Ka Ka, si kecil yang bersikap dewasa dan menolak ke sekolah karena khawatir terjadi sesuatu ketika kedua orang tuanya kerap bertengkar setelah ayahnya kehilanan sebuah kakinya. Begitu pun halnya dengan kakak beradik Kitty Fathima dan Jennie Fathima, yang memiliki ayah tidak begitu peduli dengan pendidikan bagi anak perempuan.
Tak pelak karena hanya satu-satunya staf, Hung tak sekedar membuat kurikulum dan mengajar. Hung harus bersedia membersihkan toilet, mengurus administrasi, dan mengantar jemput siswa-nya supaya tetap bersekolah. Di sisi lain, Hung mendapatkan tekanan cemoohan masyarakat karena dinilai sekedar cari sensasi mengajar di TK yang menjadi bahan taruhan akan segera ditutup, dalam waktu cepat atau lambat.
Menyadari tidak akan bisa memindahkan kelima siswanya ke sekolah yang lebih baik, Hung berusaha menyelamatkan keberadaan TK Yuen Tin, yang sudah ada sejak tahun 1950. Hung berusaha mengelola sekolah dan mencari murid melalui pengajuan proposal dan penyebaran brosur. Termasuk mencari investor untuk mendapatkan bantuan dana agar sekolah bisa bertahan.
Hung berpacu dengan waktu karena komite pedesaan telah memutuskan jika pada semester selanjutnya TK memiliki kurang dari 5 siswa akan ditutup. Upaya menyebarkan brosur untuk mencari murid pun dilakukan dan membuat sebuah pertunjukan untuk menyambut kedatangan siswa baru. Sayangnya, tidak ada seorang pun yang mendaftar TK. Meskipun begitu, Hung tetap menyemangati para siswa, wali dan orang tua TK Yuen Tien untuk tetap bersemangat. Tetap gigih berusaha karena masih ada waktu beberapa minggu yang tersisa.
Semua ini menyita waktu dan kesehatan Hung, yang memang memiliki penyakit tumor. Dua minggu sebelum semester baru,Hung jatuh sakit, harus dioperasi dan dirawat di rumah sakit. Hung sangat kecewa bertemu dengan seorang pengusaha Bowie, yang dikenal mendukung dunia pendidikan dengan memberikan dana bantuan dana pendidikan namun ternyata memperlakukan institusi sekolah serupa dengan bisnis komersil lainnya. Mampu bertahankah TK Yuen Tin dengan lima siswa kecilnya?
Menginspirasi Berani Bermimpi
SEBAGAI pendidik, Hung menginspirasi kelima siswa TK-nya untuk berani bermimpi dan berusaha untuk mengejar mimpi yang diinginkan. Setiap siswa menanyakan orang tuanya mimpi yang dimiliki. Hal ini memacu semangat kelima anak yang seluruhnya berasal dari keluarga tidak mampu. Jawaban para orang tua yang memancing senyum karena polos, seperti ayah Siu Suet yang bermimpi jadi pilot, bibi Han yang ingin menjadi Miss Hongkong, ayah Kaka yang ingin menjadi pelari professional, dan keinginan ibu dari kakak beradik Kitty Fathima dan Jeanie Fathima yang ingin menjadi petugas pemadam kebakaran.
Hung mengajarkan para siswanya untuk berani bereskpresi mengungkapkan apa yang disenangi dan apa yang tidak disukainya tanpa ragu. Misalnya, Siu Suet yang merasa sangat berbahagia jika ayahnya berhasil mengumpulkan banyak besi tua sehingga bisa memperoleh uang.