Melihat akses darat yang sulit, maka jalur laut pun ditempuh. Pesawat air trackor yang berwarna kuning dan mampu membawa solar 4000 liter diterbangkan pada 1 Oktober dari Tarakan menuju Bandara Mutiara Sis Al Jufri. Setelah terbang tiga kali hingga 3 Oktober, air tractor stand by.
Pesawat ini penyelamat saat  semua orang bingung, jalan banyak yang terputus, armada tangki juga kekurangan karena jalur udara banyak yang terputus dan harus membawa barang yang begitu banyak.
Belum lagi isyu keamanan sehingga Pertamina berkoordinasi dengan Polri untuk jalur darat. Â Pesawat ini biasanya membawa BBM ke daerah-daerah yang tidak terjangkau dalam BBM satu harga.
Untuk menyalurkan BBM di Palu dan Donggala, empat kapal tanker diberangkatkan melalui jalur laut untuk  mengirimkan 11  juta liter BBM dari Balikpapan, Kalimantan Timur. Meski kondisi  TBBM yang setengahnya porak poranda dengan dermaga pinggir laut yang high risk, Pertamina tetap memastikan jika kapal tanker tetap sampai.
Kesulitan yang timbul saat  itu adalah memindahkan BBM dari kapal tanker ke dermaga, yang akhirnya dilakukan melalui pipa.
Kemudian setelah di SPBU mau diapain nih? Cara bongkarnya gimana? "Jadi, kita ambil keputusan dengan cara menerbangkan SPBU. Jadi, jangankan hatimu, SPBU saja kita terangkan demi menolong saudara-saudara kita semua," ucap Arya.
Maka diberangkatkanlah  tenaga dari seluruh Indonesia. Jawa,Sulawesi, Kalimantan. Dari TBBM Plumpang Jakarta, sebanyak 12 mobil tangki BBM, 1 mobil tangki avtur, dan 26 orang awak mobil Tangki dilepas. Posko Pertamina Peduli diaktifkan di area Mutiara Sis Al Jufrie, Pelabuhan Pantaolan, TBBM, Donggala.
Pasca Isyu BBM, Muncul Kebutuhan LPG
Arya bercerita, suatu hari ditelpon oleh sebuah media yang bertanya, "Mas kok masih ada antian ya. Kaya'nya tidak terlayani." Kebanyakan yang beredar adalah foto lama. Padahal, foto yang antri-antri sebaiknya tidak ada lagi karena kondisinya memang sudah tidak ada yang antri di SPBU.