Bisa jadi, bulan ramadan tahun 2019 ini potensi untuk marah dan berseteru lebih besar. Bukan hanya lantaran kemungkinan bertemu dengan seseorang yang mengesalkan atau bersentuhan dengan sesuatu yang menjengkelkan. Namun, lebih dari itu jika mengikuti timeline media sosial yang beredar.
Di bulan yang  ada di tahun, yang disebut-sebut sebagai tahun politik, persedian sabar benar-benar mesti ditingkatkan. Bukan hanya bisa timbul emosi karena masalah sehari-hari.Â
Terkadang, informasi dan pemberitaan, terutama di media sosial yang belum tentu benar bisa memancing. Ada yang bernada hasutan, fitnah, Â berita bohong, hoax, dan ujaran kebencian
Bahkan, di bulan ramadan ini terjadi peristiwa kerusuhan yang bisa memancing emosi. Bukan hanya karena peristiwa itu sendiri terjadi saat bulan puasa, melainkan karena di Jakarta sebagai tempt tinggal, pengalihan jalur transportasi membuat lebih lelah.
Saat itu, untuk pengguna kendaraan umum, rute bus Trans Jakarta hingga Commuter line berubah. Â Tidak berhenti di setiap halte selama beberapa hari. Untuk pulang harus memutar jauh. Buat pengguna kendaraaan pribadi, juga tak jauh beda. Harus berputar-putar melewati jalan yang diperbolehkan untuk dilewati.
Sampai di rumah lelah yang terasa, sehingga lebih mudah emosi. Belum lagi munculnya rasa was-was, khawatir, dan terselip rasa takut. Ditambah rasa sedih dan pasrah saat tahu harus mengalami kerugian, seperti yang dialami penjual ayam bakar langganan saya, dekat fly over Slipi yang dagangan ayam dan nasinya tidak terjual. Itu belum termasuk kepedihan keluarga korban jiwa kerusuhan.
Marah dan Seteru Untuk Apa?
Kemarahan dan seteru itu muncul karena apa dan untuk apa? Â Banyak alasan yang menyebabkan kenapa orang mudah marah. Bisa karena kecewa, takut, tersinggung, sedih, terluka, tidak terima, dan tersakiti. Marah akibat suatu hal tidak sesuai dengan yang diinginkan atau yang direncanakan. Â Â
Sebenarnya marah merupakan emosi yang sehat, seperti halnya menangis dan tertawa. Setiap orang memiliki tingkatan emosi yang berbeda dalam menyikapi sesuatu. Marah yang berlebih membuat orang menjadi berseteru dengan orang lain.