Saat menyusuri bagian dalam rumah sakit yang gelap, Audi dan teman-temannya menemukan sesuatu yang mengerikan. Rumah sakit dipenuhi zombie. Puluhan mayat hidup itu mengejar dan menyerang mereka, yang langsung berlarian mencari tempat bersembunyi.
Audi yang berhasil sembunyi di dalam kotak penyimpanan mayat, melalui telepon selular meminta pertolongan Lambo (Puvadol Vechwongsa) kakaknya, untuk menyelamatkannya. Para zombie yang jumlahnya puluhan hilir mudik di ruangan dan siap untuk menerkam. Mereka terjebak.
Setiap gigitan zombie akan mengubah sosok manusia biasa, menjadi zombie. Dalam usaha menyelamatkan diri dan mencoba untuk mencari jalan keluar ke rumah sakit, Lambo dan teman-temannya berhasil bertemu dengan Audi dan kawan-kawannya.
Ketegangan semakin terasa saat mereka menyadari jika zombie ada dimana-dimana. Selalu ada di setiap ruang rumah sakit. Satu demi satu dari mereka pun akhirnya digigit zombie dan mulai menyerang teman-temannya sendiri.
Menyaksikan film horor komedi Zombie Fighters mampu memunculkan sejumlah ketegangan. Â Alunan musik yang mengiringi film cukup membuat jantung deg-degan saat adegan yang mengejutkan muncul.
Namun, tak semua menakutkan. Meski muncul adegan manusia digigit dan dicabik-cabik hingga mengeluarkan darah, film zombie fighters tetap menyajikan unsur komedi yang membuat orang tersenyum.
Terutama, saat adegan Cooper, adik bungsu tiga bersaudara Lambo dan Audi yang kerap merajuk dengan tingkah yang lucu. Di beberapa adegan, tingkah laku Cooper yang kekanak-kanakan mampu memancing tawa.
Film ini pun tak seseram film zombie Thailand yang pernah ada, meski sejumlah adegan memang cukup mengagetkan. Musik yang mengiringi cukup membantu.  Alur ceritanya justru agak melambat  di beberapa bagian. Selebihnya, lebih banyak berupa adegan berlari kesana kemari dikejar zombie. Namun, saya salut dengan tampilan make up para zombie yang memang natural menyeramkan.