[caption caption="Penjelasan dan penyampaian mengenai Self Healing sebelum sesi releasing di acara Remedi Day (foto:riapwindhu)"][/caption]SEJUMLAH perempuan dan laki-laki saling berhadapan membentuk lingkaran. Duduk bersila. Kedua tangan diletakkan di atas paha masing-masing. Mata terpejam. Menyatu dengan musik instrumentalia yang mengalun lembut. Tetesan hujan terdengar perlahan, kemudian mulai menderas, jatuh mengenai daun-daun, batu, dan rerumputan.
“Rileks. Lepaskan semua rasa marah yang ada terhadap seseorang. Maafkanlah,” tuntun suara Guntur Budi, salah seorang healer dalam kegiatan Self Healing with Mind, yang dilakukan secara outdoor di bawah tenda halaman kantor Remedi Indonesia, pada acara Remedi Day, (9/4) lalu.
Sesekali suara sang healer mengingatkan peserta, agar tetap dalam posisi duduk dengan punggung tetap tegak lurus. Memfokuskan diri. Menghilangkan rasa tidak suka terhada seseorang atau sesuatu. Termasuk meminta peserta untuk membiarkan saja rasa yang muncul, seperti mengantuk.
“Jika mengantuk, tidur saja. Tidak apa-apa,” tukas Budi.
Selang 15 menit kemudian, selesailah sesi itu. Setiap peserta diminta mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ada yang merasa biasa-biasa saja seperti saya. Ada juga yang menyatakan dadanya lebih lega.
“Nggak tahu kok saya tiba-tiba mengantuk tapi saya merasa lebih plong,” kata Lis, salah seorang peserta.
Menurut Budi, dada yang lebih terasa lega dan lapang adalah sebuah penanda telah berhasil dilepaskannya emosi negatif terhadap seseorang. Releasing, adalah bagian yang terpenting dalam Self Healing with Healing. Rasa ngantuk merupakan salah satu reaksi yang muncul dari orang yang melakukan releasing.
[caption caption="Remedi Day, satu hari penuh keajaiban untuk tubuh, hati, dan pikiran (foto;riapwindhu)"]
Sebelum sesi releasing dilakukan, setiap peserta diminta untuk menyampaikan apa saja yang dikeluhkannya secara bergantian. Saat itu ada peserta yang mengaku cepat marah terhadap sesorang dan ada yang bermasalah dengan sikap ayahnya hingga berurai air mata. Seorang peserta bahkan datang jauh dari Semarang, Jawa Tengah.
Saya yang semula datang hanya ingin mengetahui tentang Self Healing with Mind, pun turut mengungkapkan masalah sulit tidur yang kadang kali saya alami. Katanya, tidur akan lebih mudah nyenyak jika Self Healing with Mind berhasil dilakukan.
Andaipun dalam sesi pertama Self Healing With Mind masih biasa saja yang dirasakan, semua dapat dilatih kembali. Sore itu workshop lebih diarahkan pada pengenalan Self Healing with Mind kepada peserta karena waktunya sangat terbatas.
Kekuatan pikiran menjadi kunci dalam Self Healing. Rasio yang tinggi terkadang menentukan berhasil atau tidaknya terapi yang dilakukan. Yuliani, salah seorang healer lainnya mengatakan, mampu memaafkan sangat penting. Apa saja yang dimaafkan? Peristiwa, masa lalu, orang lain, dan diri sendiri.
[caption caption="Berbagai media untuk membantu seseorang mengatasi emosi negatif (foto:riapwindhu)"]
SELF healing adalah salah satu bentuk terapi penyembuhan tanpa obat. Pikiran, perasaan, dan emosi negatif dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan menimbulkan penyakit. Itulah sebabnya terkadang sejumlah penyakit ataupun malasah tetap kembali walaupun telah berobat.
Selain Self Healing With Mind, metode penyembuhan tanpa obat pun beragam. Itulah yang diperkenalkan dalam kegiatan berbagai workshop dalam Remedi Day, yakni Kundalini Yoga, Hearty Eating, Bach Flower Remedy, Life Mapping, Conscious Awareness, Loving The Child Within You, The True You, Daily Mindfullnes, Sound Healing Meditation. Kegiatan dilangsungkan secara outdoor dan indoor.
Karmen Kantaatmadja, terapis dalam Everyone is Healer with Bach Flower Remedies mengatakan, Bach Flower Remedies merupakan suatu sistem penyembuhan emosi yang menggunakan energi dari bunga.
Saat ini terdapat 38 jenis remedies yang berasal dari bunga dan air. Masing-masing remedies berfungsi untuk mengatasi emosi negatif tertentu. Misalnya saja chamomile yang dapat membuat lebih tenang dan peppermint yang membuat lebih segar.Bunga diyakini memiliki energi hidup untuk menstabilkan emosi.
Karmen menyampaikan, Bach Flower remedies dikembangkan oleh Dr. Edward Bach, seorang dokter ahli bacteriologist, immunologist, dan homeopath yang mempelajari phsycoeuroimmunology. Menurut Bach, emosi yang dirasakan mempengaruhi sistem imunitas tubuh. Stress menyebabkan sekitar 75 % dari semua penyakit.
Sistem tubuh manusia yang terdiri atas tubuh, pikiran, perasaan, dan jiwa saling memiliki keterkaitan. Karenanya, kesehatan tubuh seringkali dipengaruhi oleh ketidakseimbangan kondisi jiwa, pikiran, dan perasaan.
Pikiran yang terganggu kerap menimbulkan gangguan kesehatan. Jadi sakit belum tentu karena suatu bakteri, virus, racun ataupun kuman. Ada akar permasalahan dari gejala yang tampak, yang perlu dituntaskan.
[caption caption="salah satu meja peserta bazar untuk kegiatan meditasi (foto:riapwindhu)"]
SAAT ini banyak orang terutama yang tinggal di kota besar, memendam emosi dan perasaan karena alasan budaya, etika, dan kepantasan sosial. Secara perlahan namun pasti, emosi negatif mempengaruhi kesehatan dan menimbulkan penyakit. Penyembuhan tanpa obat menjadi solusi.
Siti Banu Intan, salah seorang founder Remedi Indonesia mengatakan, metode olah jiwa, raga, dan pikiran seperti self healing dan meditasi saat ini menjadi pilihan banyak orang, terutama perempuan.
Perempuan, dalam kultur Indonesia seringkali harus selalu diposisikan melayani suami, orang tua, dan anak-anak, sehingga mengabaikan kebutuhannya sendiri. Karenanya, sesekali Me Time untuk perempuan sangat perlu untuk melepaskan segala tekanan yang dirasa.
Intan mengatakan setiap orang harus belajar untuk mencintai diri sendiri. Bagaimana bisa mencintai orang lain dengan baik, jika tidak mampu mencintai diri sendiri?
[caption caption="Belajar mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain (foto:riapwindhu)"]
Saat menghadapi suatu makanan misalnya, banyak sekali hal yang dapat disyukuri dari bisa terhidangnya makanan itu. Banyak pihak yang terlibat, hingga makanan dapat tersaji dan tinggal disantap seseorang.
Menurut Intan, Remedi sendiri diambil dari Bahasa Inggris, yang berarti Obat. Sebagai pusat komunitas, Remedi Indonesia menjadi tempat berkumpulnya orang yang ingin mencari damai, kebahagiaan, harmoni, dan cinta dalam hidup.
Saat ini sejumlah pemberitaan semakin banyaknya orang yang stres (tertekan) akibat faktor ekonomi dan beban pekerjaan. Gangguan emosional ini menyebabkan turunnya produktivitas.
Remedi Indonesia merupakan pusat komunitas orang mencari lebih damai, kebahagiaan, harmoni dan cinta dalam hidup mereka. Setiap selasa malam pukul 19.00-21.00, diadakan sesi free dharma di Kantor Remedi Indonesia, Jl Bangka No. 99 A.
Sabtu sore di kegiatan Remedi Day, melalui berbagai workshop yang dihadirkan, saya jadi tahu berbagai metode olah jiwa, raga, dan pikiran. Suatu alternatif pengobatan berdamai dengan diri sendiri tanpa obat yang dapat dicoba. Satu hari penuh keajaiban untuk tubuh, hati, dan pikiran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H