Dari pascabayar ke prabayar
BICARAÂ mengenai kebutuhan listrik dari waktu ke waktu yang selalu bertambah, penduduk kota besar seperti Jakarta seperti saya, jika dipikir-pikir termasuk yang sangat beruntung. Dengan leluasa, dapat menikmati kebutuhan aliran listrik sangat lancar. Jarang sekali mati lampu.
Padahal di sejumlah daerah di Indonesia hingga tahun 2016 ini, masih banyak yang mengalami krisis listrik. Mudah saja mencari pemberitaannya soal hal ini. Tinggal mengetikkan kata ‘listrik’ di mesin pencari segera tertera persoalan terkait dengan listrik.
Misalnya saja, di Pulau Nias, Batam, Palu, hingga sejumlah kota-kota yang ada di kawasan timur Indonesia. Penduduk di wilayah itu masih harus menikmati listrik dalam keadaan byar pet, mengalami jadwal penggiliran pemadaman karena pasokan listrik tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Di sisi lain, pada sejumlah tempat yang lancar pasokan listriknya, pengguna listrik justru banyak yang menggunakannya tidak dengan cara hemat energi. Masih banyak ketika hari sudah terang, lampu masih menyala.
Selain itu, ternyata terdapat sejumlah pelanggan PLN pasca bayar, Â yang masih melakukan penunggakan pembayaran listrik, yang sudah terjadwalkan mulai tanggal 1 hingga 20 setiap bulannya. Setiap bulan pula, seorang pencatat meter datang ke rumah-rumah untuk mencatat listrik yang telah digunakan oleh pelanggan.
Penunggakan listrik tersebut membuat PLN memberikan denda dan melakukan pemutusan sambungan. Sebagai solusi, PLN kemudian menawarkan pelanggan listrik untuk menggunakan listrik prabayar. Dengan listrik prabayar, pelanggan rumahan dapat mengendalikan sendiri sepenuhnya penggunaan listrik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannnya.
Apa itu listrik prabayar atau listrik pintar? Jika menggunakan istrik pintar, pelanggan perlu mengeluarkan uang atau biaya lebih dulu untuk membeli energi listrik yang akan dikonsumsinya.
Berdasarkan penjelasan yang tertera di website PLN,  besaran energi listrik yang telah dibeli oleh pelanggan dimasukkan ke dalam Meter Prabayar (MPB) yang terpasang dilokasi Pelanggan melalui sistem ‘token’ (pulsa) atau stroom.MPB menyediakan informasi jumlah energi listrik (kWh) yang masih bisa dikonsumsi. Persediaan kWh tersebut bisa ditambah berapa saja dan kapan saja sesuai kebutuhan dan keinginan Pelanggan.
Suatu terobosan menarik dari PLN. Pelanggan memiliki keuntungan bisa menggunakan konsumsi listrik dengan jadwal yang diatur sendiri. Jumlah pembeliannya pun suka-suka waktunya karena nilai Pulsa Listrik (voucher) yang disediakan, bervariasi mulai Rp 20.000,0 s.d. Rp 1.000.000. Pembeliannya pun dapat leluasa dilakukan dimana saja, mulai di toko hingga ATM.
Listrik pintar juga membuat pelanggan tidak perlu repot-repot melakukan terikat dengan jadwal pembayaran listrik bulanan. Apalagi, harus berurusan dengan petugas pencatat meter yang pastinya datang saat jam kerja dan belum tentu ada di rumah. Paling tidak, tidak perlu mencatatnya di papan agar terbaca. Jika lupa bayar, maka akan terjadi pemutusan. Privasi pun lebih terjaga.