"Boleh duduk di kursi mana saja!"
Untuk memastikan dirinya merasa benar, dia pun menambahkan
"Itu arahan petugas!
"Jika seperti itu ibu kondisinya untuk apa ada tiket?" Ucapku dengan volume suara meninggi.
Perempuan itu masih tetap tidak mau pindah dari seat di sebelahku. Kumulai bersikap bodoh amat. Kutetap berada di seat 1A. Nah, masalah muncul kemudian ketika KA singgah di Stasiun Tanete Rilau.Â
Saat itu ada penumpang lainnya yang naik, otomatis ia akan menuju ke seat yang memang sesuai nomorya.
Tidak seperti sikap sebelumnya, entah mengapa ia langsung pindah. KA penuh dan ramai. Kumelihat penumpang di sebelahku, tampak bayinya sangat menikmati pemandangan.
Dari Stasiun Garongko ke Mangilu terbentang luas sawah, pepohonan, permukiman penduduk, dan sapi yang sedang mencari makan. Jalur KA juga melewati permukiman, sehingga tampak aktivitas penduduk.
KA ini masih terdiri dari dua gerbong dengan tampilan mewah loh. Kursinya empuk dan nyaman, dilengkapi dengan pendingin. Dalam perjalanan akan ditemani lagu yang mengalun dengan indah yang tentu saja menjadikannya menyenangkan.Â
Pada awalnya tercium wangi, tapi saat KA bergerak sepertinya ada penumpang yang memakai balsem. Mungkin dia mengira, naik KA bisa membuatnya mual seperti naik bus.
Ingatanku kembali, jika tak salah ingat Presiden Ketiga RI, Almarhum BJ. Habibie pernah mewacanakan tentang adanya KA Trans Sulawesi.Â