Satria Heroes memiliki kekuatan super hewan-hewan asli Indonesia, yakni Harimau Sumatera dan Garuda. Penggambaran kota Jakarta tempat tinggal orang tua Ray yang porak poranda akibat kekuatan jahat, diwujudkan dengan kehadiran beberapa kendaraan bajaj roda tiga. Â
Inilah yang membuat saya dan teman komik yang duduk menonton berdekatan, tersenyum lewat bertebarannya bajaj di antara reruntuhan puing-puing kota dan mobil-mobil mewah. Jakarta identik dengan bajaj?
Reino Barrack selaku pengusaha sekaligus pencipta  karakter Satria Heroes, dalam tayangan pembahasan film acara Layar Perak, Metro TV, yang dipandu oleh Christine Hakim dan Reza Rahardian, Sabtu sore 4 Mei mengatakan, film kepahlawanan super asal Indonesia ini ditujukan untuk anak usia 5-15 tahun.  Â
Walau begitu, orang dewasa yang termasuk di dalamnya orang tua pun, dapat menikmatinya. Buat yang mungkin saja tidak mengikuti serial televisi Satria Garuda Bima X pun tidak apa-apa. Film Satrio Heroes dapat ditonton tanpa harus menyimak dulu serialnya.
Namun buat saya, bila mengetahui latar belakang kisah Satria Garuda Bima X akan lebih membantu untuk memahami jalannya cerita film. Kenapa? Ya, karena memang tidak jauh beda dengan film serialnya. Pemeran Satria Heroes yang keseluruhannya berwajah oriental, pun sama.
Selain itu, adegan kilas balik mengenai musuh pembelot yang masa lalunya, sebenarnya memiliki karakter satria. Akibat suatu peristiwa dan belum dianggap mampu memiliki kekuatan luar dan dalam, Wira yang merupakan murid Master Torga malah berubah menjadi jahat  akibat marah. Kemudian berniat untuk menghabisi seluruh seluruh satria yang ada di bumi, sebagai bentuk balas dendam.Â
Secara efek visual, Satria Heroes memikat. Adegan pertarungan yang terjadi juga menarik. Pertempuran-pertempuran Satria Heroes dengan musuh-musuhnya. Ditambah dengan kehadiran Yayan Ruhiyan, aktor film laga Indonesia yang sudah kelas dunia, menambah keapikan adegan.
Film lokal super pahlawan satria Indonesia ini patut diapresiasi meski Reino Barrack tak menargetkan banyak, kecuali mengisi celah kekosongan film untuk anak Indonesia, yang berjumlah sekitar 65 juta orang.