Corat coret dengan pensil sungguh mengasyikkan. Hanya bermodalkan kertas kosong, pensil, penghapus dan peraut pensil, waktu demi waktu akan berlalu tidak terasa. Seakan bergulir cepat. Tahu-tahu tersadar, yang dinanti-nantikan sudah tiba. Kalau saat bulan puasa, apalagi jika bukan menunggu saat  beduk maghrib, yang merupakan penanda waktu berbuka puasa.
Haha, saya sejak dulu memang suka corat-coret. Biasanya saya lakukan kalau sedang iseng, sedang menunggu, dan sedang jenuh terhadap sesuatu. Sekedar mengisi waktu yang ada supaya tidak terbuang begitu saja. Supaya waktu tidak terbuang percuma kalau hanya diisi dengan bengong-bengong tidak jelas. Waktu menunggu nggak boleh mubazir, begitu kira-kira.Â
Seperti halnya saat menunggu buka puasa. Supaya pikiran nggak melayang kemana-mana atau sudah capek membaca, maka corat coret menggambar pun saya lakukan. Ya, selain corat coret, saya juga punya hobi membaca dan menulis. Nah saat itulah, saya mulai keluarkan senjata pensil 2 B dan penghapus yang biasanya selalu saya simpan dalam tas. Â Saatnya bergembira dengan corat-coret karya tangan sendiri.Â
Soal kertas yang digunakan, saya tidak pernah ambil pusing. Toh, namanya hobi untuk mengisi waktu. Jadi yang terpenting adalah ada kertas kosong untuk dicorat-coret. Hasil yang paling utama adalah membuat saya bahaga. Melarutkan diri dalam corat coret yang digoreskan dari sebatang pensil. Soal bagus atau tidaknya gambar, eits itu berdasarkan penilaian orang. Kalau saya, tetap berpatokan pada pelukis Pak Tino Sidin yang selalu bilang kalau semua gambar adalah bagus, hahaha.Â
Komik Sederhana
Ketertarikan terhadap komik jelas ada sejak lama. Dulu, sampai bela-belain beli buku Yuk Bikin Komik sambil senyum karya Dwi Koendoro Br, Komikus keren yang kerja di harian Kompas. Kalian pasti tahu deh Panji Koming, Pailul, Ni Woro Ciblon, atau Sawung Kampret, kalau sering baca koran yang masih merajai dunia surat kabar hingga kini.Â
Nah, setiap melihat komik-komik goresan Dwi Koen, saya terkagum-kagum.Keren banget. Bukan cuma gambarnya, tapi biasanya ada sisipan cerita bermakna yang membuat tersenyum. Dalam bukunya itu, disinggung ruh mengenai komik. Jika membaca novel, seorang pembaca seakan mengarungi samudera kata yang tertulis. Novel memiliki The Magic of written words. Kata-kata yang mampu memicu rasa, menumbuhkan pesona, melahirkan penafsiran, kadang-kadang membuat terharu, tertawa, tegang, dan sebagainya. Padahal tidak ada gambarnya.
Kalau komik, memiliki pesona penggabungan dari gambar-gambar diam dan kata-kata, serta suara yang tertulis. Seorang komikus setidaknya mengenal 4 elemen utama yang akan membangun wujudnya jadi komik, yakni :
1. Sosok Gambar atau ilustrasi. Ya, kalau tidak ada gambar bukan komi. Diperlukan kreaktivitas, ketajaman pandang, dalam meilih poso subyek yang paling mirip. Seperti pemotret, gitu.
2. Unsur tulisan atau teks
Berupa dialog (bicara lebih dari satu orang), monolog (bicara seorang diri), narasi (keterangan, penceritaan), dan efek suara (sound effect).Â
3.Unsur kotak (frame). Disebut dengan ruang pengadegan. Pembagian kotak yang mirip dengan pembagian adegan dalam film. Bentuknya bebas bervariasi.
4. Balon Kata (Baloon) adalah ruang tempat menaruh teks narasi atau juga menampilkan kata-kata.
Lalu Komik apa yang saya buat?
Hahaha? Kalau sebagus pakar tentulah tidak. Namun, saya tertarik juga dengan model komik yang dibuat Tahi Lalalts. TAHILALATS adalah daily comicstrip yang update di sosial media dan platform comic seperti Instagram, Path, Line@, Twitter, Facebook, dan LineWebtoon. Tahi lalats banyak yag meggandrungi dan saya juga pernah ikut belajar dengan pembuatnya saat Kompasianival 208 lalu.
Tahilalats pertama kali dibuat oleh Nurfadli Mursyid karena hobinya menulis dan membuat komikstrip untuk menghibur teman-teman kampusnya. Hingga akhirnya pada awal 2012 dia memutuskan memperluas pembacanya dengan membuat blog (blog.tahilalats.com) yang berisi tulisan serta komik-komik buatannya di internet.
Merasa di Blog susah menemukan banyak pembaca awal 2014 Nurfadli mencoba mengunggah ulang komik-komik buatannya di sosial media agar memudahkan pembaca mengakses update-an komik terbaru. Setelah di upload secara konsisten setiap hari sejak 2015 kini Komik Tahilalats memiliki 2 (dua) juta lebih followers dan subscriber di Instagram dan Webtoon  Â
Komik Puasa
Baiklah, kembali ke komik buatan saya. Berhubung komik sangat sederhana dan di bulan puasa, maka saya pun mengambil tema soal puasa. seperti apa jalan ceritanya? Ya, silakan disimak saja. Yang pasti, saya masih harus belajar terus. Yang pasti lagi, membuat komik sederhana membuat menunggu waktu bebuka puasa menjadi bermakna.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H