Menyambut imlek, biasanya di mal pusat perbelanjaan saya bisa menyaksikan atraksi barongsai yang dimainkan dengan lincah bersama dengan tabuhan musiknya. Semua orang yang menonton biasanya menikmati. Suatu hal yang mungkin dulu saat orde baru tidak mungkin ada.
Saya bersama teman-teman saat di kantor lama, bahkan pernah ikut sibuk menyiapkan amplop-amplop berwarna merah dan emas yang dibeli di koperasi. Kami lantas  mengisinya dengan sejumlah uang. Angpao itu disiapkan untuk atraksi barongsai beredar ke tiap unit dan tiap lantai kantor.Â
Beberapa angpao, bahkan diletakkan menggantung di  langit-langit, sehingga para pemain barongsai itu beratraksi lompat tinggi untuk meraihnya. Kami bertepuk tangan saat angpao bisa diambil. Beberapa kawan malah menggunakan pakaian-pakaian cheong sam, sebagai salah satu pakaian tradisional China
Pengetahuan mengenal imlek bertambah tak lagi sekedar kue keranjang yang dikenal sejak zaman masa anak-anak. Imlek juga juga ditandai dengan jeruk kuning warna keemasan. Ehem, tentunya juga angpao yang pernah saya terima karena masih berstatus jomblo.
Buat saya, perayaan imlek saat ini tak lagi hanya orang Tionghoa saja yang merayakannya. Selain terhapuskannya diskriminasi yang pernah ada pada keturunan Tionghoa  dalam merayakaannya saat lalu, kini terhapus. Saat ini orang dari beragam etnis pun bisa lebih terbuka menghargai adanya suatu budaya dan tradisi yang berbeda meski hidup di tempat yang sama.
Bisa ikut bersuka cita dan bisa ikut bergembira. Saat ini, untuk menuntaskan keingintahuan mengenai imlek bahkan siapapun bisa langsung datang ke kelenteng  pada saat hari raya imlek.
Di kelenteng, siapapun bisa menyaksikan keturunan Tionghoa melakukan penghormatan kepada leluhurnya. "Memang boleh kita ke datang ke kelenteng?" itu pertanyaan yang pernah saya ajukan kepada seorang teman yang masih punya darah keturunan Tionghoa.
Dia tersenyum. Semua boleh saja datang menyaksikan asal tidak mengganggu orang-orang yang sedang melakukan ibadah disana. Lagipula, menurut kawan itu, imlek juga bukanlah suatu perayaan agama, seperti yang banyak diasumsikan. Imlek adalah perayaan tahun baru menyambut datangnya musim semi.
Kenyataannya, Â kegiatan dan semarak imlek di kelenteng bahkan saat ini ada yang mengemasnya sebagai salah satu destinasi wisata. Banyak yang penasaran dan ingin menuntaskan keingintahuan seperti apa suasana imlek di kelenteng.Tempat yang dulu mungkin tidak pernah terpikir untuk didatangi sebelumnya, bagi mereka yang berlatar etnis beda. Bahkan bisa jadi juga bagi mereka yang beragama di luar Budha atau tridharma. Â
Hmmm, saya bersyukur. Menyaksikan semarak imlek di kota Jakarta yang saya tinggali. Di ibukota Provinsi ini cukup banyak terdapat sejumlah kelentengvihara. Namun, jika ingin merasakan  imlek secara langsung  bisa datang ke Pecinan yang terletak di Glodok, Jakarta Barat. Banyak yang mengabadikannya dengan jepretan kamera.Â
Di Glodok, tepatnya Jl Kemenangan, Vihara Dharma Bhakti  yang sudah berdiri sejak tahun 1650 merupakan salah satu vihara tertua di Indonesia. Di tempat ini, perayaan imlek setiap tahunnya didatangi oleh ratusan orang. Saya sendiri pernah beberapa kali datang berkunjung ke vihara itu, seraya menyusuri gang gloria Glodok, yang memiliki banyak  penganan enak dijual. Â