Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Optimisme yang Menyatukan di Hari Ramadan dan Perayaan Waisak

7 Mei 2020   23:58 Diperbarui: 8 Mei 2020   00:12 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peringatan waisak pada tahun 2019 yang berlangsung dengan meriah di Candi Borobudur (foto:Antara)

Pada usia 35 tahun pada purnama di bulan waisaka, Siddharta  mencapai pencerahan sempurna setelah berjuang selama 6 tahun. Lebih menderita dari penderitaan yang telah dilihat sebelumnya . Guru agung telah menemukan jalan, sebab penderitaan dan jalan keluar dari penderitaan.   

Apa  saja? yakni jangan berbuat yang buruk. Menjaga diri adalah tanggung jawab semua orang, Keburukan merusak orang lain dan merusak diri sendiri. Berhati-hatila dalam berbicara dan berhati-hatilah dalam menulis. Megendalikan diri adalah awal untuk mengatasi penderitaan.

Optimisme, Kebajikan, dan Gotong Royong

Peringatan Tri Suci Waisak bertepatan dengan umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa di bulan ramadan yang disebut sebagai bulan suci. Saat berpuasa, umat Islam juga diharuskan mengendalikan diri dari perbuatan tidak baik. Mengendalikan hawa nafsu.

 Dalam bulan suci ramadan, umat Islam diminta melakukan banyak beramal soleh dan bersekah. Andaikata tidak ada materi, kebaikan yang diberikan untuk menolong orang lain dapat berupa apa saja.

Hal ini serupa dengan kebajikan yang diajarkan Buddha. Apapun bisa diberikan, baik berupa segelas air putih, obat-obatan, hingga tempat berteduh. Perbuatan yang baik sudah pasti  akan menentramkan hati. Tentu saja, kebaikan yang dilakukan harus dilakukan dengan ketulusan hati. Tanpa keinginan mendapatkan pujian dan pahala.

Untungnya, nenek moyang orang Indonesia memiliki semboyan gotong royong. Dalam gotong royong, kasih sayang bisa dilakukan tanpa pamrih dan tanpa berharap pahala.

Buddha juga telah mengingatkan siap untuk menerima perubahan yang tidak bisa dihindari. Umur tua, penyakit, dan kematian bisa datang. Semua ini tidak harus menjadi penderitaan mental jika dilatih dengan sunggu-sungguh. Perubahan harus diterima karena memang tidak bisa dihentikan.

 Dalam Islam, ramadan juga merupakan bulan menempa diri untuk menjadi lebih baik. Menjadi manusia yang semakin baik ahlaknya. Menumbuhkan rasa empati dan rasa kepedulian yang lebih tinggi terhadap sesama melalui puasa dan zakat.

Ya, terkait dengan bulan ramadan dan hari raya waisak yang  jatuh pada bulan yang sama, kata kepedulian menjadi salah satu cara untuk saling membantu siapapun yang terdampak covid-19.

Kebersamaan  yang menyatukan. Dengan dilakukan secara bergotong royong tanpa membeda-bedakan siapa pun, rasa optimisme untuk mengatasi kesulitan yang timbul akibat wabah pada tahun 2020 ini bisa diatasi. Semangat hari ramadan dan hari raya waisak yang menumbuhkan optimisme.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun