Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Money

Pasar Rakyat, Potensi dan Identitas Lokal yang Harus Dilestarikan

27 Januari 2017   23:59 Diperbarui: 28 Januari 2017   00:03 1810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang sayur pasar Slipi melayani pembeli yang datang (Dokumentasi Pribadi)

Perempuan  berusia jelang paruh baya itu sedang membenahi sayuran dagangannya di los sayur lantai dua Pasar Slipi, Kemanggisan, Jakarta Barat, sore itu. Senyum di wajahnya langsung melebar ketika melihat saya mendatanginya. “Cari apa?” tanyanya ramah.

Ibu dua anak ini memang selalu menyapa saat saya ataupun keluarga saya berbelanja di los sayurnya ataupun sekedar melewati  tempat dagangannya saja. Bahkan, bisa dibilang mengenal baik ibu saya yang lebih sering berbelanja ke pasar.   

Jumat Sore 27 Januari 2017 pukul 16.00,  suasana pasar Slipi sudah sepi. Hanya ada satu pembeli selain saya, yang datang untuk membeli sayur mayur. Sehingga, terciptalah obrolan mengenai keadaan pasar saat ini, mulai dari semakin sepinya pembeli, kondisi bangunan  Pasar Slipi yang sudah bocor disana sini, keinginan memiliki pasar yang ramai pembeli, hingga kebutuhan mendesak yang membuat pedagang sayur ini harus meminjam uang untuk kelangsungan berdagang dari bank keliling.

Marni sudah lebih dari 30 tahun berjualan sayur di Pasar Slipi. Dia sempat mengalami kondisi pasar yang dulu masih berupa tanah becek di era pertengahan tahun 1980, sebelum kemudian Pasar Slipi dibangun dan seluruh pedagangnya sempat direlokasi sementara di sebuah lapangan bola yang tidak jauh lokasinya.

Pasar sayuran menempati tingkat lantai satu pasar. Disinilah ratusan pedagang menghidupi keluarganya selama puluhan tahun (Dokumentasi Pribadi)
Pasar sayuran menempati tingkat lantai satu pasar. Disinilah ratusan pedagang menghidupi keluarganya selama puluhan tahun (Dokumentasi Pribadi)
Pada tahun 1990 usai Pasar Slipi dibangun tiga lantai, yakni lantai dasar, lantai satu, dan lantai dua, dengan satu basement, Marni pun menempati los sayur di lantai satu. Bersama suaminya, perempuan ini berjualan sayur selama puluhan tahun untuk membesarkan dua anaknya hingga tamat SMU dan akhirnya menikah.

Marni merasakan kondisi bangunan pasar dari yang semula bagus saat baru dibangun hingga akhirnya mengalami kebocoran disana sini. Pasar Slipi yang sejak beberapa tahun belakangan ini menjadi pemberitaan di media massa karena kondisi bangunannya yang memprihatinkan. Khususnya sejak masa pakai pasar sudah habis sejak tahun 2010.

Lantai bangunan yang bocor telah menyebabkan air turun saat hujan datang sehingga mengganggu kegiatan berdagang. Lantai pasar kerap licin dan becek. Lantai dua atau lantai tertinggi, yang dulunya merupakan bioskop dan tempat hiburan bilyar kini kosong. Kerusakannya jangan ditanya lagi. 

Bocornya sudah mencapai lantai di bawahnya. Lantai-lantai keramik juga sudah banyak yang lepas. Sebuah pasar yang sudah selayaknya untuk direnovasi segera untuk mengembalikan keceriaan dan kejayaan pasar yang semakin sepi dan suram.

Kondisi pasar rakyat, salah satunya Pasar Slipi perlu segera direvitalisasi karena berada dalam kondisi rusak dan bocor disana-sini (Dokumentasi Pribadi)
Kondisi pasar rakyat, salah satunya Pasar Slipi perlu segera direvitalisasi karena berada dalam kondisi rusak dan bocor disana-sini (Dokumentasi Pribadi)
Ibu saya mengaku takut ke pasar jika sehabis hujan. Takut terjatuh karena licin. Sebagai penduduk setempat yang juga sudah puluhan tahun tinggal dan berbelanja di pasar rakyat ini, secara tidak sadar  tercipta hubungan emosi dan relasi sosial yang kuat. Hal ini lebih dikarenakan yang berjualan dan membeli adalah orang yang mayoritas hampir sama. Itu-itu lagi.

Pasar Slipi secara lokasi berhadapan langsung dengan Plaza Slipi,hanya dibatasi dengan fly over menuju Tanah Abang. Di samping pasar, selain berjajar toko-toko, juga terdapat sejumlah minimarket, Alfamart dan Indomaret.

Sudar, seorang pedagang buah yang juga sudah 30 tahun berjualan buah, pasar sayur dan buah mengakui kondisi pasar yang sepi. Tempat perbelanjaan modern yang lebih nyaman, yang berada dekat dengan Pasar Slipi cukup mempengaruhi surutnya jumlah pembeli. Jam buka pasar, terutama los bagian atas terbatas hanya sampai sekitar pukul 6 sore. Jumlah pembeli semakin berkurang dan terbatas.

“Pasar ini sepertinya sudah susah untuk ramai pembeli,” kata Sudar, yang juga menghidupi keluarganya sejak menikah, mempunyai anak, hingga memiliki cucu dari hasil berjualan di pasar.

Selama puluhan tahun, para pedagang pasar berinteraksi dengan pembeli sehingga tercipta ikatan emosi dan relasi sosial (Dokumentasi Pribadi)
Selama puluhan tahun, para pedagang pasar berinteraksi dengan pembeli sehingga tercipta ikatan emosi dan relasi sosial (Dokumentasi Pribadi)
Sepinya pembeli terkadang membuat dagangan sayur Marni maupun Sudar tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Istilahnya untuk menambal belanjaan. Mereka terpaksa meminjam kepada orang yang menawarkan pinjaman di pasar meski harus membayar bunga.      

 Pinjam di Bank harus memenuhi syarat. Koperasi pasar sudah bubar lebih dari lima tahun. Padahal, uang yang dipinjam tidaklah banyak, hanya sekitar Rp.500.000, Rp.1.000.000, hingga Rp.2000.000. Biaya pinjaman dicicil setiap hari sebesar Rp.40.000-50.000, tergantung jumlah pinjaman.

Buat Marni, semakin berkurangnya pembeli pasar dipengaruhi juga karena semakin banyaknya pedagang keliling yang mendatangi perumahan-perumahan yang berada di dekat pasar.

Dengan semakin canggihnya  teknologi komunikasi, seorang pelanggan perumahan bisa memesan kebutuhan sayur yang akan dibelinya kepada penjual tanpa perlu repot-repot pergi ke pasar. Pilihan juga lebih beragam karena banyaknya mal.   

Bangunan yang bocor sehingga licin saat hujan membuat sejumlah kios pun akhirnya tutup (Dokumentasi Pribadi)
Bangunan yang bocor sehingga licin saat hujan membuat sejumlah kios pun akhirnya tutup (Dokumentasi Pribadi)
Meski demikian, bagi Taslam, penjual aneka plastik dan perabotan, pembeli di pasar berbeda dengan para pembeli di sebuah pusat perbelanjaan. Pasar memiliki segmen pembelinya sendiri. Berkurangnya jumlah pembeli tak lepas dari akses jalan dan orang yang enggan parkir mobil di dalam pasar.

Sementara menurut  Mino, penjual berbagai makanan kecil di depan pasar, dekat tangga naik ke lantai satu,sepinya pasar tidak lepas dari tutupnya bioskop dan hiburan bilyar. Saat   masih ada, banyak pembeli yang tetap membeli walaupun malam sambil menunggu jam menonton bioskop.

Ah, saya pun dulu sempat menonton bioskop di lantai teratas pasar ini beberapa kali pada pertengahan 90-an, saat pasar Slipi baru dibangun. Kala itu, pasar ini sebenarnya sudah cukup apik karena dilengkapi dengan eskalator alias tangga berjalan, yang kemudian belakangan diganti menjadi tangga biasa kembali.  

Mino, bapak tiga anak ini juga membesarkan dan menyekolahkan anaknya dengan berjualan makanan kecil. Untungnya, karena menggelar dagangannya dari pagi hingga malam di depan pasar, dekat tangga ke atas, selalu saja ada yang membeli sambil lewat.

Inilah kondisi pasa Slipi (Dokumentasi Pribadi)
Inilah kondisi pasa Slipi (Dokumentasi Pribadi)
Pelataran pasar Slipi saat sore hingga jelang dini hari memang sejak dulu menjadi  pusat kuliner yang sangat mengasyikkan. Berbagai makanan untuk bersantap malam dapat ditemukan, mulai dari bubur ayam, bubur kacang hijau, bakso, soto, sate, gulai, hingga martabak dan sekedar goreng-gorengan.

Saat malam, Pasar Slipi berubah menjadi ramai di pelataran dengan parkir yang cukup penuh berjejal. Los dalam pasar yang buka hingga malam sekitar pukul 9.00, adalah yang berada di lantai dasar.  Umumnya adalah penjual tas, pakaian, obat, pulsa, handphone, kosmetik, toko buku, toko elektronik, dan toko emas.  Los sayur, daging, sembako  tutup menjelang maghrib.   

Sebuah pasar adalah saksi hidup perjalanan manusia, baik dari sisi penjual maupun pembeli seperti saya, yang dapat berlangsung sejak puluhan tahun. Betapa saling mengaitnya kebutuhan yang saling melengkapi. Untuk berbelanja di pasar, tidaklah perlu berbaji sangat rapi. Mengenakan sandal jepit, bercelana pendek, maupun berdaster pun jadi. 

Lantai pasar yang pecah keramiknya (Dokumentasi Pribadi)
Lantai pasar yang pecah keramiknya (Dokumentasi Pribadi)
Keberadaan pasar rakyat bukanlah sekedar transaksi jual beli secara ekonomi yang bertujuan mencari keuntungan semata.  Ada nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk. Sebuah identitas budaya lokal dan keramahan yang tercipta. Suatu hal yang tidak akan ditemukan saat berbelanja di plaza ataupun di mal.          

 Saya ingat pernyataan Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita, saat menghadiri bertajuk “Festival Pasar Rakyat – Merayakan Harmoni Kehidupan”, yang diselenggarakan Yayasan Danamon Peduli didukung Kompasiana, pada 21 Desember 2016 lalu bertempat di Bentara Budaya Jakarta.

Engartiasto Lukita menyatakan mengutamakan keberadaan pasar rakyat, utamanya pasar tipe C. Terlebih dengan adanya rencana revitalisasi hingga 5000 pasar di era pemerintahan Presiden Jokowi.

Dalam diskusi-diskusi yang berlangsung saat itu membicarakan urgensi hari pasar rakyat nasional, semakin menyatakan pentingnya sebuah keberadaan pasar rakyat untuk dilestarikan. Walikota Balikpapan kala itu menerapkan sistem saling melengkapi antara pasar tradisional dengan pasar modern sekelas hypermart sehingga dapat seiring berjalan.

Pasar yang bocor (Dokumentasi Pribadi)
Pasar yang bocor (Dokumentasi Pribadi)
Sebuah pasar juga memiliki potensi untuk menjadi pusat kreativitas seperti halnya pasar Santa, yang sempat berkembang menjadi pusat kreativitas. tempat berkumpulnya masyarakat untuk berkreasi dan berpendapat. Pasar merupakan ruang publik.

Dalam buku Menguak Pasar Tradisional  yang mengupas 10 pasar tradisional di Indonesia, yang dikeluarkan oleh Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013, disebutkan sebuah pasar tradisional adalah potret realitas suatu bangsa. Dari segi budaya bangsa, merupakan hasil budaya manusia secara individu ataupun komunal di suatu wilayah. Pasar merupakan realitas sosial yang mengambarkan identitas suku bangsa.

JJ Rizal, salah seorang penulis buku tersebut yang hadir dalam diskusi mengatakan, pasar memiliki kekhasan yang tidak mungkin ditemui di pasar-pasar modern. Hal itulah yang membuat keberadaan pasar bertahan. Seperti halnya pasar Senen, yang terkenal dengan pasar kue subuhnya. Jika di Kalimantan, lantaran kondisi geografis, terkenal dengan pasar terapungnya.

Buku menguak pasar tradisional mengupas pentingnya keberadaan pasar tradisional (Dokumentasi Pribadi)
Buku menguak pasar tradisional mengupas pentingnya keberadaan pasar tradisional (Dokumentasi Pribadi)
Begitu pentingnya eksistensi sebuah pasar, fotografer senior Kompas Arbain Rambey secara tegas menyatakan, seorang jurnalis untuk pertama kalinya dalam menjalankan tugas adalah ke pasar.  

Ya, pasar rakyat atau pasar tradisional memang sampai kapan pun tak akan tergantikan pasar modern. Belanja ke pasar selalu meninggalkan nostalgia. ada interaksi antara penjual dan pembeli. Ada keakraban yang dijalin. Tidak sekedar proses jual beli. Seperti yang saya alami sendiri.

Saat sore, pelataran pasar ramai menjadi sebuah tempat kuliner. Sebuah potensi dari sebuah pasar rakyat (Dokumentasi Pribadi)
Saat sore, pelataran pasar ramai menjadi sebuah tempat kuliner. Sebuah potensi dari sebuah pasar rakyat (Dokumentasi Pribadi)
Jadi memang sudah sudah selayaknya keberadaan pasar rakyat yang dituangkan menjadi Hari Pasar Rakyat Nasional didengungkan agar pasar kembali ramai. Agar pasar rakyat menjadi semakin bagus. Setidaknya, harapan para penjual pasar, seperti Pasar Slipi yang sudah diutarakan di awal artikel dapat terpenuhi.  

Sebuah bangunan yang terawat baik sehingga penjual dan pembeli nyaman, Sebuah kemudahan bagi para penjual untuk mendapatkan bantuan untuk berdagang. Pasar rakyat milik rakyat. Segala sesuatu ada di pasar. Dari sosial, budaya, hingga kuliner. Potensi pun banyak terdapat di pasar rakyat. Keceriaan, kebersamaan, dan kehangatan ada di pasar rakyat.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun