

2. Berusaha lebih

Saat anak-anak, Amos menyadari dirinya dan menggungkapkannya. "Kalau yang lain melompati rintangan, aku harus melompati gunung. Kalau mereka menunggang kuda, aku harus menunggang harimau. Kalau ingin seperti orang lain, aku harus melakukan lebih baik dari mereka."

3. Tidak Ada Kebetulan

Di dunia, tidak ada yang namanya kebetulan. Amos sejak kecil sudah menyukai musik. Dengan talenta yang dimiliki, Amos tetap berlatih. Tetap bersedia dilatih oleh sang maestro. Setelah menunggu bertahun-tahun akhirnya memperoleh kesempatan bernyanyi duet dengan penyanyi rock terkenal, yang hanya memberitahunya konser dilangsungkan satu minggu.

Persiapan dan latihan yang dilakukan terus menerus, telah membuat penampilan Amos memukau, digemari banyak orang, sehingga membuka jalannya menjadi penyanyi terkenal dengan puluhan juta kopi album rekaman.

4. Ada cinta di setiap tindakan

Cinta menjadi energi di balik setiap nada yang ditulis Amos. Kehidupan tak pernah jauh-jauh dari cinta. Amos sejak kecil, selalu dalam limpahan kasih sayang orang tua, keluarga, dan dukungan dari orang-orang terdekatnya untuk menggapai kesuksesan. 

5. Tidak Mudah Menyerah

 Banyak orang yang pesimis akan kemampuan terbatas seorang tuna netra. Salah satunya ditunjukkan oleh seorang kritikus opera. Namun, sikap tidak mudah mnyerah dan mampu disiplin menjadi salah satu kunci kesuksesan. Kesungguhan untuk fokus menjadi penyanyi tenor. 

Inspiratif untuk Ditonton

Film The Music of Silence merupakan adaptasi novel tahun 1999 yang ditulis langsung oleh Andrea Bocelli. Meskipun berlatar kisah nyata, nama yang digunakan adalah Amos Bardi, yang disukai oleh Andrea.

Andrea Boccelli sendiri hadir sebagai cameo. Disutradari oleh Michael Radford, film ini dibintangi oleh beberapa bintang besar, yakni Antonio Banderas, Jordi Molla, Toby Sebastian, Luisa Ranieri, Paola Lavini, Alessandro Sperduti, dan lainnya.

Alunan musik dan lagu dalam film sangat menyenangkan untuk didengarkan. Film yang sangat inspiratif ditonton, terutama untuk para pemuda yang masih punya banyak mimpi untuk meraih cita-citanya. Rasanya tak ingin beranjak sampai film selesai.

 Apalagi, saat ini sangat mudah menontonnya cukup dengan mengakses website atau apllikasi Mola TV Movies yang jernih tayangannya, saluran sekaligus layanan multiplatform televisi kabel, IPTV, dan video on-demand-over-the-top di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun