Sekjen PBSI Budi menekankan, banyak faktor untuk menjadi juara. Langkah utama yang  dilakukan tentu saja persiapan. Selain itu seperti, upaya pemain, fisik, pola permainan, lingkungan, angin, shuttlecock.
"Kami menargetkan sukses penyelenggaraan hingga meraih the best indonesian world untuk bulutangkis dan sukses prestasi. Â Setelah itu pertandingan Asian Games dan Olimpiade," tegas Budi.
1. Perubahan Lokasi
Lokasi pertandingan yang berubah dari Istora Senayan ke Plennary Jakarta Convention Centre karena sedang dilakukan renovasi untuk Asian Games, Â membuat para pemain bulutangkis perlu menyesuaikan diri untuk setting suasana.
Di istora, pemain bisa menyiapkan diri 4-5 hari sebelum pertandingan, sedangkan di  JCC Cuma 3 hari. Mengingat  tanggal 12 Juni  pertandingan sudah dimulai, maka praktis hanya dua hari fokus set up lapangan dan venue. Sejak tanggal 11 Juni harus sudah siap. Waktu yang terbatas membuat sedikit kesulitan.
2. Venue yang lebih kecil
Venue saat ini lebih kecil, baik di indoor maupun lokasi spot outdoor. Konsep yang diusung pun baru, yakni sportainment. Menggabungkan unsur sport (olahraga) dan entertainment (hiburan). Sekeliling area JCC akan diramaikan dengan berbagai dekorasi bernuansa bulutangkis sehingga kemeriahan BIO 2017 dapat terasa.
Tempat yang lebih kecil ini juga hanya menyediakan tiga lapangan. Jumlah penonton pun cuma bisa separuhnya saja. Jika di Istora Senayan dapat menampung sekitar 6000 penonton, di JCC separuhnya saja.
3. Pelaksanaan Indonesia Open Bulan Puasa
Pelaksanaan BCA Indonesia bertepatan dengan bulan puasa. Sudah pernah dinegokan ke BWF tetapi tidak berhasil. Sejumlah pemain bulu tangkis Indonesia beragama muslim dengan kewajiban beribadah puasa.