Penampilan Cak Lontong, Panji Pragiwaksono saat membuka #Suara Indonesia di Jakarta Convention Center
Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang !
KALIMAT ini acapkali ada di akhir tayangan sejumlah film bioskop Warkop Dono Kasino Indro. Ungkapan yang tepat untuk menutup film komedi yang diperankan secara kocak oleh tiga sekawan yang selalu mampu menghibur dan menggelitik bagi siapa pun yang menontonnya.
Berpulangnya dua personil Warkop ke hadapan Illahi, Dono dan Kasino, tidak menyurutkan penyuka dan penonton film-film Warkop DKI yang berjaya pada era tahun 1980 dan era tahun 1990-an. Film yang ada tetap layak tonton. Menjadi sebuah legenda. Tidak hanya masih kerap diputar ulang di sejumlah televisi swasta, melainkan juga dengan mudah dicari ataupun diunggah melalui media Youtube.
Itu kisah Legenda grup komedian yang dibentuk Nanu Mulyono, Rudy Badil, Wahjoe Sardono (Dono), Kasino Hadiwibowo (Kasino), dan Indrojojo Kusumonegoro (Indro).
Lara yang sama juga ada di bidang olahraga. Nama Ellyas Pical yang melegenda di dunia olahraga Tinju juga menyisakan torehan luka tersendiri bagi lelaki kelahiran tahun 1960, asal Saparua Maluku namanya sempat dielu-elukan dan dipuja-puja di seluruh negeri saat menjadi seorang Juara Dunia.
Ellyas dijuluki The Exocet, mengacu para rudal perang Malvinas, karena terkenal dengan pukulan hook dan uppercut kirinya yang cepat dan keras, merupakan peraih gelar Juara International Boxing Federation (IBF) kelas Bantam Yunior pada tahun 1985. Nasib gemilangnya sebagai atlet pujaan di era 1980-an harus berakhir sebagai tenaga keamanan dan sempat terjerat narkoba yang menyeretnya ke jeruji besi.
Kisah legenda lainnya adalah Sumita Tobing, perempuan pertama dunia pertelevisian yang menjabat pemimpin redaksi televisi pertama dan Direktur Utama TVRI pertama di Indonesia. Tangan dingin Sumita Tobing, telah menciptakan cara talkshow yang berlangsung cepat dan menarik meski memotong-motong pernyataan narasumber. Takshow Ira Koesno yang dikenal dengan Cabut Gigi, salah satunya. “Saya dulu sempat berpikir berapa transmitter yang harus dilepas,” kata Sumita, yang juga sempat berurusan dengan meja hijau.
Legenda keroncong asal Solo Waldjinah yang hadir dengan mengenakan kursi roda, juga terlihat berkaca-kaca. Karya Waldjinah yang berjudul Walang Kekek malah sangat dihapal dan dapat dinyanyikan oleh Presiden RI Joko Widodo, yang tampil melalui tayangan layar #SuaraIndonesia.
Hadir sebagai salah satu Kompasianer dalam acara #Suara Indonesia, berupa siaran langsung, saya menyaksikan sebuah wujud transformasi yang diusung Kompas sebagai TV Berita dan inspirasi sekaligus penganugerahan para tokoh yang menyuarakan Indonesia, di Jakarta Convention Center,Kamis 28 Januari lalu.
Meski hadir meriah dan megah dalam bentuk acara siaran langsung di Kompas TV, yang bisa disaksikan juga secara streaming, pengukuhan Kompas TV sebagai TV berita bukan hanya bertabur artis dan perayaan mewah gemerlap saja. Banyak mana tersirat yang dihadirkan.
Bukan pula hanya sekedar acara yang menyuguhkan pagelaran musik papan atas yang dilengkapi dengan acara makan-makan dengan aneka menu santapan yang komplit beragam.
Walaupun dihadiri oleh para pejabat pemerintah dan legislatif, pentas #Suara Indonesia tidak tampil jaim. Berkali-kali para pejabat justru mendapat sentilan-sentilan ucapan dari atas pentas. Wakil Presiden Jusuf Kalla yang hadir juga disebut-sebut diundang bukan sebagai RI 2, melainkan karena pernah menggawangi acara Jalan Keluar selama 3 tahun di Kompas TV.
Tampil bersama Cak Lontong, aktor Butet Kertaredjasa memerankan beberapa tokoh presiden,mulai dari Sukarno, Suharto, BJ Habibie, Gus Dur, hingga Joko Widodo dengan gaya jenaka
Rosiana Silalahi, pemimpin Redaksi Kompas TV mengatakan, publik sekarang membutuhkan tayangan berita yang berkualitas, cepat, dan dapat dipercaya. Setelah beberapa tahun diisi dengan tayangan Berita dan Entertainment. Itulah yang agaknya mulai disuarakan tepat saat pengukuhannya sebagai televisi berita.
Pengukuhan Kompas TV sebagai TV Berita dan Inspirasi seakan kembali sesuai dengan jalur induknya di Kompas Gramedia. Selama ini, Kompas sebagai harian pagi dikenal sebagai sumber berita yang bisa dipercaya, dan independen.
Wapres Jusuf Kalla menyambut TV Kompas sebagai TV Berita. Meski nantinya rating tayangan berita tidaklah setinggi tayangan hiburan, seluruh pejabat tetap akan mencari dan mendengarkan berita.
Jadi, Kompas TV Lantanglah Bersuara Sebagai TV Berita..!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H