Kelanjutannya bisa disaksikan di Brush With Danger, karya sutradara Livi Zheng, asal Indonesia, yang akan tayang Film Brush with Danger akan diputar di bioskop-bioskop tanah air mulai hari Kamis, 26 November 2015 di 21, XXI, CGV Blitz, Cinemaxx dan Platinum Cineplex.Â
Mimpi Imigran Di Tanah Amerika
DIKEMAS sebagai film laga berbalut drama keluarga dengan durasi selama 90 menit mengenai imigran asal Asia, Brush With Danger hadir cukup memikat. Aksi kakak beradik Livia Zheng dan Ken Zheng menyuguhkan gerakan-gerakan bela diri wushu sehingga menambah keapikan film.
Saya yang berkesempatan menyaksikan film Brush With Danger, dalam acara nonton bareng Komik Kompasiana, di Epicentrum Walk XXI, Jl Rasuna Said, Jakarta, pada Sabtu (21/11) langsung teringat aksi laga bela diri, yang biasanya terdapat pada film-film asal Hongkong. Apalagi, pengambilan gambar dalam fim yang dilakukan di Seattle dan Los Angeles ini, dilakukan tanpa stuntman alias pemeran pengganti.
Film dibuka dengan tampilan suasana tumpukan peti kemas di pelabuhan Seattle, Washington, Amerika. Salah satu kontainer kapal kargo yang dibuka berisi sejumlah imigran gelap yang berbekal kemampuan dan bekal seadanya untuk mencoba hidup baru di tanah peruntungan Amerika.
Menjadi imigran, bukanlah hal yang mudah. Tuna wisma dan tuna karya. Alicia Qiang dan Ken Qiang saat tiba di Seattle, langsung kehilangan $ 92 yang dimilikinya. Harus makan sisa-sisa roti yang dibuang di tempat sampah. Belum lagi risiko dirampok meski itu mengantarkan pada perkenalan pada Elizabeth, seorang pemilik restoran hamburger.Â
Sebuah tawaran kebaikan dari seseorang tak dikenal belum tentu benar-benar bermaksud yang sesungguhnya. Ada juga yang memiliki niat terselubung dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki oleh imigran. Salah satunya dimunculkan melalui kisah pelukis Asia yang dimanfaatkan untuk melakukan pemalsuan lukisan karya pelukis terkenal.
Inilah yang menjadi kekuatan skenario Brush With Danger, yang ditulis sendiri oleh Ken Zheng yang juga memerankan diri sebagai Ken Qiang. Saat berbincang-bincang sebelum nobar dimulai, Livi memang menekankan pentingnya sebuah skenario yang baik selain efek yang bagus, sehingga yang melihat tidak sekedar menonton dan kemudian berlalu.