Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kenangan Kampung Halaman dalam Kumpulan Cerita Pendek

12 Oktober 2015   18:16 Diperbarui: 4 April 2017   17:54 1782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen lain bernuansa Minang sekaligus bernada dongeng, yang memang tanah asal Damhuri, juga hadir dalam Tembiluk, Anak-Anak Masa Lalu, Orang-Orang Larenjang. Secara keseluruhan, terdapat 14 cerpen dalam kumpulan cerpen Anak-Anak Masa Lalu, yang keseluruhannya pernah dimuat di harian nasional, kecuali cerpen Kiduk Menggiring Bola.

Semua cerpen hadir dalam nuansa kampung Minang melalui adat istiadat, laku masyarakat, kekayaan alam yang dihadirkan. Begitu pun dengan gaya bertutur yang mengalir bercerita. Damhuri yang alumnus Pascasarjana Filsafat UGM dan berprofesi sebagai redaktur sastra harian Media Indonesia, dalam epilog buku memang mengakui tidak pernah sanggup melarikan diri dari kepungan kenangan masa kecil di tanah kelahirannya, Payakumbuh.

Kampung yang sebenarnya sudah lama hendak dilupakan. Kampung yang lebih banyak menyisakan derita dan nestapa ketimbang keriangan, apalagi kerinduan yang menyala-nyala, sebagai kerinduan para perantau di musim lebaran. Damhuri, yang sempat menjadi Ketua Tim Juri Khatulistiwa Literary Award (KLA) dan terpilih sebagai salah satu dewan pengarah ASEAN Literary Festival inni,  tak menolak dianggap kampungan karena kenangan kampung halaman dan cara berpikir yang udik.

Tanah Minang sejak lama dikenal dalam dunia sastra Indonesia karena banyak budayawan besar lahir disini. Membaca Anak-Anak Masa Lalu karya Damhuri, setidaknya membuat pembaca berada pada sebuah tempat perhentian yang memaksa menjadi ruang kreatif sekaligus belajar menalar dan merenung . Memaknai setiap jejak kehidupan yang ada sebagai anugrah yang harus dinikmati, sangat berharga, dan bisa bermanfaat bagi sesama. Kenangan masa lalu jika diolah dalam kata-kata dapat menjadi bermakna dan menguat dalam bentuk cerita pendek. Jejak-jejak masa lalu yang tidak akan terhapuskan.

Kenangan masa lalu dalam penceritaan adalah kekuatan. Budayawan Hamka dalam kutipannya pun mengatakan, ”Sudah tentu seorang pengarang atau penulis manapun juga dan berapapun juga adalah murid dari pemikir lain dari dalam masyarakatnya sendiri atau masyarakat lain. Sedikitnya ia dipengaruhi oleh guru, kawan sepaham, bahkan oleh musuhnya sendiri.” (#windhu)

*) Sumber Gambar Utama: Anak-Anak Masa Lalu, Buku Kumpulan Cerpen Damhuri Muhammad

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun