Jarum jam masih menunjukkan pukul 8.00, namun sudah banyak orang mengantri di sebuah gapura kecil berwarna hijau yang di atasnya bertuliskan, Selamat Datang Pengunjung Istana Untuk Rakyat 2017, yang ada di pelataran Balaikota Bogor. Bersiap secara bergantian untuk menjadi tamu sejenak di Istana Bogor, sebuah wisata sejarah yang hanya berlangsung satu tahun sekali.
Ratusan orang lainnya, baik tua dan muda duduk menunggu di kursi di bawah tenda-tenda yang dipasang di halaman Balaikota Bogor. Itu belum termasuk ratusan siswa  sekolah dari berbagai sekolah, yang menggunakan baju seragam sekolah dan baju pramuka yang duduk teratur di halaman kosong belakang tenda, yang ada di depan gedung balaikota. Menunggu  tiket Istura yang dibagikan secara gratis ke setiap pengunjung.
Jumat 28 Juli 2017 Â itu merupakan hari terakhir dari lima hari program kunjungan istana untuk rakyat (Istura) yang digelar lima hari, yakni 24-28 Juli 2017. Program kunjungan rakyat ke Istana Bogor, yang diadakan terkait hari jadi kota Bogor ke-535.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan ini menjadi daya tarik tak hanya bagi warga kota Bogor dan sekitarnya saja. Mereka yang berasal dari luar Bogor, termasuk dari mancanegara juga tak ingin meninggalkan kesempatan yang ada.
Saya tersenyum ketika mata menangkap mbak Muthiah melambaikan tangannya dan menunjuk ke mas Hendra di tenda belakang dan sudah siap dengan sejumlah tiket Istura di tangan. Untuk berkunjung ke Istana Boogor, setiap orang harus memegang sebuah tiket. Ya, pagi itu bersama rekan-rekan blogger se-Jabodetabek, Â saya akan menjejak Istana Bogor.
Saat tiket kertas putih Istura dengan tulisan hijau Istana Bogor Untuk Rakyat, tinggal menunggu giliran antrian untuk berdiri ke arah pintu gerbang. Beberapa teman mengambil dompet dari dalam tas karena tidak diperbolehkan membawa apapun ke dalam Istana Bogor.
Tas dan ponsel harus dititipkan.Tidak boleh membawa kamera dan mengambil foto. Soal pakaian, cukuplah yang rapi, asalkan tidak menggunakan kaos oblong, sandal jepit, dan bercelana jeans.
Â
Foto Rombongan hingga Foto Pasangan
Udara segar dan sejuk terasa begitu kaki melangkah masuk di jalanan dalam. Sisi kanan dan sisi  halaman gedung Istana Bogor seluas 28,4 hektar itu tampak hijau rerumputan. Beberapa rusa terlihat. Pohon-pohon besar meneduhkan.Sejumlah pekerja sedang menyapu halaman.
Sebelum mencapai  gedung yang memiliki luas bangunan 14.8 m2, rombongan bisa mampir ke meja pendaftaran foto yang disediakan. Memang, tidak ada satupun pengunjung yang boleh membawa kamera ataupun ponsel, tapi pihak Istana Bogor telah menyediakan juru foto yang siap mengabadikan kunjungan di depan Istura.
Jasa foto untuk satu orang sekali jepret Rp.35.000. Untuk rombongan kecil Rp.70.000, sedangkan rombongan di atas 50 orang Rp.100.000. Belum termasuk cetak foto. Sebuah CD untuk hasil foto disediakan Rp.20.000.
Kami pun sepakat untuk patungan dan berfoto bersama. Tidak perlu dicetak. Cukup dimasukkan CD yang bisa langsung dibagikan fotonya kepada teman-teman yang ikut berfoto melalui media sosial.
Mengabadikan momen pernah berkunjung sangat penting. Banyak juga yang ternyata ingin berfoto sendiri. Bahkan tidak sedikit pasangan-pasangan kekasih yang berfoto dengan latar belakang Istana Bogor.
Dilihat dari tampak depannya saja Istana Bogor indah dan mengagumkan. Di tempat ini, Juli 2005 pernah dilangsungkan pernikahan anak pertama mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yakni  Agus Harimurti dan Annisa Pohan.
Usai berfoto, kami lantas menuju teras gedung Istana Bogor. Ya, hanya sampai situ pengunjung Istura bisa melangkahkan kaki.Meski berharap bisa  mengetahui bagian luar dan dalam, namun sejak tahun 2015, wisatawan tidak bisa masuk ke ruangan yang ada dalam istana karena Presiden RI Joko Widodo bertempat tinggal disana.
"Lho, kita berarti wisata mengelilingi halaman istana?" tanya seorang teman.
Teman yang lain tersenyum dan tertawa. "Biar saja lagi, masuk halamannya saja, saya belum pernah," timpal yang lain.
Hasanudin, seorang guide yang berdiri di tangga teras teratas dengan memegang toa, menyapa rombongan. Dia mengisahkan sejarah Istana Bogor. Salah satu dari enam istana negara lainnya, yakni Istana Negara, Istana Merdeka, Istana Cipanas, Istana Tampak Siring, dan  Istana Yogyakarta.
Istana Bogor atau yang disebut juga dengan nama Paleis Buitenzorg dibangun pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, tepatnya pada zaman Gubernur Jenderal Gustaff Willem van Imhof pada tahun 1745. Saat itu, dibutuhkan sebuah bangunan peristirahatan untuk melepaskan diri dari panas dan penatnya  udara di Batavia.
Akhirnya, di  Kampung Baru, yang terletak di antara Gunung Salak dan Gunung Gede didirikan bangunan dengan halaman yang luas. Inilah yang kemudian menjadi Istana Bogor. Di dekat Istana, kemudian dibangun fasilitas peribadatan gereja Zebaoth dan sebuah rumah sakit.
Saat Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels  memimpin tahun 1808-1811,  ditambahkan dua bangunan sayap kiri dan sayap kiri di antara bangunan induk.
Daendels juga mendatangkan enam pasang rusa totol dari Nepal untuk memperindah halaman istana. Hingga kini, ratusan tahun setelahnya, rusa menjadi ciri Istana Bogor. Jumlahnya mencapai 600 ekor dan dibiarkan bebas berkeliaran di halaman.Â
Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles asal Inggris, yang menyukai bidang botani, kemudian menjadikan halaman belakang istana menjadi kebun botani. Saat ini, dinamakan sebagai Kebun Raya Bogor.
Sejak tahun 1870, Istana Bogor dijadikan tempat kediaman gubernur jendral Belanda. Tercatat ada 38 gubernur jendral Belanda dan satu gubernur Inggris yang pernah tinggal. Pada masa penjajahan  Jepang, tempat ini lebih difungsikan sebagai
markas tentara.
Akhirnya, pada tahun 1950,  setelah kemerdekaan RI, Istana Kepresidenan RI Bogor mulai digunakan oleh Presiden Soekarno  untuk kantor, menjamu tamu negara, dan tempat tinggal.
Domba dan Angsa Pak Presiden
Presiden ke-7 RI Joko Widodo juga menggunakannya sebagai tempat kediaman, setelah berkantor di Istana negara Jakarta, sore harinya ke Istana Bogor. Presiden tinggal di salah satu dari tujuh paviliun yang ada di dalam kawasan Istana Bogor.
Presiden Jokowi senang memelihara hewan. Terdapat sebanyak 10 domba, angsa, dan kodok di Istana Bogor yang sejuk. Pengunjung dapat melihat hewan peliharaan yang bebas berkeliaran itu. Haha, beberapa domba itu pipis di jalan aspal yang ada di depan bangunan sayap kiri Istana Bogor.
Dalam kunjungan Istura 2017, pengunjung dapat melihat dari luar ruang  Garuda Istana Kepresidenan Bogor, yang biasa digunakan untuk menyambut tamu kenegaraan. Di antara mereka baru-baru ini adalah Raja Salman asal Saudi Arabia dan mantan Presiden AS Barack Obama.
Â
Istana Bogor memiliki lima kaca yang indah. Efek kaca seribu katanya, ada di ruang Garuda. Kaca yang lain ada di ruang  Teratai. Selain itu, di Istana ini terdapat ratusan patung beraneka bentuk dan ratusan lukisan yang indah.
Museum Kepresidenan Republik Indonesia
Meski tak bisa masuk ke dalam Istana Bogor, pengunjung Istura  diperkenankan berkunjung ke Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti. Tidak perlu mengirim surat permohonan berkunjung.
Sehari-harinya, untuk masuk ke museum ini memang gratis, tapi pengunjung harus  mengantungi izin dulu dari pihak museum setelah surat permohonan disetujui. Museum Kepresidenan Balai Kirti yang berada di kawasan Istana Bogor berdiri di atas tanah seluas 3,211 m2 dengan luas bangunan 5.865 m2.
Balai Kirti yang berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti ruang menyimpan kemahsyuran ini dimulai dari gagasan Presiden SBY pada tahun 2012. Â Disini, pengunjung dapat melihat koleksi museum yang ruangan-ruangannya dibagi sesuai dengan nama enam mantan presiden RI, yakni Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan SBY.
Di luar museum, terdapat enam patung mantan presiden berwarna hitam dengan ciri khas masing-masing. Dalam ruangan sesuai nama mantan presisen, dipamerkan perlengkapan dinas, mulai dari baju hingga sepatu. Foto-foto, buku sejarah, audiovisual, hingga film dokumenter.
Semboyan setiap mantan presiden terpampang jelas dengan warna emas di dinding. Salah satunya adalah semboyan Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) Soekarno.Â
Berakhir di  Kebun Raya Bogor
Keluar dari Balai Kirti, terdapat  para penjual makanan dan suvenir berkaitan Istana Bogor. Pengunjung Istura dapat meneruskan wisata ke Kebun Raya Bogor juga dengan gratis. Biasanya, tiket masuk Rp.15.000 untuk lokal dan Rp.25.000 untuk wisatawan asing.
Di Kebun Raya Bogor yang usianya sudah mencapai 200 tahun, sejak didirikan 18 Mei 1817 itu, memiliki luas 87 hektar. Di dalamnya, pengunjung bisa menjumpai banyak taman, yakni Taman Mexico, Taman Teijsman, Taman Air, Taman Obat, Taman Aracea, dan Taman Soedjana.
Dari kolam gunting yang menghijau, berisi ikan air tawar, dan banyak ditumbuhi teratai, pengunjung dapat menyaksikan tampak depan Istana Bogor yang Indah. Terdapat tugu Reindwart sebagai penghargaan telah merintis Kebun Raya Bogor. Sejumlah kursi tersedia untuk menikmati teduhnya pepohonan di sisi kolam.
Pengunjung juga dapat menyaksikan Tugu raffles, yang merupakan di bukti cinta Thomas Stamford Raffles terhadap isterinya yaitu Lady Olivia Mariamne yang meninggal pada tanggal 26 November 1814 akibat penyakit malaria. Â Â
Makam tertua adalah makam seorang administrator toko obat berkebangsaan Belanda yang bernama Cornelis Potmans yang meninggal pada tanggal 2 Mei 1784, Makam terbaru adalah makam ahli botani Prof. Dr. A.J.G.H. Kostermans yang meninggal tahun 1994.
Selain itu ada D.J. de ee Erens, beliau adalah seorang gubernur jendral yang menjabat tahun 1836 -- 1840, Mr. Ary Prins dan dua orang ahli Biologi yang meninggal sekitar tahun 1820-an dalam usia muda, yakni Heinrich Kuhl  dan J.C. Van Hasselt.
Dengan kunjungan ke Istura, Istana Bogor Untuk Rakyat 2017, saya tidak hanya sekedar berwisata sejarah ke Istana, melainkan ke Balai Kirti dan Kebun Raya Bogor sekaligus.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H