Wah, saya tidak menduga jika ternyata penjurian Akademi Menulis PLN Kompasiana, Â seperti halnya proses sidang tugas akhir, dengan tiga orang penguji yakni dua dari kompasiana dan satu dari PLN. Setiap akademisi PLN melakukan presentasi dengan slide selama sepuluh menit. Selama 40 menit kemudian, dilakukan kegiatan pengujian dari para juri dan kesempatan bertanya dari 10 kompasianer yang dihadirkan.
Saya berada di ruangan Diponegoro. Tiga penguji, yakni Pepih Nugraha dan  Adhyatmika dari Kompasiana,  serta Wisnu Satrijono, GM Pusdiklat PLN. Ada lima akademisi PLN asal berbagai daerah, yakni Muhammad Taufiq, Rakhmadsyah, Soelitiyoadi Nikolaus, Emmielia Tobing, dan Grahita Muhammad.  Keseluruhan akademisi ini telah memiliki akun kompasiana sejak hari pertama pelatihan, pada tanggal 18 April 2016.
Ketegangan di Awal Presentasi
 Tidak mudah ternyata melakukan presentasi jika dilakukan di hadapan penguji. Apalagi, jika disimak sejumlah kompasianer yang sudah siap untuk ikut mengajukan sejumlah pertanyaan.
Tampil sebagai akademisi PLN yang pertama melakukan presentasi, Muhamad Taufiq tidak dapat menyembunyikan kegugupannya. Lelaki yang bertugas sebagai Asisten Manager adminitrasi Sektor Pembangkitan Keramasan memaparkan ini empat tulisan yang telah dibuatnya di akun Kompasiana, yakni Kompasiana, My New Starting Point  (pengalaman), Kartini itu bernama Tiara (essay foto tokoh), Saatnya PLN Rangkul Netizen (opini), dan Karyawan PLN bukan Superman (feature).
Taufiq mengungkapkan jika menulis itu tidaklah mudah. Dia sering terbawa mood sehingga mengeluarkan kata pertama terasa cukup sulit. Meski demikian, Taufiq mengakui perlunya pemilihan media yang tepat untuk penulisan seperti Kompasiana.
Taufiq memperlihatkan  platfrom blog pribadi yang diisi delapan tulisan dari tahun 2010 – 2013 hanya dibaca 664 kali. Seminggu menjadi Kompasianer, dengan empat tulisan telah dibaca lebih dari 600 kali. Apalagi, keempat tulisannya masuk dalam kategori pilihan.
Tulisan opini Taufiq mengenai saatnya PLN menggandeng Netizen sebagai mitra informasi dan komunikasi PLN. Â Menurutnya, komunikasi yang dibangun melalui call center PLN 123 sampai dengan social media belum mampu memberikan dampak yang signifikan untuk meningkatkan citra positif PLN. Demo besar-besaran di depan Kantor PLN Tanjung Pinang tahun 2015, salah satunya.
Dalam feature-nya, M Taufiq menyoroti  Karyawan PLN Bukan Superman berupa perjuangan pegawai PLN yang rela meninggalkan keluarga, anak dan istri untuk melaksanakan tugas memberikan penerangan kepada pelanggan listrik.Bahkan, ada yang sepuluh tahun tidak pernah bermalam takbiran saat lebaran bersama keluarga.