Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Liam dan Laila, Cinta Dua Insan Beda Negara Berbalut Adat Budaya Minangkabau

2 Oktober 2018   16:58 Diperbarui: 2 Oktober 2018   16:51 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga datuak menentang keras pernikahan Liam dan Laila (sumber:www.liamdanlaila.com)

Megah, meriah dan indah. Itu biasanya yang dijumpai pada pesta pernikahan adat Minangkabau di Indonesia. Unsur kemewahan umumnya pun tak luput muncul untuk menyandingkan kedua mempelai.  Pengantin perempuan mengenakan suntiang gadang perlambang warisan adat leluhur.

Pernikahan dengan adat Minangkabau merupakan salah satu tradisi yang menarik untuk diketahui dan disimak, selain adat-adat pernikahan dari berbagai provinsi Indonesia.

Sebelum akhirnya  sepasang anak manusia dengan getar cinta di hatinya bisa menjalani pesta pernikahan yang semarak dan melalui ijab kabul, banyak hal  yang perlu dilalui.  

Film Liam dan Laila didukung oleh semua pemeran yang berdarah Minang, kecuali pemeran utama pria Jonatan Cerrada yang asal Belgia (dok.windhu)
Film Liam dan Laila didukung oleh semua pemeran yang berdarah Minang, kecuali pemeran utama pria Jonatan Cerrada yang asal Belgia (dok.windhu)
Itulah yang dihadirkan dalam Liam dan Laila. Film layar lebar garapan Mahakarya Pictures ini mengisahkan kisah cinta dua anak manusia berbeda negara dan berbeda agama dalam balutan adat minangkabau.

Terinspirasi kisah nyata berlikunya jalan untuk bersatu sebagai suami istri dalam pernikahan  dengan mengikuti tata cara adat minang, membuat film ini menarik dan memberikan kesan tersendiri.

Pemuda Perancis dan Gadis Minang

Malam itu, pertemuan di rumah gadang berlangsung tegang. Semua yang hadir di lantai beralas tikar terdiam saat Mak Uwo Naizar menyatakan dengan keras penolakannya atas keinginan Liam menikahi Laila.

Alexandre William, seorang lelaki asal Rouen, kota kecil di utara negara Perancis datang untuk melamar Laila, gadis Bukittingi, Sumatera Barat. Kedatangan laki-laki yang berbeda keyakinan dan berbeda negara itu tentu saja mengejutkan.  

Jonatan Cerrada dan Nirina Zubir (dok.windhu)
Jonatan Cerrada dan Nirina Zubir (dok.windhu)
Perempuan tertua dan yang dituakan di rumah gadang, rumah  yang menjadi aset dan kebanggaan orang Minang itu, berkeras hati.  "Tidak mungkin Laila menikah dengan orang yang tidak se-Aqidah," ucap Mak Uwo Naizar  tegas. 

Curiga atas niat menikahi orang yang berbeda agama. Orang Minang memang dikenal memegang teguh dan menjunjung tinggi adat yang bersumberkan pada agama, yakni Islam. Norma-norma, martabat, dan asal-usul suatu keturunan juga menjadi hal yang masuk dalam perhitungan.

William atau Liam dianggap tak jelas asal-usulnya. Pemuda yang berasal dari desa kecil di wilayah Perancis ini dikenal Laila selama bertahun-tahun dari media sosial. Laila, perempuan cerdas berpendidikan S2 ini memiliki bisnis toko online.  

Laila, gadis Bukittinggi di film Liam dan Laila (sumber:MahakaryaPictures)
Laila, gadis Bukittinggi di film Liam dan Laila (sumber:MahakaryaPictures)
Dari percakapan selama bertahun-tahun melalui media sosial, William tertarik dengan penuturan cerdas Laila kemudian berniat untuk menjadikannya istri. Liam mengaku berasal dari keluarga peternak sapi, yang menjadi pemasok daging ke sejumlah supermarket di tempat tinggalnya.

Jamil sebagai mamak tak berdiam diri. Jamil yang berprofesi sebagai aparat sipi negara ini pun menyelidiki latar belakang  William. Pemuda asal Perancis yang jatuh hati dengan kemenakannya (ponakan) Laila.  

Apalagi, Liam mengaku jika awal berselancar di dunia maya adalah ketertarikannya pada Islam. Disebutkan, di Perancis setiap tahunnya  sekitar 4.000 orang yang memeluk agama Islam.

Liam dan Laila harus berjuang untuk menyatukan cinta dalam sebuah pernikahan meski beda adat budaya (sumber:mahakaryapictures)
Liam dan Laila harus berjuang untuk menyatukan cinta dalam sebuah pernikahan meski beda adat budaya (sumber:mahakaryapictures)
Melalui Laila di dunia maya, Liam mengenal Islam. Laila juga mengajaknya untuk mengetahui keindahan alam Minang.  Berbekal visa yang hanya berlaku selama 30 hari,  akhirnya Liam datang ke Bukittinggi, berupaya untuk mendapatkan kekasih hatinya.

Tidak mudah untuk Liam karena untuk mendapatkan Laila, modal surat keterangan dari dinas kependudukan di Perancis yang menyatakan belum menikah, ternyata tidak cukup.

Pemuda Perancis ini juga harus memeluk agama Islam, sesuai dengan syarat. Mengucapkan dua kalimat syahadat dan berkhitan (sunat).  Buat Laila pun tak mudah, gunjingan dan cibiran dari tetangga terdengar. Laila sudah menginjak usia 31 tahun tetapi belum menikah.    

Tiga datuak menentang keras pernikahan Liam dan Laila (sumber:www.liamdanlaila.com)
Tiga datuak menentang keras pernikahan Liam dan Laila (sumber:www.liamdanlaila.com)
Laila resah bila pernikahannya kali ini terancam gagal. Sebelumnya, pernah ada pemuda yang berpendidikan lebih rendah  melamarnya, tapi langsung ditolak karena dianggap tak sepadan. Kini datang pemuda lain, keluarga di rumah gadang juga terkesan menolaknya.  

Hari demi hari pun berlalu. Liam dan Laila hanya punya waktu 30 hari sesuai batas berlaku visa kunjungan untuk menyatukan cinta dalam pernikahan. Banyak hal yang harus dipenuhi mulai dari mengatasi kecurigaan orang atas niat menikah, menjadi pemeluk islam, bersunat, memenuhi syarat menikah dari KUA setempat, dan memperoleh surat keterangan dari Kedutaan Besar (Kedubes).  

Mendadak Minang

Saat hadir  di XXI  Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan,  suasana serba Minang terasa  Senin 1 Oktober 2018, sore.  Begitu masuk pintu, terlihat jajaran poster wajah pemeran utama dan pemeran pendukung film Liam dan Laila.

Tak hanya itu, sebuah backdrop besar berlatar film yang ditayangkan serentak mulai tanggal 4 Oktober 2018 di jaringan bioskop di Indonesia ini, bisa digunakan untuk berfoto-foto.

Jamil (David Chalik), mamak yang mengurusi pernikahan kemenakannya Laila (sumber:www.liamdanlaila.com)
Jamil (David Chalik), mamak yang mengurusi pernikahan kemenakannya Laila (sumber:www.liamdanlaila.com)
Jika tertarik, juga bisa mengabadikan pada backdrop lebih kecil dengan berfoto ala Liam dan Laila dengan wajah sendiri.  Dialek Minang terdengar dimana-mana. Nirina Zubir sebagai pemeran utama Laila hadir dengan menggunakan baju asal Minang. Semua mendadak Minang.  

Saat ditayangkan, Film Liam dan Laila yang berdurasi 90 menit memang menggunakan lebih banyak percakapan bahasa Minang, selain bahasa Indonesia.  Campuran sedikit bahasa Perancis dan Inggris juga hadir di film untuk menegaskan sosok pemeran utama Pria berasal.

Suatu hal yang berbeda dengan film yang pernah ada sebelumnya. Seluruh pemeran dalam film Liam dan Laila memiliki darah minangkabau, yang memang sengaja untuk bisa mengangkat nuansa minang.

Mak Uwo Naizar, perempuan yang dituakan di rumah gadang dalam film Liam dan Laila (sumber:www.liamdanlaila.com)
Mak Uwo Naizar, perempuan yang dituakan di rumah gadang dalam film Liam dan Laila (sumber:www.liamdanlaila.com)
 Ada Nirina Zubir (Laila), David Chalik (Jamil), Praz Teguh (pian), Upiak Isil (Ros), dan Gilang Dirga (Harish). Satu-satunya pemeran film yang bukan berdarah Minang adalah  pemeran utama laki-laki Jonatan Cerrada (Liam), yang berdarah Belgia.   

Jonatan, yang masih terbata-bata dalam berbahasa Indonesia, juga harus memahami Bahasa Minang. Jebolan  French Idol 2003 ini, harus menjalani acting lab selama dua minggu di film pertama yang diperankan dan dibintanginya.  Suara lembut Jonatan menyanyikan lagu Lintas Galaksi, menjadi soundtrack film Liam dan Laila.

Kebebasan Memilih Pasangan Hidup

Dalam konferensi pers yang dilangsungkan setelah pemutaran film Liam dan Laila, Nirina Zubir mengatakan film Liam dan Laila merupakan film yang membuktikan dirinya sebagai seorang perempuan keturunan Minang.

Jonatan Cerrada, Nirina Zubir, David Chalik, dan pemeran lainnya menonton film bersama (dok.windhu)
Jonatan Cerrada, Nirina Zubir, David Chalik, dan pemeran lainnya menonton film bersama (dok.windhu)
"Ini seperti doa yang terjawab dan terkabulkan. Sudah lama ingin banget memerankan karakter yang berasal dari tanah orang tua. Juga untuk meyakinkan Uni Nirina," kata Nirina.

Meski berdarah Minang, bukan berarti mudah bagi Nirina memerankan sosok Laila. Seorang sosok gadis yang  berasal dari kampung di Bukittingi. Nirina adalah perempuan modern  yang memiliki sikap ceria.

Laila perempuan introvert dan kalem. Kekerabatan yang tinggi di keluarga Minang, tak jarang membuat  untuk menerima keputusan walaupun dengan berat hati. Nirina berlatih mendalami cengkok-cengkok dalam dialek Minang. Di film Liam dan Laila, Nirina tampil menggunakan hijab.

David Chalik pemeran tokoh Jamil menyatakan ketertarikannya pada film Liam dan Laila begitu mengetahui syuting dilakukan di tanah Minang. Tepatnya di Bukittinggi, kota tempat kelahiran proklamator bangsa M Hatta.  

Mendadak Minang (dok.windhu)
Mendadak Minang (dok.windhu)
Arief Malinmudo, sebagai penulis naskah sekaligus sutradara mengungkapkan film Liam dan Laila dihadirkan untuk mengajak lebih tahu sisi lain kehidupan orang Minangkabau.

Sutradara muda berusia 28 tahun yang dulunya terlibat di film berjudul Surau dan Silek ini berupaya mengangkat kebebasan seorang perempuan dalam memilih pasangan hidu. Adat tradisi tetap harus dipertahankan, tapi tetap terbuka, mandiri, dan tegas dalam memegang prinsip.Untuk film ini, Arief mengaku telah melakukan banyak riset.

Buat saya, menonton film Liam dan Laila memang seakan-akan dibawa ke ranah Minang. Suka dengan lucunya Praz Teguh yang berperan sebagai Pian sehingga menghidupkan suasana atau nyinyirnya Upiak Isil, pemilik kedai yang selalu menggosipi orang lain.

Sosok Pian dihadirkan secara lucu dan menghidupkan suasana dalam film (sumber:www.liamdanlaila.com)
Sosok Pian dihadirkan secara lucu dan menghidupkan suasana dalam film (sumber:www.liamdanlaila.com)
Sayangnya, di film Liam dan Laila tak banyak mengeksplor keindahan tanah minang ataupun eloknya alam Bukittinggi sebagai tempat wisata, yang memiliki jam gadang.

Namun, unsur kuat tradisi dan budaya Minang dengan menghadirkan berkali-kali pertemuan musyawaram,h  di rumah gadang, kuatnya ninik mamak sebagai pemimpin adat Minangkabau mampu dimunculkan. Begitupun tadisi matrilineal garis ibu yang mampu dihadirkan.

Budaya mempersulit dari aparat sipil negara pun tak sungkan dihadirkan sebagai kritik. Salah satu yang agak mengganggu adalah tulisan pengingat keberadaan Liam di Bukittingi.


Tertulis dalam hitungan mundur dalam beberapa adegan adalah 29 hari menjelang deportasi  dan selanjutnya. Adakah kata yang lebih tepat selain deportasi? Sebab, kata deportasi dalam KBBI lebih bermakna pembuangan, pengasingan, atau pengusiran seseorang ke luar suatu negeri sebagai hukuman, atau karena orang itu tidak berhak tinggal disitu.

Sementara, makna deportasi dalam film yang tertangkap adalah semakin menipisnya hari berakhirnya masa berlaku visa. Mulai dari 29 hari hingga satu hari batas waktu.

Namun film Liam dan Laila menarik untuk ditonton karena memunculkan adat dan budaya Minang, salah satu suku yang besar di Indonesia. Mengetahui tradisi yang ada di negeri yang kaya adat, budaya, suku, dan agama merupakan sebuah pengalaman yang berhrga.    

Semoga saja banyak film berlatar budaya lain yang diangkat ke layar lebar. Bicara tentang Minang sendiri, juga banyak yang bisa diulas, antara lain mengenai tradisi merantau atau populernya rumah makan padang di setiap daerah di Indonesia. Ah, saya jadi lapar, ingin makan Nasi Padang dulu...


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun