Â
My Birthday Yellow Rice - Nasi kuning buatan Ibu untuk merayakan dan mensyukuri datangnya sebuah tanggal kelahiran
Â
Â
IBU ternyata tak pernah lupa. Ibu selalu ingat tanggal ulang tahun setiap anaknya. Ibu juga selalu punya cara sendiri untuk merayakan dan mensyukuri datangnya sebuah tanggal kelahiran. Tidak peduli walaupun hitungan usia anaknya sudah mencapai usia dewasa.
Seperti kali ini, sejak pagi ibu sudah sibuk di dapur. Ibu memasak nasi kuning. Pernak-pernak perlengkapan nasi kuning pun telah ibu persiapkan. Bukanlah suatu hal yang istimewa sebenarnya. Hanya nasi kuning. Pelengkapnya juga hanya berupa ayam goreng, telur, orek tempe, taburan kacang goreng, taburan bawang goreng, irisan mentimun, dan kerupuk. Ibu menambahnya dengan sop buah untuk memenuhi unsur menu sehat.
Buat saya, apa yang ibu lakukan luar biasa. Masakannya lebih keren dan lebih enak daripada makan di sebuah kafe atau di restoran hotel yang pernah saya coba. Apalagi, bila menyantapnya bersama-sama denga seluruh anggota keluarga. Lagipula, bagi ibu, ulang tahun tak perlu identik dengan sebuah pesta mewah, diselenggarakan di tempat seperti kafe atau restoran seperti gaya hidup masa kini.Â
Ulang tahun tidak harus juga ditandai dengan banyaknya orang yang hadir atau kado yang datang sebagai sebuah tanda ucapan. Cukuplah ulang tahun yang bermakna dan dipenuhi oleh doa-doa tulus dari hati dari orang tua, keluarga, dan siapa pun yang merasa dekat. Meski demikian, ibu tak pernah lupa untuk mengingatkan untuk mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberi ucapan pada saat tanggal kelahiran.Â
Itulah ibu. Sederhana saja. Sejak saya kecil, ibu selalu rela melumuri tangannya hingga berwarna kuning dengan kunyit, untuk membuat nasi kuning. Itu dilakukan ibu hingga kini, saat usia saya semakin bertambah.
Ketulusan ibu. Rasa syukur ibu dan taburan doa yang ibu panjatkan di hari kelahiran saya membuat saya tidak sanggup mengucapkan apa pun. Saat melihat wajah ibu, saya sadar bahwa ibu sudah semakin renta meski semangatnya tetap berjiwa muda.
Rasa sesak perlahan menggumpal di dada karena banyak hal yang belum saya berikan kepada ibu meski beliau tak pernah meminta.
"Selalu menjadi orang yang bermanfaat dimanapun berada. Selalu bisa menempatkan diri. Selalu bersyukur meski tidak semua keinginan bisa terpenuhi. Mintalah yang terbaik selalu kepada Allah," pesan ibu yang membuat saya merasa malu.
Betapa banyak yang harus saya ubah agar selalu menjadi orang yang seperti pesan ibu. Saya merasa malu dengan catatan sifat egois, sikap dan tutur kata yang masih banyak tak tentu arah. Kesabaran dan rasa syukur yang masih harus saya perbesar kapasitasnya di hati.
Tidak ada lagi yang bisa saya katakan Terima kasih.Terima kasih untuk ibu, atas hidangan sederhana namun istimewa di setiap ulang tahun saya. Betap beruntungnya saya karena Allah telah menurunkan ibu yang sangat baik.
Entah sampai kapan ibu akan selalu membuat nasi kuning untuk saya. Tidak pernah tahu meski saya ingin ibu selalu sehat. Seperti saat ini, saat saya masih bisa menikmatinya. Saya merasa, sebenarnya ibulah yang sebenarnya berulang tahun setiap tanggal kelahiran saya tiba.
Kebahagiaan ini melebihi apa pun. My Birthday Yellow Rice buatan ibu melengkapi rasa bahagia saya atas ucapan Selamat Ulang Tahun dan doa-doa dari semua teman-teman. Semua yang terbaik untuk kalian. Terima kasih ibu. Terima kasih teman-teman.
(Jakarta, 22 Agustus 2015/ #windhupunyacerita)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H