Ia mengajakku beranjak menuju rumahnya. Aku memperhatikan setiap sudut tempat. Daerah sekitar tempat tinggal kawanku itu sedang berbenah, banyak dibangun perumahan. Sampai di rumahnya, dia meminta untuk istirahat saja. Tak kukatakan secuil kata pun, sepertinya dia mengerti jika aku kecapekan, akibat perjalanan panjang.
Senin, hari pertama di Batam, sore hari barulah juniorku di Korpala Unhas, Ratna Kartika mengajakku jalan-jalan ke jembatan Barelang. Sepertinya, jembatan Barelang ini ikon baru kota Batam.
Aku sempat bertanya, pengen ke tempat tulisan WELCOME TO BATAM. Keinginanku tak kesampaian. "Tulisan itu berada di Batam Center dekat Masjid Raya Batam, agak susah dikarenakan telah banyak pedagang," ujar Ratna. Lagi pula menurutnya, aku datang malam, sehingga semakin tak mungkin ke arah yang kusebutkan.
Sore hari, aku menikmati matahari terbenam di selasar jembatan Barelang. Di sekitar jembatan itu, banyak terdapat warung makan khas seafood. Bahkan di pinggir jembatan terdapat beberapa tempat duduk sambil menikmati cemilan. Aku tak sempat menikmati sedikit pun rasa makanan di lokasi tersebut. Aku hanya mengambil gambar.Â
Di bagian selasar, Ratna mengajakku menikmati jagung bakar. Dengan halus kutolak, kukatakan aku pengen menikmati kuliner khas Batam. Adzan maghrib berkumandang, kami pun meninggalkan tempat ini.
Ratna, kemudian mengajakku untuk menikmati mie tarempa dan luti. Â Menikmati mie tarempa di Berkat Tiban. Jika dilihat sekilas mie tarempa ini, tampak seperti kwetiau, ada pilihan antara lain mie goreng kering, lembab atau basah. Waktu itu aku menikmati mie tarempa yang basah.
Nah, ciri khas mie ini adalah rasanya pedas. Ketika dimasak, biasanya dicampur  dengan udang dan ayam. Aku tidak mengkonsumsi daging ayam, sehingga hanya udang saja. Kalau luti, seperti panada. Tau kan panada? Itu loh makanan khas Manado.