Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Belajar Hemat Biaya dan  Hemat Energi dengan Listrik Pintar

22 April 2016   00:13 Diperbarui: 22 April 2016   00:33 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Listri pintar mengajarkan masyarakat untuk berhemat penggunaan listrik (sumber:pln.co.id)"][/caption]SAAT pagi mulai datang dan lampu masih menyala, biasanya ibu mulai ribut. Sudah siang dan sudah terang, tidak perlu lagi penerangan lampu jika tidak dibutuhkan. Tujuannya  jelas, supaya nantinya pembayaran tagihan listrik pasca bayar bulan depan, tidak terlalu besar.  

Begitulah. Tarif listrik bagi pelanggan listrik, khususnya untuk pelanggan rumahan merupakan kewajiban yang harus terpenuhi. Mau tidak mau. Hal itu yang selalu jadi pegangan karena takut atas sanksi yang diberlakukan PLN jika tidak membayar, yaitu pemutusan sambungan listrik.

Jika itu sampai terjadi, sudah pasti segala jenis aktivitas yang bisa dilakukan di rumah dapat terganggu. Saat ini, dapat dikatakan, siapa pun yang tinggal di kota besar, khususnya kota DKI Jakarta, tidak akan sanggup rasanya hidup tanpa ada penerangan listrik.

Kenapa? Tidak ada listrik pasti akan gelap. Kondisi yang sangat tidak nyaman. Tidak akan dapat membaca dengan mudah di malam hari, tidak dapat  menonton televisi, tidak enak jika menyiapkan makan malam, dan  tidak dapat menyetrika pakaian.

Itu baru beberapa contoh sederhana saja. Kenyataannya, kebutuhan akan listrik semakin hari semakin meningkat. Nyaris semua keperluan hidup orang masa kini, terutama kota besar semuanya harus didukung oleh listrik.

Lihat saja, kipas angin yang selalu berputar karena cuaca Jakarta yang gerah, mesin pompa air yang harus menggunakan listrik jika ingin dapat mengeluarkan air, komputer yang penting untuk mengetik dan mengerjakan tugas butuh listrik, gadget dan smartphone yang selalu isi ulang baterai, juga harus dialiri listrik.        

Pendek kata, semua yang berkaitan dengan semua jenis elektronika pasti memerlukan listrik. Dari mesin cuci hingga penanak nasi. Tidak ada tawar menawar. Listrik diperlukan bukan cuma sekedar menerangi listrik lagi.

Listrik sudah memasuki semua lini kebutuhan hidup manusia masa kini. Kebutuhan yang sangat mendasar. Tidak ada listrik, keberlangsungan hidup pasti dapat terganggu. Aktivitas  dapat berhenti.

Contohnya saja, saat mati lampu terjadi akibat pemadaman ataupun adanya gangguan. Memang masih ada alternatif pengganti seperti nyala lilin, tapi ternyata tetap tidak dapat menggantikan kebutuhan listrik. Lihat saja jika terjadi mati lampu, banyak orang yang hanya akan memilih duduk-duduk saja atau tidur sambil menunggu kembali menyalanya lampu.   

Maka bukan suatu hal yang berlebihan juga, ketika seorang kawan rela membeli sebuah generator listrik sebagai suatu cadangan kala listrik mati. Sederhana saja alasannya, agar tidak harus gelap-gelapan di malam hari.

Itu baru membicarakan kebutuhan listrik di tingkat rumahan. Pemberitaan media menyamapkan jika Ujian Nasional  berbasis komputer  2016  pun terkena dampak karena adanya pemadaman listrik. Apalagi tingkatan industri tentunya lebih besar dampaknya jika tidak listrik. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan listrik termasuk penyediaan biaya bulanannya, semakin meningkat dan meningkat.

Dari pascabayar ke prabayar

BICARA  mengenai kebutuhan listrik dari waktu ke waktu yang selalu bertambah, penduduk kota besar seperti Jakarta seperti saya, jika dipikir-pikir termasuk yang sangat beruntung. Dengan leluasa, dapat menikmati kebutuhan aliran listrik sangat lancar. Jarang sekali mati lampu.

Padahal di sejumlah daerah di Indonesia hingga tahun 2016 ini, masih banyak yang mengalami krisis listrik. Mudah saja mencari pemberitaannya soal hal ini. Tinggal mengetikkan kata ‘listrik’ di mesin pencari segera tertera persoalan terkait dengan listrik.

Misalnya saja, di Pulau Nias, Batam, Palu, hingga sejumlah kota-kota yang ada di kawasan timur Indonesia. Penduduk di wilayah itu masih harus menikmati listrik dalam keadaan byar pet, mengalami jadwal penggiliran pemadaman karena pasokan listrik tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Di sisi lain, pada sejumlah tempat yang lancar pasokan listriknya, pengguna listrik justru banyak yang menggunakannya tidak dengan cara hemat energi. Masih banyak ketika hari sudah terang, lampu masih menyala.

Selain itu, ternyata terdapat sejumlah pelanggan PLN pasca bayar,  yang masih melakukan penunggakan pembayaran listrik, yang sudah terjadwalkan mulai tanggal 1 hingga 20 setiap bulannya. Setiap bulan pula, seorang pencatat meter datang ke rumah-rumah untuk mencatat listrik yang telah digunakan oleh pelanggan.

Penunggakan listrik tersebut membuat PLN memberikan denda dan melakukan pemutusan sambungan. Sebagai solusi, PLN kemudian menawarkan pelanggan listrik untuk menggunakan listrik prabayar. Dengan listrik prabayar, pelanggan rumahan dapat mengendalikan sendiri sepenuhnya penggunaan listrik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannnya.

Apa itu listrik prabayar atau listrik pintar? Jika menggunakan istrik pintar, pelanggan perlu mengeluarkan uang atau biaya lebih dulu untuk membeli energi listrik yang akan dikonsumsinya.

Berdasarkan penjelasan yang tertera di website PLN,  besaran energi listrik yang telah dibeli oleh pelanggan dimasukkan ke dalam Meter Prabayar (MPB) yang terpasang dilokasi Pelanggan melalui sistem ‘token’ (pulsa) atau stroom.MPB menyediakan informasi jumlah energi listrik (kWh) yang masih bisa dikonsumsi. Persediaan kWh tersebut bisa ditambah berapa saja dan kapan saja sesuai kebutuhan dan keinginan Pelanggan.

Suatu terobosan menarik dari PLN. Pelanggan memiliki keuntungan bisa menggunakan konsumsi listrik dengan jadwal yang diatur sendiri. Jumlah pembeliannya pun suka-suka waktunya karena nilai Pulsa Listrik (voucher) yang disediakan, bervariasi mulai Rp 20.000,0 s.d. Rp 1.000.000. Pembeliannya pun dapat leluasa dilakukan dimana saja, mulai di toko hingga ATM.

Listrik pintar juga membuat pelanggan tidak perlu repot-repot melakukan terikat dengan jadwal pembayaran listrik bulanan. Apalagi, harus berurusan dengan petugas pencatat meter yang pastinya datang saat jam kerja dan belum tentu ada di rumah. Paling tidak, tidak perlu mencatatnya di papan agar terbaca. Jika lupa bayar, maka akan terjadi pemutusan. Privasi pun lebih terjaga.

Saat pertama kali mengetahui listrik  pintar memang cukup kaget, apalagi sempat ada pemberitaan jika nominal listrik pintar merugikan pelanggan listrik. Namun kemudian, tidak demikian.

Dengan listrik pintar, ada keuntungan lainnya, yakni penghematan pengeluaran biaya listrik dapat dilakukan dengan lebih terkontrol. Bisa disesuaikan dengan belanja bulanan. Adik saya, yang menggunakan listrik pintar mengatakan, sanagt terbantu karena akan terdengar bunyi jika listrik akan habis. Jelas juga penanda pemakaian listriknya. Jika ingin berhemat, pemakaian listrik dikurangi dengan memantikan penggunaan bearang elektronik yang tidak perlu.

Sesuai dengan namanya listrik pintar, cara ini membuat pengguna listrik PLN berlajar berhemat menggunakan listrik, belajar hemat mengeluarkan biaya listrik, dan tentunya hemat energi. Tidak ada salahnya beralih ke listrik pintar, apalagi saat ini migrasi dari pascabayar ke prabayar pun tidak dikenai biaya. Tentunya dengan pemakaian listrik yang dapat dikendalikan sendiri, hidup akan lebih baik. Namanya juga listrik pintar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun