Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bincang Sapa: Kopi Mirna, Jejak, dan Pengawasan Sianida

29 Februari 2016   19:01 Diperbarui: 1 Maret 2016   15:51 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Talkshow Bincang Sapa Melacak Jejak Sianida Kompas TV (foto:riapwindhu)"]

[/caption]

WAYAN Mirna Salihin. Nama perempuan ini tiba-tiba menjadi sangat top di seluruh  Indonesia. Sejak pekan pertama Januari 2016, kisah tragisnya mengisi mayoritas pemberitaan media, baik media televisi, online, cetak, ataupun radio. Sudah satu setengah bulan, nama Wayan Mirna Salihin selalu berada pada urutan sepuluh besar trending tag, trending topic, topik terpopuler.   

Jika mengetikkan nama Wayan Mirna Salihin atau Mirna melalui mesin pencari google, muncul ratusan berita, sejumlah nama facebook dan instagram, yang terkait dengannya. Foto-foto Mirna juga tak kalah banyak, baik yang sendiri, bersama teman-temannya, saat pernikahan, ataupun saat pemakamannya.

Perempuan berdarah Bali ini meninggal dunia  tidak lama setelah meminum kopi vietnam di Olivier Cafe, Grand Indonesia,Jakarta, Sabtu (6/1). Saat itu, Mirna bersama dengan temannya, yakni Jessica dan Hani. 

Kepolisian kemudian menetapkan Jessica menjadi tersangka, meski yang bersangkutan tidak mengakui perbuatan yang dituduhkan. Australia, negara tempat Mirna dan Jessica menuntut ilmu di Billy Blue College of Design dan Swinburne University of Technology, Melbourne, bahkan akan dimintai bantuan dalam kasus ini.

Siapa sebenarnya Mirna? Kematiannya yang seketika memunculkan berbagai dugaan dan pendapat. Apalagi peristiwa maut itu terjadi di sebuah tempat umum, sebuah pusat perbelanjaan besar yang ramai didatangi oleh pengunjung.

[caption caption="Sianida, Racun Berbahaya Bagi Tubuh (foto:tribunnews.com)"]

[/caption]

Berdasarkan identifikasi kepolisian, kopi yang diminum Mirna mengandung Sianida. Sebuah zat beracun yang seketika langsung bereaksi dalam tubuh Mirna dan membuatnya meninggal dunia. Kopi maut kemudian menjadi sebuah istilah yang muncul untuk menggambarkan kisah Mirna.

Obrolan kopi  maut tidak hanya ramai berkembang pada pemberitaan, melainkan juga di kalangan masyarakat. Banyak yang penasaran mengapa Mirna harus dibunuh dengan racun Sianida?

Kenapa Sianida ini bisa ada di kopi vietnam yang diminum Mirna? Siapa yang memasukkannya di dalam cangkir sebelum disuguhkan kepada Mirna? Benarkah Jessica, teman baik Mirna saat pertemuan di kafe adalah pelaku sebenarnya? Untuk apa dia melakukannya di tempat terbuka? Sebenarnya apa itu sianida?

Selain pemberitaan, kopi maut dan sianida terkadang muncul dalam berbagai guyonan dan obrolan.Termasuk obrolan dengan teman-teman, baik secara langsung ataupun melalui chatting di whatsapp ataupun facebook.

Jika ada yang mengajak minum kopi, banyak yang akan menjawab : Coffe No Sianida, please..., jangan ajak si anida, ya..., atau jangan meninggalkan jejak, ya?  Yang meninggalkan jejak, itu sih si anida.

Topik dan fenomena yang sedang ramai dibicarakan berbagai kalangan masyarakat inilah, yang kemudian diulas mendalam, sebagai bahasan edisi perdana talkshow Bincang Sapa bertajuk Melacak Jejak Sianida. Kegiatan off air-nya diselenggarakan di Bentara Budaya Jakarta, Sabtu (20/2), dihadiri oleh audiens Kompas TV, kompasianer,dan media. Bincang Sapa menjadi tayangan rutin setiap hari Rabu, mulai pukul 22.00 selama 30 menit. 

Dalam edisi perdana, narasumber yang tampil adalah Veronica Hervy (Produser Berkas Kompas) Mercy Tirayoh (Reporter Berkas Kompas), dan Dr. Rer. Nat. Budiawan (Ahli Toksikologi, Universitas Indonesia). Acara Bincang Sapa ini  dipandu Glory Oyong (Host Sapa Indonesia).

[caption caption="Talkshow Off Air Bincang Sapa Kompas TV (foto:riapwindhu)"]

[/caption] 

Melacak Sianida

Edisi perdana Bincang Sapa dimulai dengan tayangan investigasi penulusuran jejak sianida oleh tim Berkas Kompas. Dengan menyamar sebagai mahasiswa jurusan kimia yang memerlukan sianida untuk keperluan bahan praktik, dilengkapi dengan kamera tersembunyi, reporter Berkas Kompas mendatangi toko demi toko kimia untuk membeli sianida.

Saat ditanyakan kepada toko-toko kimia, sianida ternyata tidak ada. Dari percakapan pembicaraan yang dilakukan, bahan sianida tidak dijual. Meski demikian, sianida akhirnya berhasil didapatkan melalui pembelian online internet.

Penelusuran yang berawal dari website resmi sebuah perusahaan ini, ditindaklanjuti dengan bertemu  untuk pembelian. Saat itu disepakati, harga sianida kemasan tabung drum seberat 50 kilogram adalah  Rp. 3.700.000. Tidak ada persyaratan khusus untuk membeli. Penjual tidak menanyakan apa pun, seperti surat keterangan dari kampus untuk pembelian barang berbahaya ataupun bahan praktik. Bahkan, melalui proses tawar menawar, sianida 50 kilogram dapat dibeli lebih murah seharga Rp. 3.200.000.   

Untuk membuktikan kebenaran sianida yang dibeli, tim Berkas Kompas membawanya ke laboratorium kimia UI di Depok. Uji coba pengaruh sianida terhadap kopi juga dilakukan melalui tiga cangkir kopi yang diberi kadar sianida dengan jumlah gram berbeda.

Hasilnya ternyata, pada gelas yang diisi jumlah gram sianida lebih banyak, yakni 15 gram, setelah larut diaduk rata menimbulkan perubahan warna. Kuning seperti kunyit.  Serupa dengan warna kopi vietnam yang diminum Mirna sebelum meninggal.         

Menurut Dr. Rer. Nat. Budiawan, jumlah sianida sebanyak 15 gram di kopi Mirna dapat membunuh beberapa orang sekaligus bila diminum. Sianida dengan berat 6,4 miligram/kg berat badan sudah dapat menimbulkan kematian seseorang.

Sianida yang masuk ke dalam tubuh seseorang akan bereaksi cepat, tergantung pada jumlah kadar dan imunitas seseorang. Sianida menimbulkan iritasi yang hebat di dalam lambung sehingga terluka. Reaksi umum yang muncul adalah organ tubuh tidak bekerja, mual, muntah, pusing, dan akhirnya dapat meninggal dunia kurang dari satu jam.

Mirna sempat mengalami mual dan kejang-kejang sebelum akhirnya meninggal dunia setelah dibawa ke RS. Abdi Waluyo, tidak lama  meminum kopi bersianida.

[caption caption="Wayan Mirna Salihin (27), meninggal dunia setelah minum kopi bersianida (foto:tribunnews.com)"]

[/caption]

Belum Terintegrasi

Berhasil dibelinya sianida dalam jumlah besar 50 kilogram tanpa prosedur dan tanpa surat izin resmi, baik dari pihak kampus yang melakukan penelitian ataupun dari pihak kepolisian, menandakan lemahnya sebuah pengawasan terhadap peredaran bahan kimia.

Veronica Hervy, produser Berkas Kompas mengatakan, dulu sebelum kasus Mirna, sianida bahkan dapat dibeli lebih mudah di toko-toko kimia. Mengenai ketentuan bahan kimia, Indonesia mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) dan UU No.32 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Sayangya, pengendalian dan pengawasan bahan kimia belum terintegrasi antar departemen. Kementrian pertanian mengawasi pestisida, BPOM pada kosmetik dan makanan, dan kementrian industri untuk industri pengguna bahan kimia. 

Untuk label bahan berbahaya saja, menurut Budiawan, tidak sama yang digunakan di Indonesia, misalnya dalam bentuk tanda silang atau dalam bentuk tengkorak. Budiawan membandingkan saat dirinya masih berada di Jerman, yang memerlukan sejumlah persyaratan dan izin untuk membeli bahan kimia keperluan praktik.

[caption caption="Pemakaman Mirna (foto: kompas.com)"]

[/caption]

Bermanfaat Sesuai Fungsi

Meskipun tergolong sebagai bahan kimia yang berbahaya, sianida sangat bermanfaat jika digunakan tepat sesuai dengan fungsinya. Misalnya pada industri logam dan pertambangan, yakni dalam pengolahan emas dan tembaga. Pada industri pertanian, juga dibutuhkan untuk pestisida atau racun serangga. Sianida pun digunakan untuk keperluan praktikum mahasiswa kimia di laboratorium.

Unsur sianida sebenarnya biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada apel, ubi kayu, dan singkong. Warna biru yang terdapat pada singkong misalnya menunjukkan tingkat racun sianida. Terkadang kita mendengar ada orang yang mengalami keracunan sehabis memakan singkong.

Seandainya ada bahan kimia  masuk ke dalam tubuh seseorang, segera orang tesebut harus dibawa ke rumah sakit.  Keracunan sianida tidak sama dengan keracunan yang banyak dinilai orang bisa diatasi sementara dengan penetral susu ataupun minum air kelapa muda.

Dr. Budiawan menyampaikan, penggunaan bahan kimia untuk menghilangkan nyawa seseorang sebenarnya sudah berlangsung sejak dulu. Arsenik umumnya digunakan untuk pembunuhan orang terkenal, seperti tokoh politik. Sianida digunakan untuk sejumlah kasus pembunuhan di masyarakat, yang dilatarbelakangi perasaan benci, tidak suka, dan balas dendam.

Menurut Budiawan yang pernah tinggal cukup lama di luar negeri,  negara harus lebih serius terhadap bahaya penyalahgunaan bahan kimia dan mencegah kemungkinan terjadinya. Pemerintah perlu bertindak aktif tidak hanya pada satu lokal yang terkena bencana.

[caption caption="Bincang Sapa Kompas TV, setiap Rabu, pukul.22.00 (gambar:kompasiana)"]

[/caption]

Melalui penelusuran Berkas Kompas edisi perdana Melacak Jejak Sianida, setidaknya saya memperoleh pelajaran berharga. Di balik kehebohan dan ramainya pemberitaan kematian Mirna karena sianida di berbagai media, ulasan para pengamat, dan banyak pembicaraan di masyarakat, ada yang hal yang sangat penting harus diperhatikan oleh masyarakat dan pemerintah.

Bukan hanya siapa Mirna sebenarnya dan apa alasan yang melatarbelakangi kematiannya. Kasus hukum biarlah berlanjut. Ada hal yang tak kalah penting, yakni mengapa bahan kimia berbahaya seperti sianida dapat beredar luas di masyarakat dan dapat dibeli dengan mudah. Ada yang harus dibenahi mengenai penyebarluasan bahan beracun dan berbahaya di masyarakat.

Sosialisasi kepada masyarakat, pengetahuan dan kesadaran mengenai kewaspadaan bahan kimia pun perlu dimiliki setiap orang. Harus berhati-hati pada unsur sianida, apa pun bentuknya. Bahan kimia jika digunakan tepat akan bermanfaat tetapi sangat berbahaya jika disalahgunakan. Sianida sangat membahayakan tubuh dan dapat menimbulkan kematian. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun