Februari 2016, aku mengganti laptopku. Ketika aku menyalakannya, tampaklah layar dengan wallpaper gunung yang mungkin saja dipotret saat matahari menuju senjakala. Berbekal rasa penasaran yang tersembul dari layar monitor, aku pun mencari tahu nama gunung tersebut. Tak sulit tentu saja, cukup dengan mencocokkan foto di mesin pencari, beberapa detik sudah menghilangkan naluri ingin tahu tersebut, Machapuchare, namanya. Gunung berketinggian 6.993 mdpl yang disucikan ini tertutup bagi pendaki. Â Saat aku disuruh untuk menunaikan ibadah umroh, aku sempat menolak. Kukatakan jika bisa diganti, aku ingin sekali naik gunung ke Nepal. Dengan banyak pertimbangan, akhirnya kumemilih perjalanan ibadah. Hasrat mendaki ke jajaran pegunungan Himalaya, hanya kusimpan serapat mungkin.
Aku pernah baca entah di mana dan juga kata beberapa orang, Nepal artinya gunung. Walaupun makna tersebut tidak sesuai dengan etimologinya, tetapi coba perhatikan pada peta. Ia merupakan negeri yang kecil tersembul dari piramida pegunungan. Kemudian perhatikan secara vertikal maka akan nampak Nepal dalam jajaran atas negara tertinggi di dunia. Jadi dari penampakan tersebut, tidaklah keliru bila memang demikian interpretasinya.Â
November 2019, kuniatkan daftar untuk berangkat ke Annapurna. Annapurna yang merupakan salah satu "anggota" deretan Himalaya yang terletak di bagian barat Nepal, yang menurut beberapa referensi gunung ini The Tenth Highest and most dangerous mountain in the world. Menjadi gunung yang amat berbahaya untuk pendakian, tidak menyurutkan kehendak yang sudah kutebalkan dengan rangkaian sejumlah persiapan.Â
Mulai menabung, mencari tiket murah dan membeli, Sampai kupilih tgl 12 April 2020 akan berangkat. Rute keberangkatanku saat itu adalah BauBau---Makassar menggunakan wings Air, Makassar---Jakarta dengan Lion Air dan Jakarta---Kualalumpur---Kathmandu dengan Malindo Air. Dan sekali lagi manusia, hanya bisa berencana tapi Sang Maha Tahu yang akan menentukan ke mana arah kaki akan kupijakkan.
Hingga masuk tahun 2020 terkendala pada virus Coronawati yang membentuk pandemi atau plandemic Maret 2020. Kusebut Coronawati, supaya kondisi itu terasa hanya sejenis persaingan antarperempuan, hanya saja ia atau mereka berbentuk  mikroorganisme patogen. Aku berfikir virus ini mungkin saja membuatku tidak akan berangkat dengan pasti. Lalu kuajukanlah refund ke OTA (Online Travel Agents) atau agen perjalanan online, dan akhirnya diberi voucher hingga Mei 2021. Tahun berganti, tahun 2021 kembali aku diberi voucher sampai memasuki Januari 2022, aku pun langsung ke kantor pusat Lion Air di Gajah Mada kusampaikan bahwa aku tak membutuhkan voucher. Kuminta danaku kembali dan tak menunggu berapa lama, semua dana pembelian tiket dikembalikan. Dua tahun niat itu tak berwujud, tetapi tak menyurutkan arah mata kakiku untuk menapak pada salah satu puncak ketinggian bumi.Â
Memasuki tahun 2022, aku mulai mencari info apakah Nepal telah membuka penerbangan internasional. Tak lupa aku sering menanyakan jadwal pendakian Annapurna Base Camp (ABC) ke open trip, sampai kupilih tanggal 1 ---10 November 2022. Mulailah aku mencari tiket murah. Awal September 2022, tiket perjalanan sudah ada dan langsung kukirimkan ke pihak open trip.
Sebelum pendakian ke ABC, kulakukan latihan fisik misalnya jogging, sepedaan, berenang, jalan kaki. Sebelum berangkat ke ABC, aku beberapa kali mengikuti event lari seperti pada: Juli, Pocari Sweat Virtual Run; Agustus, Bali maraton kategori Full Marathon; September, Borobudur Marathon Friendship Run dan Pelindo Run. Semua itu kuanggap sebagai latihan, meskipun event berakhir aku masih tetap latihan dan lebih banyak jalan dan lari. Dalam sepekan ritual ini kulakukan sampai tiga kali. Yang pasti olah fisik ini, kuyakin sangat bermanfaat saat pendakian. Satu lagi yang penting Asuransi.
Senin, 31 Oktober 2022, pukul 10.00 WIB aku pun berangkat menuju bandara SHIA di Tangerang, Banten. Tiba di sana, langsung menuju counter check in. Dan di sinilah drama dimulai. Saat memperlihatkan kode booking, petugas mengecek satu persatu halaman passportku langsung menanyakan visa ku mana. Kujawab visa apa? "Bukankah Nepal memerlukan visa?" petugas pun menjawab. Bukan di Nepal, tetapi visa transit di India. "What ...!" Aku kaget dong. Kutunjukkan beberapa referensi bahkan di website kedutaan India, tidak ada penjelasan terkait visa transit. Aku juga mengkontak pihak open trip, admin dari pihak open trip mengatakan tidak perlu visa, bahkan dia ngotot.
Sekali lagi, kumengambil langkah taktis kuhubungi kawanku Kaka Day, minta tolong dibelikan tiket. And then Alhamdulillah dapat, tetapi dengan harga selangit. Rutenya Jakarta---Kualalumpur---menggunakan Malaysia Airlines dan Kualalumpur---Kathmandu dengan Himalaya Airlines.Â
Namun melalui WA tidak ada bantuan sama sekali. Dia hanya mengatakan "Akan kukontak dengan mitra kerja kami di Nepal". Saat transit di Kualalumpur, aku menghubungi admin di Nepal. Nah, disinilah ketahuan bahwa admin open trip di Jakarta tidak berkonsultasi dengan admin di Nepal. Admin di Nepal mengatakan kepadaku, "Kenapa gak tanya saya?"
Di bandara Kualalumpur, aku duduk, merenung memang benar perjalanan tidak selalu menyenangkan, terkadang ada situasi yang unpredictable. Saya gak akan pernah lupa rasanya siang itu kakiku gemetar, keringat bercucuran karena ditolak check in. Namun aku gak panik.
Selasa, 1 November 2022Â
Pukul 06.15 waktu Kathmandu, Himalaya Airlines mendarat. Just info penumpangnya hanya 15 orang terdiri dari 3 perempuan dan 12 laki-laki. Â Selama dalam perjalanan aku tidur, sampai tidak menunaikan salat Subuh. Aku langsung mendaftar untuk VISA On Arrival selama 15 hari lalu membayar 30 USD. Setelah itu, layaknya masuk ke negara orang akan melalui imigrasi, passport di cap and then namaste. Â Tak lupa aku memberi informasi ke orang tuaku, lalu menghubungi Teh Atun dari Alpine Club of Himalaya.
Dari bandara, tujuan ke penginapan untuk istirahat. Sambil berdiskusi dengan Teh Atun, apakah bisa aku mengurus visa India untuk tiket pulang. Dari pemaparan Teh Atun, untuk mengurus pembuatan visa India membutuhkan waktu dua pekan, sementara tiket balik dari Kualalumpur---Jakarta tanggal 11 November 2022. Setelah berdiskusi dengan teman-temanku dari Cikis Geng  (Ryan Nugroho, Ryan Nur, Vita dan Eryck) kuputuskan membeli tiket baru, terima kasih buat Eryck yang bantuin. Dan harganya meroket.
Siang hari akhirnya semua anggota tim berkumpul yang terdiri dari aku, mbak Galuh, Hasrul dan Rony. Seperti biasa sebelum pendakian, diadakan briefing dan cek list peralatan di kantor. Briefing dibuka Mr Sujan selaku owner Alpine Club of Himalaya dan yang hadir kami berempat, Teh Atun dan guide kami, Tsiring.
Selesai briefing, kami berempat jalan di sekitar Thamel sambil mencari makan siang. Selesai makan siang, saatnya berburu perlengkapan outdoor. Di sekitar Thamel, terdapat toko buku, coffee shop, penginapan, kios mulai dari menjual perlengkapan untuk mendaki, sampai ole-ole. Terdapat beberapa travel wisata yang menawarkan jasa porter dan pemandu. Perlengkapan mendaki yang harga miring paling banyak itu merek T*F. Ada juga toko yang memang menjual barang original. Nah, di toko Columbia dan Marmot sedang berlangsung sale.
Rabu, 2 November 2022Â
Setelah sarapan dengan menumpang taksi menuju tempat pemberhentian bus. Tujuan mengarah ke Pokhara. Dari Kathmandu---Pokhara lama perjalanan sekitar 8---9 jam. Pokhara merupakan kota terbesar kedua di Nepal. Perjalanan Kathmandu---Pokhara, dengan jalan yang sedang rusak dan sepanjang perjalanan sedang dalam perbaikan. Bus berhenti sebanyak 3 kali. Nah, di Pokhara juga kami mempersiapkan perlengkapan yang masih kurang sebelum memulai pendakian ke Annapurna Base Camp (ABC).
Mari kita mulai perjalanan ini, Kamis, 3 November 2022 setelah selesai sarapan pagi, tepat pukul 07.00 kami dijemput jeep tujuan ke Matkyu. Rute hari ini adalah Pokhara---Matkyu---Jhinu Danda---Chomrong. Pendakian ke ABC harus memiliki trekking permit. Trekking permit di sini ada dua yakni surat izin untuk mendaki gunung-gunung yang ada di Nepal dan yang kedua adalah surat izin memasuki kawasan konservasi, Annapurna Sanctuary.
Tiba di Matkyu, langsung memesan makan siang. Setelah makan siang kami mulai melakukan perjalanan. Medan yang dilalui jalan yang masih bisa dilalui jeep hingga di jembatan. Entah pertimbangan apa yang diambil oleh guide kami, hingga memilih jalur berdebu. Dari Matkyu 1.669 mdpl, menuruni New Bridge Kyumi---Siwa Landruk, mendaki ke Jhinu Danda hingga mencapai Chomrong 2.195 mdpl dengan waktu tempuh 3 jam 28 menit 50 detik.
Tiba di Chomrong langsung ke kamar. Harga sewa kamar mencapai 300 Nepalese rupee (NPR). Di Chromrong, ada peraturan yang menegaskan air kemasan dilarang dijual. Di halaman terakhir buku menu, kumelihat ada tulisan Annapurna Conservation Area Project (ACAP), sebuah organisasi yang bertanggung jawab menjaga kelestarian taman nasional, sehingga di setiap penginapan telah menyediakan air minum sehat dan layak untuk diminum. Artinya aku harus membeli air minum yang telah disediakan oleh penginapan. Harga makanan dan minuman pun telah diatur oleh organisasi ini. Seperti halnya makanan, maka semakin tinggi lokasi, maka harga air minum akan semakin mahal. Harga makanan dan minuman di jalur pendakian ABC berbanding lurus dengan ketinggian. Malam ini menuku yakni vegetable fried rice (400 NRP) dan segelas lemon ginger tea with honey (130 NRP)
Jumat, 4 November 2022Â
Bangun pagi, salat subuh dan menuju dining hall. Semalam aku telah memesan untuk sarapan pagi ini dengan menu segelas lemon ginger tea with honey (130 NRP) Gurug Bread with cheese (350 NRP) Noodle Soup (100 NRP) Air minum (100 NRP)*. Rute hari ini adalah Chomrong---Sinuwa---Bamboo---DovanÂ
Dari Chomrong, pertama akan menuruni anak tangga, menuju kantor perijinan untuk dilakukan pemeriksaan dan pencatatan pendaki. Memasuki perkampungan warga, terlihat aktifitas bertani dan beternak. Setelah melewati jembatan maka kembali menjajal barisan anak tangga yang seakan tersenyum. Barisan senyuman yang akan menguras tenagaku. Tiba di Sinuwa, saatnya istirahat siang. Menu makan siang ini adalah nasi putih (350 NRP), ginger tea (120 NRP), dan dal bhat (135 NRP) dengan tambahan bekal yakni ikan teri kecil. Dal bhat adalah makanan khas Nepal dijadikan sebagai makanan pokok. Jika di Indonesia seperti nasi rames. Lauknya terdiri dari kari sayuran, tumis kentang, tumis sayuran hijau, dan ada kerupuknya. Ini hidangan yang cocok untuk vegetarian. Ketika makan dal bhat jika minta tambah nasi atau lauk, tidak ada tambahan biaya. Â Sambil memesan makan siang, meminta password wifi. Berkomunikasi dengan siapa pun di bagian dunia lain, sama pentingnya dengan makanan dan minuman. Ketiganya harus berpadu. Aturannya, bila hanya singgah makan siang tidak dikenakan biaya. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan kembali menuju Bamboo.
Menurut Tsiring, Sinuwa---Bamboo cukup dua jam saja. Â Di perjalanan menuju Bamboo, aku dan Hasrul berkenalan dengan pendaki yang berasal dari Kathmandu. Pendakian ke ABC, ia lakukan bersama dua orang temannya. Dua orang temannya berada di belakang. Ini merupakan pendakian pertamanya. Ia bahkan menyarankan kami ke Mustang. Menuju Bamboo, jalurnya lebih banyak datar. Jarak dari Sinuwa---Bamboo 4,72 km yang aku tempuh 1 jam 43 menit. Pada papan informasi Bamboo, terdapat lima penginapan. Dan mulai dilarang keras membawa daging kerbau, ayam, babi, dan daging sapi. Kadang kala ada pengecualian yakni hanya daging domba dan kambing yang diperbolehkan.
Perjalanan Bamboo---Dovan, dengan jalur setapak jalan tanah. Ini bahkan mirip dengan jalur gunung yang ada di Indonesia. Ingatakanku, ke jalur pos I ke pos II Gunung Bawakaraeng yang ada di Sulawesi Selatan. Jarak Bamboo---Dovan, 2,96 km dengan waktu tempuh 1 jam 35 menit.
Karena penginapan penuh, sehingga kami berempat satu kamar. Penginapan di Dovan menyediakan hot water dengan biaya 200 NRP. Mbak Galuh yang langsung mandi, kala aku tidak. Kami menikmati makan malam di Tip Top Restaurant dengan menu plain rice (350 NRP) dan lemon ginger tea with honey (160 NRP). Restoran ini menyediakan wifi yakni 300 NRP. Di sini kami menyiasati biaya wifi satu orang yang daftar sisanya bagi password dan pembayaran pun dibagi. Taktik ini jangan ditiru, kurang baik untuk keuntungan pemilik resto setempat.
Sabtu, 5 November 2022
Karena sudah menjadi kebiasaanku, pukul 04.00 aku terbangun, menunggu salat subuh, setelah itu aku keluar menanti sang mentari sambil menikmati kicauan burung. Jangan tanya udara pagi ini, yang tentu cukup membuat gigi gemeretak, tetapi saat itu belum tahu suhunya berapa. Â sambil berjalan di sekitar penginapan ada satu tanaman yang menarik perhatianku. Kuamati, ternyata Tsiring memperhatikanku, dia langsung berucap, "This Marijuana". Di Indonesia dikenal dengan nama ganja, kumeminta ijin apa boleh aku mengambil gambarnya, Tsiring mengatakan silahkan.
Sarapan pagi ini kuberganti menu yakni banana pancake (450 NRP) dan lemon ginger tea with honey (160 NRP), seperti biasa setelah sarapan saatnya memulai perjalanan. Pagi ini aku terheran-heran, dalam perjalanan menuju Himalaya. Aku bertemu dengan porter seorang perempuan. Perempuan itu mengusung bawaannya di atas kepala, aku pun teringat dengan 'mama-mama' saat aku tinggal di Biak dan Halmahera Timur. Mengutip perkataan Tsiring dan porter kami Dhawa, bahwa memang orang Nepal kuat-kuat. Mereka telah terbiasa menggantungkan barang bawaan di kepala. Ketika makan siang, aku melihat sendiri seorang porter membawa lemari baju.Â
Aku menikmati jalur Dovan---Himalaya, perjalanan yang santai ditemani suara gemercik air terjun di sebelah kananku. Semakin tinggi artinya suhu semakin dingin, maka dibutuhkan adaptasi jangan sampai terkena AMS (Altitude Mountain Sickness). Kuingat pesan Teh Atun, sehingga hampir di setiap tea house aku selalu memesan ginger lemon tea with honey, kadang juga garlic soup. Katanya, garlic soup ini dapat menjaga daya tahan tubuh kita selama mendaki. Menurut Tsiring, bahwa bawang putih merupakan obat mujarab untuk menghadang dan mengobati AMS.
Himalaya berada di ketinggian 2900 mdpl, di sini hanya ada dua penginapan. Coffee shop disini dilengkapi dengan barista dan pembayarannya dapat menggunakan credit card. Keren gak tuh. Perjalanan ke Annapurna Basecamp yang menurut pengamatan dan penglihatanku sudah menjadi objek komersial. Segalanya dimudahkan bagi pendaki dan satu hal yang pasti semuanya tentang UANG.
Dari Himalaya tujuan selanjutnya menuju Deurali. Di Deurali, kami akan makan siang dengan menu yakni dal bhat (680 NRP) dan plain rice (370 NRP) Â ditemani ikan teri kecil dan rendang.
Deurali--- Machhapuchre Base Camp (MBC) adalah merupakan jalur mematikan, banyak longsoran dan jurang, tetapi merupakan jalur yang paling keren. Di bawah terjangan sinar matahari, keringat telah membanjiri tubuhku. Aku membutuhkan 3 jam 35 menit 40 detik dengan jarak 4,65 km. Deurali berada di ketinggian 3.177 mdpl dan MBC itu 3.700 mdpl, tetapi di smartwatchku 3.698 mdpl, It's OK lah.
Dengan kecepatan yang lambat, kadang aku mengeluh dalam hati kapan sampai. Tiba di MBC, aku langsung masuk ke dining hall. Aku lemas. Kulihat Mbak Galuh duduk sambil menikmati minuman kesukaannya, masala tea. Kumeminta ijin untuk meminjam gelasnya yang besi, sepertinya tanganku menggigil gelas itu kupegang erat-erat sampai ada rasa panas kurasa.
Setelah kondisiku normal aku menuju kamarku berganti pakaian, tayamum untuk melaksanakan salat maghrib dan Isya. Selesai melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim, kumenuju dining hall. Berkumpul dengan beberapa pendaki sambil menanti makan malam. French rice (650 NRP), egg vegetable fried rice (630 NRP), hot water (200 NRP), dan ginger lemon tea with honey (150 NRP).
Ahad, 6 November 2022,
Pukul 03.30 aku terjaga, sesuai hasil briefing semalam kami harus bergerak ke Annapurna Basecamp pukul 04.00. Bangun, membereskan perlengkapan lalu menuju dining hall. Di sini, Tsiring Sherpa telah menunggu dan telah tersedia seteko ginger lemon tea with honey. Kunikmati minuman, sebelum akhirnya kami siap untuk melakukan perjalanan ke ABC. Sebelum berangkat, kupanjatkan doa dalam hati kumohon kepada Sang Khalik agar memberiku kekuatan, kesabaran hingga keteguhan hati. Bismillahirrahmanirrahim.
Kami berenam berangkat dari MBC. Sang mentari belum bersinar, sehingga hanya ditemani pancaran lampu senter yang menjadi penunjuk jalan. Angin menampar wajahku, hawa dingin telah menusuk tulangku, tetapi tidak membekukan semangatku. Di depan sana pemandangan gunung-gunung salju yang menjulang tinggi. Dalam hati aku berucap, "Sungguh indah perjalanan ini!" Ritme perjalananku pelan dan aku tetap berjalan, jika capek berhenti sejenak mengambil nafas. Aku sangat menikmati perjalanan ini. Aku berjalan santai, kuhirup aroma pegunungan kunikmati setiap pemandangan yang terhampar di sekeliling. Jarak MBC---ABC mencapai 3.22 km dengan waktu tempuh 2 jam 3 menit.
Saat tiba di Annapurna Basecamp, tiba-tiba saja ada yang menetes dari mataku. Kuambil gambar, aku terdiam di hamparan ini di bawah langit biru dalam keheningan dan ketidakberdayaanku sebagai manusia. Yang pasti ini merupakan suatu pengalaman yang luar biasa hingga aku mencapai titik ini, sebuah titik yang memberiku pelajaran hidup yang lebih berarti. Annapurna Basecamp adalah mimpi yang telah kugapai. Aku percaya semua yang aku alami sekarang adalah apa yang pernah kuimpikan. Kubutuhkan sebuah proses yang panjang, menunggu enam tahun sampai akhirnya mimpiku berada di Annapurna Basecamp terpenuhi.
Annapurna I puncak tertingginya mencapai 8.091 mdpl berbeda 800 mdpl dari puncak Everest 8891 mdpl, dikelilingi saudara-saudaranya yang di atas 7000 mdpl. Kuterima informasi dari Tsiring bahwa sepanjang tahun Annapurna senantiasa diselimuti salju dan perhatikan sepertinya gunung ini memancarkan keagungan yang menjadikannya daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya.
Setelah berfoto, kumenuju penginapan di ABC, seperti biasa kupesan segelas ginger tea honey (170 NRP). Setelah itu kembali ke MBC, lalu packing dan makan siang  dengan menu vegetable fried rice (580 NRP)  dan hot water (200 NRP). Setiap makan ku selalu menambahkan sambal, baik itu sambal biasa atau sambal terasi.
Saatnya berangkat pulang, mungkin karena telah tiba di ABC perjalanan MBC---Deureli cepat saja, Tiba di Himalaya, Mbak Galuh "meracuni" aku dan Hasrul untuk menikmati segelas masala tea seharga 160 NRP ditambah sepotong cokelat menjadi sumber energi siang ini. Kemudian jalan lagi istirahat di Dovan saja.
Tiba di Dovan, kondisi penginapan terdapat beberapa kamar kosong sehingga kali ini sekamar berdua saja. Makan malam kali ini kupilih plain rice, garlic soup, dal bhat  bhat (590 NRP). Ini harga setelah dibagi untuk empat orang 700 + 360 + 1300). Seperti biasa wifi beli satu, sekarang dibagi empat.
Senin, 7 November 2022,Â
Sesuai hasil briefing semalam kami sarapan pagi pukul 08.00 dan jam 09.00 perjalanan ke Bamboo---Sinuwa dan Chomrong. Saat di ABC, kukatakan nanti tiba di Chomrong aku pengen makan pizza. Di perjalanan menuju Chomrong, ku-request ke Tsiring for dinner I want to eat pizza. Sebelum masuk ke Chomrong, Tsiring melapor di pos pencatatan. Di situ, Mbak Galuh membeli jeruk manis 1 kg (400 NRP). Dari penjualnya, mengatakan jeruk ini hasil dari kebun dia sendiri yang ada di Chomrong. Jadilah, malam ini kumakan mixed pizza (335 NRP). Harga setelah dibagi dua 670 NRP, karena Ronny pengen makan pizza juga dan cukup air hangat saja (120 NRP). Sekali lagi jangan lupa sambal terasi. Â Kenyang. Sebelum istirahat, kami briefing dulu terkait keberangkatan esok hari.Â
Selasa, 8 November 2022.Â
Bangun pagi, salat subuh. Lalu duduk di depan penginapan sambil menikmati udara pagi dan melihat aktivitas masyarakat. Sarapan pagi ini ala western yakni egg vegetable sandwich (450 NRP), hot water (50 NRP), dan segelas the tarik (ini bekal dari Jakarta),  dan tidak pernah terabaikan wifi (50 NRP).
Pukul 09.22 kami meninggalkan Chomrong dan menuju Jhinu Danda  dan terakhir New Bridge . Total perjalanan 1 jam 52 menit dengan jarak 3,74 km. Tiba di ujung jembatan, mobil jeep telah menanti kami. Sekitar 20 menit perjalanan, seperti biasa makan siang di Matkyu dengan menu kentang goreng (450 NRP) dan masala tea (80 NRP). Perjalanan Matkyu---Pokhara, membuatku mual. Benar saja ketika tiba di hotel, Pokhara. Masuk kamar dan langsung ke kamar mandi, mengeluarkan isi perut. Setelah selesai menunaikan salat duhur dan ashar kutidur hingga menjelang salat maghrib.
Malam hari, kami berenam menikmati suasana Pokhara menyantap nasi Briyani. Teman yang lain masih menikmati suasana malam di sekitar Pokhara, sedangkan aku lebih memilih kembali ke penginapan, istirahat. Karena besok perjalanan panjang ke Kathmandu.
Rabu, 9 November 2022.
Hanya aku bersama Porter kami Dhawa yang kembali ke Kathmandu. Teman-teman yang lain masih akan melakukan paragliding dan rafting di Pokhara. Perjalanan ke Pokhara---Kathmandu sama waktu berangkat 9 jam. Dengan tiga pemberhentian. Di pemberhentian pertama kubeli hanya snacks (120 NRP). Di pemberhentian kedua karena menjelang makan siang, seporsi makanan all (400 NRP). Tiba Kathmandu, menuju penginapan dan aku telah ditunggu Teh Atun. Sebenarnya aku diajak untuk minum wine or bir, dengan halus kutolak kulebih memilih menikmati masala tea dan momo. Kalau di Indonesia, momo ini mirip mie pangsit rebus dan biasanya disajikan dengan campuran kari. Terbuat dari kerbau, sapi dan ayam cincang, dan sayuran. Momo dapat dimasak dengan cara direbus bisa juga dipanggang.
Kamis, 10 November 2022
Pagi hari setelah selesai sarapan, saatnya berburu souvenir di sekitar Thamel. Temanku menyarankanku untuk buka jastip, sayangnya kutolak dengan pertimbanganku tidak memiliki bagasi dan tiket dari Kathmandu hanya sampai di Kuala Lumpur sehingga ketika di ibu kota Malaysia itu akan merepotkan.
Siang hari, aku bersama Teh Atun lebih memilih jajanan di sekitar penginapan. Selesai salat maghrib saatnya ke Bandara. Antrian untuk check  in panjang banget.  Membuat kakiku pegel, selesai urusan imigrasi dan saat di ruang tunggu kuberkenalan dengan seorang perempuan yang akan ke Indonesia tepatnya Raja Ampat. Dia akan menyelam, menikmati keindahan bawah laut di salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat Daya. Panggilan naik ke pesawat mulai memenuhi ruangan tunggu. Ayok, kataku pada tubuh ini, "Saatnya kita pulang ke negeri tercinta."
Percaya saja, perjalanan ke Annapurna Basecamp ini selalu berselang seling naik dan turun. Bukankah perjalanan hidup manusia juga seperti itu. Aku merenung  perjalananku ini bukan tentang tujuannya, tetapi tentang aku bahagia, pahit getirnya drama yang aku hadapi.
*Buat yang penasaran berapa budget yang aku keluarkan, dibawah ini rinciannya :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H