Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Karena Kompasiana, Sekali Nulis Jadi Kontributor Tetap!

14 September 2015   00:32 Diperbarui: 14 September 2015   00:32 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

LUAR biasa. Sekali menulis di Kompasiana, saya langsung didapuk menjadi kontributor tetap. Kok bisa? Bagaimana? Dimana? Mau tahu ceritanya ? Melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikannya langsung kepada teman-teman Kompasianer.

 Awalnya saya nggak hobi banget  atau bahkan nggak melirik nulis di blog.  Apa untungnya sih, bergabung dengan sebuah komunitas media warga? Apa untungnya join di Kompasiana? Itu yang semula ada dalam pikiran saya  ketika melihat banyak orang yang membuat akun, kemudian keranjingan membuat artikel, memposting tulisan, dan menampakkan rasa bangga saat tulisannya tayang di Kompasiana.

“Kalau kamu ngaku beneran bisa nulis, coba tulis di Kompasiana,” kata Ahmad, seorang kawan saya.

 

 

 Apa Bedanya Kompasiana Dengan Yang Lain?

MENDENGAR  ucapan teman mengenai Kompasiana, saya diam saja meski tak urung secara diam-diam juga mencari tahu apa sih kelebihannya Kompasiana sebagai media warga (Citizen Journalism). Buat saya, awalnya, kalau memang berniat jagoan menulis, ya di media blog atau website pribadi pastinya  lebih mengena kepada sasaran yang dituju. Apalagi, saat ini banyak sekali bermunculan media-media warga yang  penulisnya cukup tidak jelas dalam memberikan asal sumber bahan artikelnya.

Bahkan secara jelas, di bagian bawah setiap artikel tertulis dengan keseluruhan huruf besar: KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS.

Nah, jika berarti setiap konten yang dibuat adalah tanggung jawab penulis bersangkutan, berarti Kompasiana tidak bertanggung jawab atas keasbsahan yang ada. Bagaimana jika yang artikel yang dibuat hanya berupa plagiat, copy paste, dan sekedar asal mengarang saja?  Bukannya malahan menyesatkan?

Saya pun kembali diam saja hingga ketika bertemu dengan beberapa kawan untuk membicarakan suatu kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan Kompasiana.

 “Rasanya senang banget  tulisan saya hari ini terpilih jadi Headline di Kompasiana. Banyak yang kasih tanggapan. Senangnya,” ujar Jo, salah seorang kawan saya tiba-tiba.

Kompasiana? Omongan kawan saya itu mengingatkan lagi pada media warga itu. Saya menjadi mulai tertarik. Apalagi, saat saya sedang membereskan rumah, saya menemukan adanya harian Kompas lama, yang salah satunya menuliskan tentang ulang tahun ke-1 Kompasiana dan kegiatan yang telah dilakukan selama kurun waktu tersebut.

Kata Kompasiana mulai memasuki alam pikir saya saat bertemu dengan sahabat lama yang menegur saya sudah tidak lama menulis padahal mengaku senang menulis.

“Win, teman kantorku suka ikut blog competition di Kompasiana. Kamu kan senang nulis ikutan saja. Lumayan, ada hadiahnya,” kata Ester, salah seorang sahabat saya selama belasan tahun.

 Duh, saya mulai penasaran

 

 

 

 Buat Akun Kompasiana

Maka, secara diam-diam saya akhirnya membuat akun di Kompasiana saat berada di kantor. Tanggalnya 14 Juli 2014. Saya baru sadar ternyata tanggal pembuatan akun Kompasiana saya cukup unik.

Setelah membuat akun Kompasiana, saya kembali terlupa untuk membuat artikel di Kompasiana.  Hampir delapan bulan, akun yang dibuat dengan nama asli yang yang juga cukup unik itu dibiarkan kosong tanpa ada isi apa pun. Sekedar punya. Jadi jika ada yang tanya sudah punya akun Kompasiana, saya bisa bilang Sudah…

Saya baru benar-benar melirik Kompasiana, saat saya  dikejutkan adanya pemberitahuan di grup Komunitas Sales Indonesia (komisi), tempat saya bergabung bersama teman-teman seprofesi. “Ada tulisan Windu tentang kegiatan seminar kita di Kompasiana,” kata Dedy Budiman, Founder komunitas, champion sales trainer di berbagai perusahaan.

Saya pun muncul gede rasa, sekaligus bangga kalau saya menulis di Kompasiana pada bulan Februari. Saya  tidak mengatakan kepada siapa pun telah menuliskan isi seminar yang saya ikuti menjadi artikel di Kompasiana. Tulisan saya malah difoto dan dipajang di grup komunitas. Selain itu senang juga karena banyak yang bilang tulisan saya bagus. Apalagi, salah seorang teman komunitas sales mengatakan terinspirasi oleh saya karena telah menulis di Kompasiana dan langsung membuat akun Kompasiana pada hari itu juga. “Saya terinspirasi Windu. Saya mau menulis di Kompasiana juga,”  ujarnya.

 

Jadi Kontributor Tetap

SELANG  beberapa pekan kemudian, saya ditawari  menjadi kontributor tetap. Penulis tetap Suatu hal yang  tidak terduga meskipin bukan di media nasional, media local, media radio, apalagi media televisi.

Lho, lalu dimana? Hihihi, Ya tentunya di komunitas profesi saya, di Komunitas Sales Indonesia. Bersama tujuh rekan komunitas ini, sebagai kontributor dijadwal rutin untuk mengisi berbagai tulisan secara bergantian.

Kegiatan penulisan di komunitas itu dinamakan dengan SERUM, sesuai dengan namanya  dirancang agar  bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan diri agar mampu menghadapi segala macam “kuman” malas, takut, kuatir dan berbagai kuman negatif lainnya serta akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan omset penjualan anda.  Isinya berupa  motivasi sales, tip sales, kisah sukses sales, dan servis excellent (pelayanan prima).

 

Kompasiana Membuka Mata

WOW, saya senang sekali. Padahal saya join  di Komunitas itu pun masih terbilang baru. Saya beruntung memperoleh kepercayaan dan kesempatan menulis secara berkala.Terang saja, soalnya anggota komunitas ini mencapai lebih dari 5.000 sales berbagai industri.

 Meskipun di Kompasiana, saya belum banyak tahu, saya sudah memperoleh sebuah jalan yang lurus dalam dunia tulis menulis. Paling tidak, ada beberapa hal yang membuka mata sejak membuka akun dan mulai menulis di Kompasiana enam bulan lalu :

 

  1. Saya memperoleh kesempatan menulis dan berbagi ilmu

Kesempatan menulis yang sesuai dengan profesi membuat saya semakin mantap bisa ‘learning by doing’. Saya berbagi pengetahuan dan mendapatkan tanggapan melalui tulisan yang saya tulis.

  1. Saya menjadi pembelajar

Ternyata menulis yang berbobot itu bukan sekedar asal tulis dan memerlukan banyak referensi. Saya jadi selalu berusaha untuk melengkapi tulisan saya agar selalu berkualitas dengan data akurat. Terbuka pada hal dan ilmu baru yang banyak di Kompasiana.

  1. Jumlah kawan saya bertambah

Ada seorang akuntan publik berasal dari Yogyakarta menghubungi saya dan merasa tertarik dengan tulisan saya. Dia memperlihatkan telah mengirimkan tulisan saya melalui email ke teman-teman kantornya. Selain itu saya bisa ikut visit kompasiana walaupun saat ini baru sekali, yakni ke Federal Oil.

  1. Saya lebih percaya diri menguji kemampuan menulis

Melalui Kompasiana, saya dapat menguji kemampuan menulis saya, dari segi struktur bahasa, EYD, dan isi bacaan yang menarik. Bahkan kesesuaiannya dengan topik suatu bahasan,  misalnya dalam review atau blog competition.

  1. Saya punya koleksi tulisan

Koleksi tulisan saya semakin banyak dan bukan tidak mungkin tulisan saya yang tersebar suatu saat bisa dijadikan buku. Saya sadar setiap manusia harus memiliki suatu hal bermanfaat yang harus ditinggalkan. Salah satunya adalah tulisan

 

Terima kasih Kompasiana. Selamat Ulang Tahun ke-7. Kompasiana7. Sebuah tapakan usia yang harusnya seperti ilmu padi. Saya acungkan jempol karena cuma Kompasiana yang ‘benar-benar hidup’ jika dibandingkan blog komunitas media warga lainnya, baik dari jumlah netizen, kegiatan visit, hingga blog competitionnya.

 

 

Writing means sharing. It's part of the human condition

to want to share things - thoughts, ideas, opinions.

 Paulo Coelho

 

 

 

*****

 

Catatan : Semua gambar Kompasiana dari google

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun