Ramadan di masa pandemi covid-19 yang mengharuskan jaga jarak dalam berinteraksi, bukan berarti nggak bisa ngabuburit yang asyik. Banyak kegiatan seru yang bisa dilakukan sampai azan berbuka puasa terdengar. Semuanya bisa dilakukan di rumah saja. Â
Salah satunya  jalan-jalan ke tempat wisata. Lho, kok bisa?  Bisa dong, bahkan dianjurkan. Dengan kegiatan berwisata dari rumah ini,  tidak hanya bisa menjelajah di suatu daerah yang ditinggali saja. Bisa ke seluruh Indonesia, bahkan hingga ke seluruh dunia. Semua itu dimungkinkan karena berupa kegiatan wisata virtual.
Adalah Ira Lathief, pendiri Wisata Kreatif Jakarta yang mengajak saya untuk ikut serta dalam salah satu tur virtualnya. Sebelum pandemi covid ini terjadi di Indonesia yang berpengaruh pada dunia pariwisata, kompasianer satu ini memang pemandu  wisata jalan kaki ke tempat wisata yang ada di Jakarta.Â
Saya beberapa kali mengikuti kegiatan wisata jalan kakinya. Ternyata, banyak hal menarik yang bisa dilakukan sehingga jadi lebih tahu. Misalnya, jelajah ke rumah ibadah bukan dari agama yang dianut.
Kalau berwisata, saya memang  termasuk wisatawan yang bukan cuma sekedar cari senang-senang dengan berfoto-foto saja. Harus ada wawasan dan pengetahuan yang diperoleh. Ada pengalaman berbeda yang inginnya bisa didapatkan.  Â
Mari Wisata Virtual
Nah minggu kemarin, saya mengikuti wisata virtual dengan jelajah masjid paling menarik di Jakarta. Pas banget  kan untuk suasana ramadan? Rasa kangen dan jalan-jalan untuk wisata religi serasa dibangkitkan.
Haha, kapan terakhir kali saya ke masjid-masjid besar di Jakarta yang indah dan agung ini? Apalagi di masa pandemi covid-19 ini yang meniadakan kegiatan berkumpul di tempat ibadah untuk memutus mata rantai virus korona. Â
Di depan layar smartphone dengan menggunakan aplikasi zoom meeting yang telah dibuka aksesnya, Â Ira Lathief selaku pemandu, melakukan penjelasan mengenai jelajah mesjid paling menarik di Jakarta dengan dukungan gambar yang bisa dilihat peserta.
Semua mesjid ini memiliki keunikan dan keindahan dan sangat pantas dijadikan lokasi wisata religi. Ada kisah sejarah, hikmah, dan pelajaran yang bisa diambil dari masjid-masjid itu.
Masjid Istiqlal, misalnya. Masjid terbesar di Asia Tenggara ini punya luas sampai  hektar dan bisa menampung puluhan ribu jemaah. Masjid ini memiliki beduk raksasa seberat 2,3 ton dengan panjang 3 meter. Ada tujuh pintu gerbang masuk, yang nama tiap pintunya diambil dari Asmaul Husna atau nama-nama Allah.
Kalau bulan puasa, masjid ini biasanya sangat ramai dikunjungi. Mereka yang beribadah di masjid ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Tidak hanya Jakarta. Pada ramadan 1441 Hijriah ini, kegiatan ibadah berjemaah  di masjid Istiqlal memang tidak bisa dilakukan. Adanya  wisata virtual lumayan bisa  sebagai pengobat rindu.
Satu hal yang menggetarkan dari mesjid Istiqlal adalah arsitek bangunannya. Rumah ibadah untuk umat Islam ini dirancang oleh Frederich Silaban, seorang arsitek penganut Kristen Protestan. Sebuah toleransi beragama yang indah. Apalagi, di seberang Masjid Istiqlal ada Geraja Katedral, rumah ibadah umat Katolik.
Jelajah masjid pun berpindah ke masjid Ramlie Musofa. Masjid yang  menyerupai Taj Mahal di India ini begitu indah dan memiliki banyak keunikan dengan menghadirkan banyak budaya dan bahasa di dalam ornamennya.
Didirikan oleh seorang mualaf Ramli Rasidin, masjid Ramli Musofa dimaknakan sebagai perwujudan cinta dari pemiliknya. Cinta kepada Allah yang Maha Kuasa, cinta kepada agama Islam, dan cinta kepada keluarga. Duh, kapan saya bisa datang ke tempat ini lagi, ya?
Masjid lain yang dikunjungi melalui tayangan virtual adalah masjid Al Alam di Cilincing. Masjid ini identik dengan sejarah peradaban muslim di Jakarta karena dibangun sejak abad ke-16.
Masjid Al Alam lekat dengan cerita kerajaan Mataram, dibangun oleh para auliya Fatahillah dalam waktu yang singkat, hingga legenda Si Pitung. Masjid ini memang lekat lokasinya dengan rumah si Pitung.
 Wisata Virtual Pelepas Rindu Pelesiran
Berbulan-bulan dalam masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), kangen untuk pelesiran pastinya muncul. Saat ini memang bukan saat yang tepat untuk berjalan-jalan ke tempat wisata. Selain tidak bisa karena tutup, juga tidak boleh karena untuk memutus mata rantai penularan virus corona.
Industri pariwisata terkena dampak yang sangat besar akibat masa pandemi. Para pekerja sektor wisata, termasuk pemandu wisata juga terimbas. Tidak ada kegiatan kunjungan wisata sama sekali. Wisata virtual adalah solusi bagi para pekerja wisata dan yang ingin berwisata.Â
Ikut kegiatan wisata virtual memang tidak sama rasanya jika ikut dengan kegiatan wisata langsung. Dalam wisata virtual, peserta hanya bisa melihat gambar dan mendengarkan penjelasan dari pemandu. Namun, tetap dapat wawasan. Â
Adanya wisata virtual bisa menjadi pelipur lara kejenuhan. Pelepas rindu akan pelesiran. Jika sudah pernah ke suatu lokasi, menjadi pengingat kenangan. Buat yang belum pernah ke lokasi wisata yang dikunjungi karena berada di provinsi atau bahkan di belahan dunia yang lain, sangat bagus untuk jadi bekal informasi, Siapa tahu, suatu saat selepas pandemi covid-19 ini benar-benar bisa datang wisata secara langsung
Soalnya, Wisata Kreatif Jakarta mengajak menjelajah wisata tak hanya di dalam negeri, seperti ke Kampung Tugu Jakarta atau Batam. Wisata virtual juga menjangkau negara lain seperti Italia, Belgia, dan Belanda.
Semuanya dilakukan dengan durasi waktu 90 menit. Bannyak wisata virtual yang dilakukan menjelang waktu berbuka. Mulai dari pukul 16.00. Â "Nanti kalau ada jadwal napak tilas AADC lagi, gue infokan," tulis Ira Lathief, dalam pesan whatsappnya ke saya. Ah, saya siap ngabuburit napak tilas film AADC ke Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H