AKi Niaki, Kompasianer Trail Run
ENTAH mengapa, tiba-tiba terbersit pikiran untuk mengirimkan surat kepada Aki melalui event Surat Menyurat Fiksiana, terkait dengan tanggal 9 Oktober sebagai hari Surat Menyurat Dunia . Padahal saya baru mengenal Aki saat tampil sebagai narasumber pecinta Trail Run, saat konferensi pers Zinc Trail Run, 7 Oktober 2015 lalu, di Platters, Setiabudi One.
Saat teringat Aki, saya pun langsung teringat selintas momen saat teman-teman Koprol (Kompasianer Penggemar Olahraga) yang mendatangi Aki, usai acara untuk bertanya lebih lanjut sekaligus berfoto bersama. “Aki kan Kompasianer juga, ya?” ucap Yos Mo, Komandan Koprol saat itu, yang langsung dibenarkan oleh Aki.
Serentak, teman Koprol yang lain berkata,” Ooo Aki Kompasianer. Sama dong.” Kompasianer bertemu dengan Kompasianer. Cuma bedanya, yang satu menjadi narasumber dan yang satu lagi menjadi pihak pewawancara yang akan menuliskan hasil reportase.
Buat saya, nama Aki Niaki sendiri cukup unik. Saya sudah menduga jika nama ini memang terkait dengan sebutan khas orang Sunda yang gemar mengulang kata. Aki Niaki adalah nama top Aki lelaki bernama asli Heri, yang tinggal di Bandung. Aki Niaki juga nama sama yang digunakan sebagai akun Kompasiana dan nama website pribadi.
Rasa penasaran saya pada Aki muncul karena ternyata Aki melalui akun Kompasiana, mengomentari semua tulisan teman-teman Koprol mengenai event Trail Run, yang akan diadakan di Dusun Bambu, Bandung, pada tanggal 1 November 2015 nanti.
Terimakasih tulisannya. Sampai jumpa di Zinc Trail Run, Dusun Bambu ;-), tulis Aki, dalam kolom komentar tulisan saya http://www.kompasiana.com/riapwindhu/zinc-trail-run-segarnya-lari-di-keindahan-alam-menantang_561698b3317a61e00a621d42
Menurut saya, Aki memang cukup humoris. Cara Aki berbicara sebagai pecinta Trail Run cukup inspiratif untuk mencintai olahraga dan menjadikan olahraga sebagai bagian hidup sehari-hari. Cerita Aki yang baru memulai olahraga lari lima tahun lalu, pada usia sepuh 54 tahun, usia yang banyak orang justru ingin beristirahat atau bersantai-santai, begitu mengesankan.
Tidak banyak orang pada usia segitu masih mau bercapek-capek. Sebaliknya, Aki malahan menjadikan lari sebagai suatu bagian hidup yang melambungkan nama hingga dikenal dan mampu menjadi brand sebuah produk berbau olahraga.
Apalagi, saya masih ingat cerita Aki yang ternyata memiliki penyakit Asma dan Bronkhitis. Pada usia enam bulan, Aki malah hampir meregang nyawa. Aki menyadarkan jika olahraga, khususnya lari tidak memberatkan.Sebaliknya justru malah menyehatkan dan membawa hawa positif.
Aki, saya membuka akun Aki Niaki di Kompasiana yang ternyata sudah ada sejak Agustus 2010. Di salah satu tulisan, Aki menuangkan kisah Masa Kecil Aki dengan Asma dan Bronkitis. Selain itu cerita saat tinggal di daerah Senayan Jakarta dan sempat tinggal di wilayah Slipi bersama dengan orang tua.
Kebetulan, saat ini saya pun tinggal di daerah Kemanggisan. Obrolan dengan Aki mengenai olahraga seakan menyadarkan saya yang sudah sejak bulan puasa lalu tak lagi rutin berolahraga dengan banyak alasan sehingga badan menggemuk dengan pipi yang semakin chubby.
Karenanya, Minggu 11 Oktober 2015 kemarin sesuai dengan jadwal Car Free Day (CFD), pagi-pagi saya keluarkan sepeda. Segera saya kayuh sepeda itu melewati sepanjang pinggir jalan tol Kebun Jeruk, Jl Kebun Jeruk, melintasi Permata Hijau, Senayan, Asia Afrika, sampai ke kawasan Gelora Bung Karno, menyusuri Jl Jendral Sudirman, Jl MH Thamrin hingga akhirnya sampai di Monumen Nasional (Monas) untuk beristirahat sejenak. Rute pulang saya ambil rute yang sama.
Aki, sebenarnya rute sepedahan ini rute yang biasa saya tempuh setiap minggunya. Namun saya sudah lama nggak sepedahan sehingga pegal di kedua paha masih terasa hingga tulisan surat ini dibuat. Minggu depan pasti sudah lebih baik.
Saya ingat kata Aki kalau kita tidak perlu membandingkan kemampuan dengan orang lain. Hal yang terpenting adalah lakukan dan suatu saat akan meningkat sendiri kemampuan itu. Jika Aki bisa,semua yang berada di bawah usia Aki pasti bisa.
Saya juga ingat ucapan Aki untuk berpikir terbalik. Ketika orang lain sudah mencapai 2 KM sedangkan diri baru mencapai misalnya 800 meter, bersyukur sudah bisa mencapai jarak tempuh itu. Bukan kemudian berhenti karena merasa tidak sesanggup orang lain atau mendengarkan omongan orang lain yang menganggap tidak mampu.
Aki, ternyata bertemu sejenak dengan Kompasianer seperti Aki ada pelajaran berharga. Hanya saja, melalui surat untuk Aki Niaki ini, saya ingin Aki juga bisa lebih banyak berbagi mengenai olahraga, khususnya lari dan Trail Run melalui akun Kompasiana yang Aki miliki. Soalnya saya lihat, postingan Aki di akun Kompasiana hanya ada tujuh saja sejak tahun 2010. Tidak seaktif tulisan-tulisan Aki di website pribadi Aki Niaki.
Menurut saya, teman-teman Kompasiana, terutama pecinta olahraga dalam blog keroyokan pastinya akan sangat antusias dan menunggu-nunggu untuk membaca informasi, pengetahuan, ataupun pengalaman Aki saat menggeluti olahraga ekstrim Trail Run ataupun saat sepedahan. Pasti akan berharga dan bermanfaat.
Saya rasa itu Aki. Terima kasih karena mengingatkan saya untuk sepedahan lagi meski pegal di kedua paha masih terasa saat tulisan dalam surat ini hendak diakhiri.
Salam,
Riap Windhu
NB : Ikuti Event Surat-menyurat di Sini http://www.kompasiana.com/androgini/event-fiksi-surat-menyurat-di-kompasiana_5618f89b4123bd3d16f2001f
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H