Kerokan Itu Manjur
Tidak ada yang bisa membantah jika hasil kerokan sangat cespleng. Sakti nggak perlu pakai minum obat. Kepala pusing, punggung dan leher terasa pegal bisa hilang setelah angin dalam tubuh hilang usai sendawa.
Kerokan, Â Terkesan Kampungan Namun Dahsyat
 Prof Didik yang sudah mengeluarkan buku berdasarkan penelitiannya mengenai kerokan mengakui,  budaya kerokan seringkali dianggap remeh, kampungan, tidak bisa diilmiahkan. Itulah yang mendorongnya melakukan penelitian mengenai kerokan, meski ada yang menganggap tindakannya membuang waktu dan tenaga .
Prof. Didik melakukan penelitian beberapa tahap. Tahap 1 melalui metode questioner, interview ,survey untuk mencari data pengguna kerokan. Hasil yang diperoleh ternyata bahwa di Solo hampir seluruh responden 90% mengenal kerokan. Sebanyak 85% sudah merasakan manfaatnya.
Penelitian tahap 2 dilakukan biopsi kulit yang dikeriki dari peneliti, tahap 3 berupa penelitian Biomolekuler. Hasil, guru besar kelahiran tahun 1948 itu mampu membuktikan fakta- fakta kerokan bermanfaat untuk masyarakat Indonesia.
Meski demikian, Prof. Didik menyarankan jangan terlalu sering sekali. Saat kerokan terjadi pengeluaran suatu hormon dari dalam tubuh yang namanya endorfin. Itu menyebabkan kecanduan.
Endorfin atau  Endo morfin merupakan morfin alami, yang dikeluarkan oleh tubuh sendiri. Kalau endomorfin keluar, tubuh akan mengalami euforia, seger, rasanya lebih enak.
Penelitian yuang dilakukan Prof. Didik ini mampu membantah sinisme terhadap kerokan, yang diduga menyebankan serangan jantung atau angin duduk karena mitos.
Kenyataannya, banyak orang  yang kerokan tidak perlu berobat ke fasilitas kesehatan karena sudah sembuh secara mudah, murah, mesra, dan manjur. Kerokan merupakan warisan budaya lestari.