Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

ASI Sebuah Investasi, Stunting, dan Dukungan Ayah

13 Agustus 2019   22:46 Diperbarui: 13 Agustus 2019   22:48 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ASI sebuah investasi masa depan. Dengan ASI, anak-anak dapat tumbuh kembang dengan baik, sehat, dan dapat mencegah stunting.(dok.windhu)

Dia yang katanya hampir mustahil bisa menyusu langsung, nyatanya bisa! Kirana mulai bisa latch on saat berusia sekitar 1 tahun. Dia mendapatkan ASI hingga berusia sekitar 2tahun 8bulan. 

Tertegun saya membaca kalimat demi kalimat status facebook yang diposting ibu luar biasa bernama Wynanda Bagyo Saputri. Perjuangan yang tidak mudah. Namun, perempuan ini tak pernah berhenti untuk berusaha memberikan air susu ibu (ASI) kepada Kirana, anaknya yang semula tak bisa menyusu langsung akibat penyakit langka Pierre Robin Sequence (PRS). 

Saat status yang diunggahnya muncul di facebooknya 6 Agustus 2019, saya meminta izin untuk membagikannya karena akan bermanfaat bagi para ibu yang lain. Tidak sedikit ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui dengan beragam penyebab. Saya masih ingat ketika seorang kakak perempuan harus menangis ketika hanya sedikit ASI yang keluar dari payudaranya, meski telah dipompa dalam waktu yang cukup lama.Sementara bayinya juga menangis keras karena mungkin saja merasa lapar. 

Buat seorang ibu, kemampuan menyusui adalah hal luar biasa. Bentuk rasa cinta kepada anak. World Organzation Health (WHO) merekomendasikan anak hanya diberikan ASI selama enam bulan. Setelah itu, mulai diberikan makanan padat dengan ASI yang tetap dilanjutkan hingga usia anak 2 tahun.

Siapa yang tidak menginginkan anak yang sehat dan cerdas. Kunci keberhasilan menyusui ada pada ayah dan ibu (dok.windhu)
Siapa yang tidak menginginkan anak yang sehat dan cerdas. Kunci keberhasilan menyusui ada pada ayah dan ibu (dok.windhu)
 "ASI bisa mencegah kematian anak dan mencegah kematian ibu. Dengan menyusui, sebenarnya banyak hormon yang dikeluarkan. Salah satunya oksitosin," kata Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp. M (K), dalam acara puncak peringatan pekan ASI Sedunia 2019 di auditorium Siwabessy, 7 Agustus 2019. 

Oksitosin bukan hanya berperan dalam proses kelahiran. Hormon ini juga membantu dalam merangsang air susu ibu setelah kelahiran. Oksitosin memberikan rasa bahagia. Sering disebut hormon cinta, yang berkaitan bila seorang ibu bahagia, air ASI akan semakin lancar. Begitu pentingnya ASI, sejumlah undang-undang dan peraturan pun dihadirkan. 

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 128 diuraikan, bahwa setiap bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. Menyusui tidak hanya landasan menjadikan anak sehat, melainkan juga merupakan hak anak dan dasar dalam pembangunan negara. 

Bahkan, secara tegas dalam undang-undang ini disebutkan sanksi pidana dikenakan bagi setiap orang yang menghalangi program pemberian susu ibu secara ekslusif. Sanksinya berupa pidana penjara paling lama satu tahun dengan denda paling banyak Rp.100 juta. Penyediaan fasilitas khusus di tempat kerja dan prasarana umum pun wajib disediakan. Menyusui bukan hanya tugas seorang ibu saja. Pihak keluarga, pemerintah, hingga masyarakat seperti PKK  perlu mendukung pemberian ASI. 

ASI merupakan Inestasi di 100 hari pretama kehidupan. Penting untuk mencegah stunting (sumber: makalah Kemenkes PAS 2019)
ASI merupakan Inestasi di 100 hari pretama kehidupan. Penting untuk mencegah stunting (sumber: makalah Kemenkes PAS 2019)

ASI dan Stunting

Air Susu Ibu (ASI) mengandung zat gizi yang lengkap, di antaranya karbohidrat, protein, lemak, multi vitamin, dan mineral secara lengkap yang mudah diserap dengan sempurna. ASI pun mengandung sel darah putih, zat kekebalan, enzim, hormone, dan protein yang cocok untuk bayi. Bisa dikatakan, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Pemberian ASI ekslusif berarti hanya memberikan ASI saja sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan. Pemberian makanan atau minuman sebelum 6 bulan dapat mengurangi produksi ASI, meningkatkan risiko infeksi alergi serta mengurangi ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi. 

Menyusui adalah cara untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat.Dalam kesempatan pekan ASI yang jatuh setiap minggu pertama Agustus, Menkes Nila Moeloek mengingatkan untuk mencegah terjadinya stunting (kerdil). Hal ini juga terkait dengan bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 -2035. 

"Kalau semua anak kita kerdil, tidak akan bisa membantu di usia produktif. Anak yang stunting akan lebih berisiko mengidap penyakit tidak menular seperti Diabetes, yang selanjutnya bisa gagal jantung, ginjal yang luar biasa biaya yang harus dikeluarkan. Ini yang harus didorong, anak kita tidak stunting, sehat yang akan sendirinya membantu perbaikan ekonomi," tutur Menkes panjang lebar. Stunting (kerdil) adalah kondisi gagal tumbuh ada anak balita akibat kekurangan gizi kroni, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan. Jumlah anak stunting di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. 

ASI ekslusif diberikan selama enam bulan, Setelah itu diberikan MP ASI dengan tetap memberikan ASI hingga anak berusia 24 bulan (dok.windhu)
ASI ekslusif diberikan selama enam bulan, Setelah itu diberikan MP ASI dengan tetap memberikan ASI hingga anak berusia 24 bulan (dok.windhu)
Perlu diketahui, anak stunting yang teradi di Indonesia tidak hanya dialami oleh keluarga miskin dan kurang mampu, tetapi juga terjadi pada anak dari keluarga dengan tingkat keseahteraan sosial dan ekonomi yang baik. Meski dalam hal ini, angka kejadiannya lebih tinggi pada anak dan kelompok masyarakat miskin. 

Penyebab stunting bersumber pada praktek pengasuhan yang tidak baik. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, 60 % dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif, dan 2 dari 3 anak usia 6 hingga 24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping (MP-ASI) yang bergizi. 

Begitu pentingnya ASI dalam penanggulangan stunting. Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan pun dilakukan, yakni berupa mendorong Inisiasi Menyusui Dini (IMD) untuk mendapatkan ASI jolong/colostrum dan mendorong pemberian ASI Ekslusif. Selain pemberian MP ASI sesuai dengan kebutuhan dan bergizi seimbang, serta ASI yang diteruskan hingga usia anak 24 bulan. 

Menyusui Adalah Investasi Terbaik

Dukungan keluarga sangat berperan. Meskipun ASI hanya bisa diberikan seorang ibu yang melahirkan anak, perhatian yang diberikan oleh seorang ayah sangat penting untuk memperlancar ASI. Kepedulian seorang ayah akan membuat ibu bahagia, yang dengan sendirinya akan membuat ASI semakin lancar. 

Menkes Nila Moeloek mengatakan,selama menyusui, diharapkan keluarga, masyarakat, pemerintah dan lingkungan sekitar ibu dapat mendukung ibu bayi agar berhasil menyusui dengan baik. Dukungan pada ibu agar berhasil menyusui sesuai standar Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) terbukti dapat mencegah kematian anak dan kematian ibu dan berkontribusi pada pencegahan stunting, sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang.

 Permasalahan gizi di tingkat global menurut data Global Nutrition Report (GNR) tahun 2018 terdapat 22,2% Balita Stunting, 7,5% Balita Kurus dan 5,6% Balita Gemuk di seluruh dunia, sedangkan di Indonesia menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan angka Balita Stunting sebesar 30,8%, Balita Kurus 10,2% dan Balita Gemuk sebesar 8%. 

Gambaran data tersebut menunjukkan masalah gizi pada balita di Indonesia masih cukup tinggi sehingga masih merupakan masalah gizi masyarakat yang perlu menjadi prioritas khusus. Untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, Pemerintah sendiri telah menetapkan prioritas pembangunan kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yaitu: Perbaikan gizi khususnya Stunting, Penurunan AKI dan AKB, Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Pengendalian Penyakit Menular. 

Cakupan IMD dan ASI Ekslusif (sumber: Kemenkes pada PAS 2019)
Cakupan IMD dan ASI Ekslusif (sumber: Kemenkes pada PAS 2019)
Menyusui, kata Menkes, adalah salah satu investasi terbaik untuk kelangsungan hidup dan meningkatkan kesehatan, perkembangan sosial serta ekomomi individu dan bangsa. Jika kita dapat meningkatkan pemberian ASI secara optimal sesuai dengan rekomendasi WHO, maka dapat mencegah lebih dari 823 kematian anak dan 20.000 kematian. 

Sebaliknya, akibat rendahnya cakupan ASI Eksklusif akan berdampak pada meningkatnya risiko kematian ibu dan balita serta pembiayaan kesehatan akiba tingginya kejadian diare dan infeksi lainnya (The Lancet Breastfeeding Series, 2016). Selain itu tidak menyusui dikaitkan dengan kerugian ekonomi sekitar 302 milyar dollar setiap tahunnya atau sebesar 0,49% dari Pendapatan Nasional Bruto global.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka keberhasilan praktik menyusui sesuai Standar Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) pun menjadi strategi yang sangat penting dalam rangka mencapai sasaran Prioritas Pembangunan Kesehatan untuk Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), serta Perbaikan Gizi khususnya Stunting. 

Menyusui diyakini dapat membantu mencegah terjadinya masalah gizi dan memberikan perlindungan terhadap infeksi, serta menjamin ketahanan pangan untuk bayi dan balita. Menyusui merupakan cara hemat untuk memberi makan bayi dan anak tanpa membebani pengeluaran rumah tangga, sehingga diharapkan dapat menyelamatkan bangsa kita dari siklus kelaparan dan pengentasan kemiskinan, yang pada akhirnya untuk tercapainya Pembangunan Nasional yang Berkelanjutan. 

Situasi praktik menyusui di Indonesia sendiri sebenarnya sudah cukup baik. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan lebih dari separuh bayi lahir (58,2%) telah melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dan sebanyak 74,5% bayi usia 0-5 bulan menyusu eksklusif. Selain itu juga diketahui sekitar dari separuh anak (55%) yang menyusu sampai berusia 24 bulan atau 2 tahun/lebih (Survey Demografi Kesehatan Indonesia/SDKI tahun 2017). 

Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dr Kirana Pritasari MQIH menegaskan, ASI yang tidak diberikan akan merugikan keluarga dan Indonesia. Sebanyak 14% dari Anggaran Kesehatan Nasional $256.420.000  untuk penanganan diare dan pneumonia disebabkan karena kurangnya ASI. 

Pencegahan kematian anak baduta disebabkan diare dan pneumonia per tahun dapat ditingkatkan hingga 50%. Sebanyak 13.7% dari pendapatan bulanan pekerja dihabiskan untuk membeli susu formula merek termurah. Kerugian Upah masa depan 1.4% dari PDB 1, 3 juta Dollar. Kerugian Upah Tahunan Kekurangan ASI memengaruhi kemampuan belajar anak, sehingga berdampak pada potensi masa depan mereka.( Alive and Thrive, 2015) 

Kirana mengatakan, perlu lebih banyak inovasi untuk mendorong ibu agar memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama. Praktik menyusui masih menghadapi tantangan, baik dari pengetahuan ibu/ayah/keluarga dukungan faskes/nakes, hingga gencarnya promosi Pengganti ASI. 

Pekan ASI Sedunia 2019 : Ayah dan Ibu Kunci Keberhasilan Menyusui (dok.windhu)
Pekan ASI Sedunia 2019 : Ayah dan Ibu Kunci Keberhasilan Menyusui (dok.windhu)

Ayah dan Ibu Kunci Keberhasilan ASI

Peran seorang ayah atas  keberhasilan ibu dalam menyusui sangat penting. Sayangnya, saat ayah tahu harus bisa mendukung istrinya menyusui, tetapi sering kali terbentur tidak tahu bagaimana caranya.Terkadang, saat menggendong anak pun sudah diprotes. "Komunikasi suami istri berbeda. Jika sudah tahu problem, bisa membantu istrinya. Setiap orang punya problem berbeda, sehingga solusinya pun berbeda," ujar Sogi Indra Dhuaja, dari Ayah ASI.

Melalui Ayah ASI, kata Sogi, para ayah belajar untuk membantu istri yang tengah menyusui. Selama ini informasi mengenai ASI biasanya dikemas untuk ibu. Alhasil, para ayah yang mau membaca sudah merasa risih duluan. "Inginnya hadir dengan bahasa yang lebih ayah dan yang lebih terserap dengan cara ayah. Apa sih problem dalam menyusui itu," tukas Sogi.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun