Saya terpaku. Deretan tagihan itu ada di depan mata. Ada tagihan listrik, tagihan telepon, dan tagihan air PAM. Belum lagi tagihan tv langganan. Kebutuhan modem internet dan juga keperluan ongkos kendaraan untuk aktivitas hidup sehari-hari, yang tidak bisa ditinggalkan.
Semua itu yang selalu saya temui setiap bulan. Jumlahnya cukup banyak dan perlu untuk segera dilunasi, jika tidak ingin salah satu dari fasilitas yang ada itu hilang. Di sisi lain, saya ingin tetap bisa menggunakan pakaian dengan cukup baik, sesekali makan enak di restoran yang enak, plus berlibur di suatu tempat yang indah dengan fasilitas yang cukup nyaman.
Hingga suatu hari, saya tersadarkan saat mengobrol dengan seorang teman. Dia bertanya, selama memasuki dunia kerja, apa saja yang sudah saya hasilkan? Apa saja yang sudah saya dapat? Sia-sia saja kalau pada usia tertentu belum memiliki apa-apa.
Hati saya berdegup kencang. Kawan saya malah menuduh saya boros. Saya sempat berkilah, jika memang banyak sekali yang harus saya lakukan. Seringkali, sejumlah uang yang dikumpulkan habis tidak terasa. Selain untuk membiayai kebutuhan pokok, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan hidup saya sehari-hari.Â
Meski  lebih tepatnya, jika saya pun tetap ingin terlihat sebagai perempuan yang bisa hidup dengan sejahtera. Selain itu, siapa perempuan yang tidak ingin selalu terlihat menarik meski bertambah usia? Sejak perbincangan dengan teman saya itu, saya pun mulai mencari-cari ilmu tentang perencanaan keuangan. Saya harus membuka cakrawala berpikir saya menjadi lebih luas untuk memikirkan masa depan yang lebih baik.  Saya harus mampu mewujudkannya. Â
Sebenarnya, ada hal yang membuat saya teringat terus. Suatu hari, saya terpaku melihat ibu yang duduk sendiri. Berdentam-dentam rasa pilu di hati, saat ibu bilang ingin sekali naik haji. Usia ibu dan bapak terus merangkak dan mulai mendekati  tujuh puluh. Namun, uang belum terkumpul sama sekali.  Padahal, ibu sangat berharap dapat naik haji masih dalam keadaan tubuh sehat.
Saya menyimak biaya naik haji yang  tahun 2017 mencapai 34,9 juta per satu orang. Saya pun berkakulasi. Meski saat ini jumlah yang dibutuhkan belum ada, tetapi saya menempatkan ibadah haji untuk kedua orang tua sebagai salah satu prioritas hidup. Jika bisa lebih cepat, itu lebih baik.  Meski saya tahu antara kebutuhan dan keinginan seringkali agak tersamarkan dan membuat bimbang. Â
Saya kemudian mulai membaca-baca buku tentang perencanaan keuangan. Â Salah satunya buku karya financial planner Prita H Gozie, SE, Mcom, CFP dengan judul Menjadi Cantik, Gaya, dan Tetap Kaya. Panduan perempuan mencapai kebebasan finansial menuju kehidupan yang indah dan sejahtera.
Dalam buku bestseller terbitan Elex Media Komputindo, dijelaskan Tetap Kaya itu bukan berarti memiliki banyak mobil dan banyak rumah, melainkan memiliki kehidupan yang sejahtera, stabil, hingga batas usia yang diizinkan Tuhan. Makna kaya itu artinya lebih pada punya saat butuh, bukan sekedar punya saat ingin. Kaya bisa berbagi tanpa kesulitan dan merasa terpaksa, dan bisa menjalankan kehidupan yang lebih tentram dan berkecukupan. Bukan berlebihan.
Mengetahui perencanaan keuangan buat perempuan sangat penting. Tentu saja, sambil tetap terus bisa berkarya kreatif di berbagai bidang yang digeluti. Cantik dan gaya, siapa yang tidak mau? Perempuan harus mampu mandiri dalam mengelola keuangan. Harus tahu bagaimana mengelola keuangan. Perempuan harus pintar dan berdaya sehingga dapat memampukan orang di sekitarnya.
Saya pun membuat daftar keinginan dan kebutuhan. Dengan sumber penghasilan yang setara UMR banyak sekali anganan yang tersimpan. Namun, dari apa yang saya baca, selalu kaya dan gaya menjadi impian. Â Hanya saja, bukan berarti harus menurut pandangan orang lain. Yang hanya berdasarkan persepsi dan pendapat orang.Harus bisa menjadi perempuan cantik dan gaya untuk diri sendiri Sesuai dengan kebutuhan diri. Semakin indah lagi jika semua kebutuhan dasar sudah terpenuhi.