“Bagus banget. Senang bisa melihatnya. Hebat yang bisa membuat kerajinan tangan seperti ini,” kata saya spontan kepada Ari Nurul. Perempuan cantik berkerudung merah, pendiri merk Rumah Puteri itu tersenyum. Melihat keindahan terhampar di depan mata, siapa yang tidak kagum?
Ratusan seni kain perca (Quilt) dari ukuran kecil hingga ukuran besar terlihat begitu menakjubkan karena terlihat indah. Berkeliling hanya sekali di ruangan pameran Gedung Smesco, Jl. Jendral Gatot Subroto, Jakarta, seakan tak cukup.
Selama tiga hari, yakni tanggal 27-29 Oktober 2016, untuk pertama kalinya digelar Festival Quilt &
Needle Craft Festival. Inilah pameran bertaraf internasional yang pertama di Indonesia.
Penggemar quilt ataupun yang ingin tahu kerajinan tangan ini, saat datang ke tempat ini seakan dimanjakan oleh ragam keindahan yang ditampilkan mulai dari bed cover hingga syal.
contoh karya tangan yang dipamerkan (dokpri)
Namun, melihat hasil karya tangan seperti ini sekaligus juga menyadarkan kita, bahwa tidak mudah dalam membuat seni kain perca. Selain itu, diperlukan waktu yang tidak sedikit dan ketekunan saat mengerjakannya. Setidaknya, itu menurut saya sebagai awam yang senang dengan hal yang berkaitan dengan seni.
“Semua bisa, kok,” jawab Ari Nurul yang mengaku baru memulai sejak tahun 2009 dan sudah memiliki usaha. Saat ini ketua panitia telah mendirikan yayasan Khatulistiwa untuk mewadahi dan menyatukan para pengrajin, juga komunitas.
Keindahan hasil karya membuat pengunjung banyak berfoto-foto (dokpri)
Quilt and Needle Craft Festival 2016 diadakan selain memempromosikan karya Quilt yang ada di tanah air sehingga lebih bernilai, juga mendorong para pengrajin lebih percaya diri sebagai UKM.
Untuk para pengunjung pun, pastinya dapat memperoleh manfaat karena menjadi tahu dan mencintai hasil karya kerajinan ini. Tak hanya kerajinan kain perca, ada karya dari sulam dan rajut.
Salah satu motif quilt dan penjelasannya (dokpri)
Banyak hal yang dapat dipelajari karena dalam Quilt & Needle Craft Festival, para pengunjung Khususnya para generasi muda, bukan hanya sekedar melihat-lihat saja. Apalagi, tanggal 28 Oktober hari Sumpah Pemuda, rasanya pas sekali untuk menumbuhkan kecintaan pada karya seni yang berasal dari tanah air.
Seorang ibu memperlihatkan cara membuat sebuah karya (dokpri)
Dalam rangkaian festival yang melibatkan puluhan
booth ini, terdapat sejumlah workshop tanpa pungutan biaya dan bahkan mendapatkan sertifikat. Ilmu-ilmu diberikan gratis oleh para pelatih (
coach) yang sudah berpengalaman di bidangnya.
Para seniman mancanegara, seperti asal Thailand dan Jepang yang memberikan ilmu mengenai quilt. Booth quilt Jepang, tampak penuh dihadiri oleh para pengunjung yang merasa tertarik dengan pernak-pernik untuk membuat Quilt.
Karya yang cantik (dokpri)
Coach Margetty Herwin, dari Smart Business Coaching Firm yang membawakan seminar Tahapan Mudah dan Efisien dalam Memulai Bisnis dalam Dunia
Handycraft mengatakan, keyakinan dan percaya diri dalam memulai dan menjalankan sebuah usaha craft memegang peranan penting. Utamanya, keyakinan mampu untuk menjual barang yang diproduksi.
Coach Getty mengatakan, seorang pebisnis handycraft harus yakin produknya dapat dijual dan berani melangkah (dokpri)
Coach Getty yang memberikan sejumlah tips usaha menekankan seseorang maju mundur untuk memulai bisnis lebih disebabkan faktor ketakutan dalam diri. Takut untuk memulai dan takut untuk melangkah. Seandainya dapat melepaskan segala ketakutan, jalannya usaha akan lebih lapang.
Dalam seminar itu, seorang ibu pekerja yang juga merintis usaha handycraf mengakui belum mau melepaskan pekerjaan tetapnya dan terjun total sebagai pengusaha. Salah satu alasannya, berusaha sendiri belum ada jaminan, misalnya saja seperti asuransi, yang akan didapat bila bekerja di sebuah instansi.
Keindahan Quilt yang mengagumkan (dokpri)
Dukungan Kementrian Koperasi dan UKM sangat penting untuk pengenalan quilt ke masyarakat (dokpri)
Coach Getty juga menyarankan para pengusaha untuk menuliskan daftar perencanaan usaha, target perencanaan dan waktu pelaksanaan untuk membantu kesuksesan berusaha. Selain itu juga memanfaatkan media sosial, media online untuk mempromosikan usaha.
Selain juga menambah wawasan dengan mendatangi suatu kegiatan untuk membangun jejaring. Jangan sampai hanya berkembang menjadi UKM saja.
Ibu-ibu memeragakan hasil karya sulam Sumatera Barat (dokpri)
Di saat yang sama juga disampaikan, dalam memulai bisnis
handycraft, sudah saatnya lebih menggandeng anak-anak muda sehingga bisnis bisa tetap berjalan. Selama ini yang lebih banyak terlihat adalah para orang tua.
Saat pameran, meski terdapat sejumlah anak muda, sepanjang mata memandang memang lebih banyak para orang tua. Kaum ibu terlihat lebih banyak mendominasi sebagai pengunjung ataupun peserta pameran.
Gambar yang lucu dan unik (dokpri)
Padahal, dengan menguasai kerajinan kain perca dan sulam, dapat mengembangkan ekonomi kreatif. Ah, tapi tentunya tak patut membandingkannya dengan keriuhan pameran gadget atau komputer yang selalu dipenuhi generasi muda, kan? Masih banyak anak muda yang mau belajar Quilt.
Kenyataannya, hasil karya sulam telah mampu meningkatkan hidup para pengrajinnya. Setidaknya seperti yang dikatakan Salfrida Ramadhan, Ketua Pecinta Sulam Indonesia, yang mengatakan hasil karya indah dari para ibu yang sebagian besar tidak begitu terdidik dan menjadi ibu rumah tangga saja, begitu indah.
Quilt dan penjelasan Pineaple Block (dokpri)
Karyanya dikagumi oleh orang luar negeri. Para ibu ini mampu membantu perekonomian keluarganya dengan karya yang dihasilkan tangannya sendiri. Mencintai sulam diawali dengan keindahan dan akhirnya kemudian dapat mendatangkan penghasilan. Ya, dalam display pameran, sebuah bros kecil sulaman saja berharga Rp.150.000-Rp.200.000. Untuk bros besar, syal, dan lainnya bervariasi harga hingga jutaan rupiah.
Karya yang indah selalu memikat untuk diabadikan melalui foto (dokpri)
Meski demikian, Salfrida mengatakan, pemahaman mengenai sulam di Indonesia memang tidak sama. Pernah, diminta untuk membuat sebuah sulaman bersama ratusan orang untuk memecahkan rekor dalam waktu singkat oleh panitia. Suatu hal yang tidak mungkin karena untuk membuat sebuah bunga saja misalnya, membutuhkan waktu tiga jam.
Beragam corak, gambar, dan warna (dokpri)
Kelompok pecinta sulam Indonesia dibuat pada tahun 2008. Diberi nama pecinta sulam supaya dapat menjangkau anggota lebih luas, siapa pun dapat ikut, tak hanya pengrajin untuk lebih mengenal sulam. Awalnya, kata pecinta sendiri muncul karena para penyulam kurang percaya diri dengan sebutan yang disandangnya.
Salfrida menambahkan, sulam sebenarnya tak melulu untuk kaum perempuan saja. Laki-laki pun bisa melakukannya, terutama bagi yang belajar menjahit. Tak hanya orang tua, anak muda pun dapat mempelajarinya karena bisa dilakukan setahap demi setahap hingga mampu.
Contoh bros dengan hasil sulaman (dokpri)
Pemahaman mengenai karya seni yang dibuat dengan tangan, saat ini perlu mendapatkan apresiasi lebih karena pembuatannya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Sayangnya, saat ini sudah mulai banyak yang dibuat dengan mesin.
Agus Muharam, Sekretaris Kementerian Koperasi dan KUKM secara tegas menyatakan membuka lebar-lebar bila para pengrajin akan melakukan pameran di Smesco, sehingga masyarakat lebih mengenal dan mengetahui produk karya negeri.
Rajutan warna wani sepatu bayi (dokpri)
Senada, Ahmad Zabadi, Dirut LLP KUKM dalam sambutannya mengharapkan para pengrajin yang sebagian besar adalah para perempuan dapat terus menghasilkan produk yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi.
Dalam Quilt & Needle Craft Festival banyak sekali ilmu yang didapat. Tidak hanya sekedar melihat-lihat keindahan hasil karya saja. Berharga rasanya hadir di tempat ini. Negara besar seperti Amerika saja masih menggelar pameran Quilt, Indonesia seharusnya mampu menghasilkan kekayaan karya yang lebih indah. Apalagi Indonesia terletak dari Sabang sampai Merauke dengan ragam budayanya. Bisa menjadi tambahan daya pikat wisata.
Quilt yang indah dan mengagumkan (dokpri)
Sebelum pulang, saya akhirnya tukar menukar nomor telepon dengan seorang pengunjung yang juga merasa tertarik untuk belajar menyulam. Dulu saat di bangku sekolah keterampilan ini memang pernah diajarkan, namun berlalu begitu saja seiring dengan waktu.
Untungnya, secara rutin ada komunitas rajut dan komunitas pecinta sulam yang membagikan ilmunya di Blok M Plaza, Jakarta. Ah,saya yang baru tahu, semakin ingin tahu jadinya. Ada yang mau ikut bergabung?
Berikut Video kegiatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya