Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Indonesia, OOC, dan Warisan Laut Tak Ternilai untuk Masa Depan

29 Oktober 2018   00:01 Diperbarui: 29 Oktober 2018   07:55 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia memiliki wilayah yang 2/3 nya terdiri atas lautan, sehingga menjamin keberlanjutan laut untuk generasi masa depan sangat penting. (sumber gambar: goodnewsforindonesia)

Laut dan Indonesia. Membicarakan laut tentunya tak akan pernah bisa lepas dari Indonesia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah yang  2/3 nya terdiri atas lautan.  Sejak kecil, anak-anak di Indonesia sudah diperkenalkan lagu yang mengatakan nenek moyang adalah seorang pelaut.

Nyanyikanlah sepenggal lagu nenek moyang orang pelaut, yang mengajak untuk beramai-ramai ke laut. Angin bertiup layar terkembang. Ombak berdebur di tepi pantai. Pemuda berani bangkit sekarang. Ke laut kita beramai-ramai

Mengingat lagu ini kemudian menyanyikannya, menerbitkan rasa bangga di hati bangsa Indonesia. Wilayah laut yang sangat luas dimiliki Indonesia memiliki berkah tak terhingga. Dari daerah Sabang hingga Merauke tersebar destinasi wisata laut yang menggugah orang untuk mengunjungi.

Belum lagi, kekayaan laut Indonesia yang memberikan hasil perikanan yang melimpah ruah. Badan Pangan Dunia (FAO) pada tahun 2014 bahkan pernah menetapkan Indonesia sebagai penghasil produksi ikan tangkapan terbesar  dengan 6  juta ikan, yang menjadikannya kedua setelah Tiongkok.

Maka tak berlebihan jika kemudian, Indonesia memandang betapa pentingnya arti laut bagi bangsa Indonesia. Perlunya sumber daya perikanan yang berkelanjutan sehingga berkah dan potensi dari laut bisa diwariskan kepada generasi penerus bangsa secara turun menurun.

Inilah salah satu yang digarisbawahi dalam tema Our Ocean, Our Legacy (Laut Kita adalah Warisan Kita) dalam gelaran akbar Our Ocean Conference (OOC) ke-5 di Bali pada 29-30 Oktober 2018.  Pertama kalinya diadakan untuk tingkat Asia.

OOC ini berfokus  menghasilkan komitmen dan mengambil aksi nyata untuk keberlanjutan kelautan. Dengan menjadi tuan rumah di perhelatan akbar ini, Indonesia memantapkan diri dengan potensinya sebagai poros maritim. Menunjukkan jika Indonesia memiliki kemampuan kepemimpinan di bidang kelautan internasional.

Selama ini,  Indonesia memang telah menunjukkan aksi nyata yang diakui dunia. Leadership Indonesua dalam diplomasi internasional contohnya. Dalam mengatasi ilegal fishing, diplomasi maritim Indonesia cukup baik.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki keberpihakan terhadap negara-negara kepulauan kecil. Tak hanya muncul dengan melimpahnya hasil kekayaan laut, Indonesia juga menunjukkan aksi nyata untuk mengatasi permasalahan kelautan, seperti sampah laut plastik.

Mengenai pelaksanaan OOC, Presiden RI Joko Widodo mengatakan jika Our Ocean Conference (OOC) harus bisa dimanfaatkan untuk kepentingan nasional bangsa Indonesia.  

Lalu apa saja manfaat OOC bagi Indonesia? Tentunya, harus melihat dari dua hal, yakni jangka panjang dan jangka pendek.  Jika dinilai dari jangka pendek, pelaksanaan OOC ini akan meningkatkan transaksi ekonomi Bali dan sekitar.

Tentu saja ini terkait dengan jumlah peserta OOC yang berasal dari 70 negara, yang terdiri atas 7 kepala negara, 32 menteri, perwakilan 38 organisasi internasional, perwakilan dari 299 NGO, dan sebanyak 1696 delegasi.

Jika ditilik dari jangka panjang, pelaksanaan OOC akan memberikan manfaat jangka panjang bagi Indonesia. Masa depan Indonesia sangat bergantung pada laut. Manfaat ekonomi yang besar di masa datang bisa digaet.

Isu blue economy OOC juga akan mendorong sumber daya laut lebih produktif, sehat, dan terjaga untuk meningkatkan kesejahteraan yang bisa dambil dari potensi laut Indonesia.

Melalui OOC, Indonesia ingin memuluskan misinya untuk menunjukkan pada dunia jika Indonesia merupakan negara maritim besar yang mampu mengelola dan menjaga kelestarian sumber daya laut untuk mengembangkan blue economy.

Lihat saja, Indonesia mampu mengubah perekonomuan kelautan, neraca perdagangan perikanan yang selalu defisit, bisa diubah menjadi surplus selama 4 tahun.

Ekonom Faisal Basri mengatakan kedaulatan pangan Indonesia bergantung pada sumber daya laut. Hasil kebijakan pemerintah Indonesia di sektor perikanan berdampak positif untuk nelayan dan ekspor Indonesia.

Andai kata visi maritim Presiden Jokowi bisa dilaksanakan dengan konsisten, sektor kelautan dan perikanan berpotensi untuk memberikan sumbangan bagi kemajuan bangsa. Karenanya, keberlanjutan warisan kekayaan laut untuk generasi masa depan Indonesia memang harus bisa diupayakan.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang terkenal dengan aksi "tenggelamkan kapal" memberikan gebrakan yang mencengangkan namun memberi hasil baik bagi kelautan Indonesia.

Dikutip dari laman https://ourocean2018.org,  laut memberikan janji masa depan. Laut menjadi kunci pertumbuhan ekonomi, sumber daya ketahanan pangan, serta solusi untuk mengatasi dampak perubahan iklim.

Namun, di sisi lain, lautan terkena dampak buruk akibat ulah manusia. Pencemaran laut,  kerusakan terumbu karang, peningkatan suhu laut, dan penangkapan ikan ilegal.

Tema Our Ocean, Our Legacy (Laut Kita adalah Warisan Kita) juga tak lepas dari upaya mencerminkan pilihan dan tindakan kita untuk menjaga keberlanjutan sumber daya laut dan untuk menjaganya hingga bisa diwariskan untuk anak-anak dan cucu generasi mendatang.

Melalui konferensi OOC-lah, akan dilakukan peningkatan kolaborasi dan kemitraan antara berbagai pemangku kepentingan, yang selanjutnya ditindaklanjuti melalui komitmen melakukan tindakan yang kongkrit dan memberikan solusi bagi permasalahan kelautan yang masih dihadapi.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.000 pulau, perhelatan OOC memilki makna besar. Terlebih karena untuk tahun ini diadakan di Indonesia. Ada enam bidang aksi yang akan diusung dalam penyelenggaraan OOC tahun ini.

Enam aksi itu di antaranya perikanan berkelanjutan (sustainable fisheries); kawasan lindung laut (marine protected area); pencemaran laut (marine pollution); perubahan Iklim (climate change); ekonomi biru berkelanjutan (sustainable blue economy); dan keamanan maritim (maritime security).

Kawasan lindung laut,  misalnya. Hukum internasional mensyaratkan minimum 10% wilayah laut dan pesisir untuk dilindungi secara efektif pada tahun 2020. Saat ini, hanya 4% wilayah laut dan pesisir yang dilindungi oleh hukum.

Pencemaran laut  merupakan persoalan mendesak untuk dibicarakan. Sampah plastik dan limbah perkotaan di seluruh dunia berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Di sejumlah wilayah, plastik mikro sudah melebihi jumlah plankton hingga enam banding satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun