Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jelajah Timur - Barat Turki, Bertualang Menyiasati Pandemik

9 Mei 2022   22:16 Diperbarui: 9 Mei 2022   22:28 1936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Camlihemsin Rize (Dok. Ryan Nugroho)

Berlima di Depan Danau Uzongol (dok. Ryan Nur Susanto)Al Mulk 15: Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahi lah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepadaNya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

Awal bulan Agustus 2022, ide untuk backpacker-an itu berawal dariku, yang kuutarakan ke Vita. Saat itu Novitasari panggil saja Vita menantangku, "Kak, ayo backpacker-an," katanya. Tantangannya kuterima. Terus kubilang, "Aku pengen ke Dubai mau nyobain skydive. Vita membalas pesanku, "Saat itu kok sama tujuan kita", gumamku senang. Dia pun melanjutkan, "Yuks ajakin kembar dan Eryck." Si kembar yang dimaksud bernama Ryan Nugroho & Ryan Nur Susanto, sedangkan yang disebut sebagai Eryck merupakan sapaan akrab Hesmariyadi. Vita pun memintaku untuk mencari info terkait biaya untuk skydive.

Aku mencoba menghubungi si kembar dan Eryck ajakanku bersambut, maka via WA dibuatlah grup Cikis Goes To... Aku lalu menghubungi kaka seniorku yang berada di Abu Dhabi menanyakan biaya Skydive. "Ooo Emmmji Rp  9.000.000 sangatlah mahal." Setelah kusampaikan biaya, maka tujuan diganti, katanya Yuks ke Turki aja. Tapi destinasinya berbeda. Sejujurnya Turki itu menarik untuk dijelajahi mulai dari banyaknya sejarah, letaknya yang strategis, karena terletak di dua benua: Asia dan Eropa. Belum lagi keunikan negaranya. 

Langsung aku balas, "ke perbatasan Georgia aja di situ ada Danau." Vita menambahkan, "susuri aja jalur timurnya!".

Sejak saat itu mulailah kami mencari tiket rutenya adalah CGK-AUH-IST. Ryan Nur yang paling rajin memberikan update terbaru harga tiket. Setiap hari, pekerjaan kami adalah memantau harga tiket, baik via OTA atau website maskapai yakni Turkish, Emirates, Etihad. Sampai di awal September, akhirnya kami mendapatkan tiket murah PP dengan harga Rp24.365.500 untuk lima orang. Fix untuk tanggal, kami akan berangkat pada Jumat, 25 Februari 2022.

Tiket berangkat sudah di tangan, nah sekarang waktunya mencari destinasi wisata. Akhirnya group WA diberi nama CIKIS GOES TO TURKY. Mulailah kami semua mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait destinasi yang belum final. 

Memasuki Januari 2022, berbekal tiket murah, Ryan Nur Susanto dan Rayn Nugroho berangkat ke Istanbul. Selama seminggu mereka di sama dan tak ada peristiwa alam yang berbahaya. Sehari setelah kepulangan mereka ke Indonesia, terjadi badai salju di bandara. Untung keduanya tidak bertemu dengan kondisi alam, yang mungkin berbahaya tersebut. Masih di bulan ini, karantina berlaku 10 hari. Hal yang sama juga dialami oleh Hesmariyadi, sehabis melakukan ibadah umroh, dia harus mengikuti aturan pemerintah untuk karantina sepekan lebih. 

Akhir Januari 2022, setiap weekend kami meeting via WA membahas destinasi, penginapan dan transportasi. Setiap selesai meeting, aku mencatat semua detail, membuat jadwal perjalanan.

Senin, 7 Februari 2022, muncul aturan bahwa keberangkatan keluar negeri hanya boleh dari empat bandara dan CGK tidak termasuk. What? Kagetlah kami semua. Group WA pun heboh. "Ah, paling aturan gak sampai 24 jam, tauhlah kek mana aturan di negara ini." Mengetik sambil, deg-degan juga, jangan sampai hal itu terjadi.

Sampai buka group backpacker internasional. Berita ter-update perjalanan dari luar negeri hanya bisa masuk Indonesia lewat Bali dan Kepri ini di jam 13.29 WIB.

Terus mulailah aku mencari info, kukontaklah Ananda, kawanku. 

"Doltz, jangan bikin kaget, aku barusan beli tiket ke Turki PP." kata Ananda Maka aku kirimkan tautan beritanya.

"Pukul 14.12 WITA Ndoltz, aku udah kontak Angkasapura (call center 138). Bisa kalo WNI mau keluar, yang ditutup adalah untuk WNA dengan visa kunjugan wisata. Lalu kontak Kemenhub Direktorat Transportasi Udara bisa kok sesuai Juklak No 7."

 Pesan itu pun aku teruskan ke grup Cikis.  Akhirnya tenanglah kami berlima. Malam hari, berita pun berubah, dan boleh dari CGK. "Apa kubilang. Jika dari CGK dilarang, trus bagaimana dengan orang --orang yang membeli tiket? Mau di ganti. Biaya yang besar itu."

Ryan Nugroho pun menghubungi temannya yang saat itu akan melakukan perjalanan. Benar saja perjalanan via CGK tetap ada. Dan Eryck masih sempat bercanda hampir saja rute berubah menjadi "Cikis goes to Bali".

 Kasus Omicron meningkat di DKI Jakarta, menjadi masalah lagi adalah tempat PCR, yang melayani pemeriksaan antigen. Beberapa labolatorium penuh untuk analisa sampel. Kamis, 10 Februari 2022, Vita meminta kami semuanya untuk tidak keluyuran dulu, mana sekarang musim sakit juga. Ryan Nur Susanto pun menambahkan dia sempat melewati tempat PCR di Jogya dan ujarnya dengan mata melotot heran, "gilaa rame poll sampai antri keluar parah."

Hampir setiap pagi di group WA kami saling mengingatkan untuk jaga kondisi, olahraga ringan, minum vitamin, dan menambah asupan madu.

Rabu, 23 Februari 2022, jadwal penerbangan Eryck berubah dari Mksr--Jkt. Selain Eryck, Vita pun mengalami dan terakhir Ryan Nur dan Ryan Nugroho.

Hari Pertama, Jumat, 25 Februari 2022, momentum yang kami nantikan. Pukul 17.00 WIB, meeting point di depan Bakmi GM Terminal 3. Vita mulai perjalanan dari Balikpapan ke CGK, Eryck dari Makassar -- CGK, Ryan Nur dan Ryan Nugroho dari Jogyakarta -- CGK dan aku dari Bogor ke CGK.

Pukul 22.50 WIB kami meninggalkan CGK menuju Abu Dhabi perjalanan sekitar 8 jam. Di pesawat, lebih banyak menghabiskan waktu dengan tidur.  Hampir tak a da kegiatan produktif seperti membaca. Bahkan untuk menonton drama atau film, minat juga berkurang. 

Hari Kedua Sabtu, 26 Februari 2022 sekitar Pukul 04.00, akhirnya kami tiba di Bandara Internasional Abu Dhabi. Transit selama 5 jam. Di ruang tunggu bandara Abu Dhabi, aku bertemu dengan sesama orang Bugis yang juga akan ke Turki. Berbekal ilmu "sosped" akhirnya kami dapat makan gratis buras dan lauk pauknya yang disebut jajabu. Bentuknya mirip dengan yang dikenal sebagai olahan parutan kelapa dengan tambahan sejumlah bumbu, yang dikenal sebagai serundeng. Alhamdulillah, beginilah rejeki anak backpacker, dapat makanan dengan bergaul dan bersosialisasi. 

Istilah 'sosped' meskipun merupakan singkatan dari frase 'sosiologi pedesaan', namun di kalangan anggota Pencinta Alam Makassar, menjadi sebuah kata sakti untuk keberhasilan bergaul, dan kemudian mendapatkan makanan secara gratis dari warga pedesaan. Istilah itu kemudian meluas juga di kehidupan di luar dari kegiatan aktivitas kepencinta-alaman.

Dari waiting room menuju pesawat, kami naik bus dulu. Di pesawat kami mendapatkan makan. Pukul 14.41 akhirnya kami tiba di Bandara Internasional Istanbul. Ponsel dikoneksikan secara online dengan memanfaatkan free wifi kemudian memasukkan bagasi, mencari ATM. Setelah itu ke lantai atas untuk check in, menuju Trabzon. 

Pukul 18.59 kami meninggalkan Istanbul Airport. Dalam perjalanan di udara hanya membutyuhkan waktu sekitar 2 jam saja sangat, berbeda kontras jika perjalanan darat, karena butuh waktu 18 jam. Pukul 21.25 kami akhirnya tiba di Bandara Trabzon. Setelah mengambil bagasi, waktunya mencari rent car. Di depan bandara banyak tersedia rent car. Di sini diperlukan teknik negosisasi untuk mencari kendaraan. Tim negosiator adalah Vita, Ryan Nur, dan Eryck.  Kadang-kadang aku ikut juga. Setelah berdiskusi panjang, akhirnya kami sepakat dengan sewa 1800 LR hingga 4 Maret 2022. Seperti umumnya jasa penyewaan kendaraan, di sini juga wajib menyetor deposito sebanyak 1500 LR.

Kunci telah diserahkan kepada Eryck, sebelum berangkat Ryan Nugroho memeriksa mobil sambil merekam dengan video. Dan dimulailah petualangan malam ini. Keluar dari bandara, aku diberi tugas untuk membaca peta bersama Ryan Nur Susanto dan Ryan Nugroho. Target yang pertama kami cari adalah pom bensin. Dan di sinilah, sambil membaca Google Map, aku memberikan petunjuk ke Eryck untuk belok kiri dan ternyata jalannya ditutup. Tak disangkan di sebelah kiri, sebuah truk fuso yang hampir saja "mencium" belakang   mobil kami. Kami sempat panik, lalu kami sadar seharusnya dalam perjalanan seperti ini banyak-banyak berdoa.

Perjalanan dilanjutkan masih tetap mencari pom bensin. Harganya 16,98 LR malam itu kami membeli 300 LR. Dengan jumlah pengeluaran BBM sebanyak itu, lumayan untuk beberapa hari kedepan. Selanjutnya, perjalanan mengarah dari Trabzon Havalimani menuju Uzongol 90 KM.

Rasa capek dan kantuk menyerang kami, tetapi kami harus melawan serangan kelelahan itu, karena perjalanan masih panjang. Apalagi di tengah malam, jalanan pun sunyi.  Kendaraan malam itu dapat kami hitung jari, melewati beberapa tunel. Di dalam mobil mencoba menyanyi entah lagu apa, nggak jelas, ketawa cerita-cerita lucu, pokoknya melakukan sesuatu untuk menghilangkan kantuk. Hingga pukul 00.00 waktu Trabzon, kami tiba di Nova Uzongol. Alhamdulillah, pengelola hotel memang telah menunggu kami, sebelumnya telah diberikan informasi terkait kedatangan tersebut pada pukul 00.00, atau mungkin lebih dari waktu yang dijadwalkan. 

Setelah mengambil kunci, masuklah kami di penginapan. Apartemen tersebut terdiri dari dua kamar, ada ruang tamu, dapur, juga terdapat dua kamar mandi. Terdapat fasilitas kompor masak, mesin cuci, layaknya rumah. Adapun biaya sewa yakni Rp 150.000 per malam per orang. 

Hari ke tiga, setelah melaksanakan kewajiban sebagai muslim disusul sarapan pagi dengan bekal dari Indonesia. Selanjutnya kami berjalan-jalan di sekitar penginapan. Cuacanya bagus, langit biru dan beberapa sudut terdapat salju. Akhirnya diputuskan untuk keliling danau. Iya Uzongol. Uzongol terletak di Trabzon, sekitar dua puluh kilometer dari daerah terdekat Caykara dan ketinggian 1100 mdpl. Uzongol adalah salah satu contoh danau kawah yang paling bagus. Tanah longsor membentuk area baru seluas 1000 meter dan hujan lebat di wilayah itu serta sungai lokal bernama Haldizen mengubahnya menjadi danau. Air danau sangatlah jernih dan terlihat bebek-bebek sedang yang berenang.

Kami tiba di taman kota, bermain trampolin. Menikmati indahnya danau, sambil mendengar suara kicau burung. Uzongol itu mirip-mirip Hallstatt di Austria. Uzongol ini sangatlah indah, namun sangat basah. Jadi bisa saja pagi super cerah, namun pada sore harinya turun hujan deras. 

Siang hari saat mencari jalur untuk ke KOM caf and restaurant, kami menemukan sebuah tempat persinggahan di pinggir jalan. Pemandangannya tentu saja sangatlah indah yang dibalut sepi. Di sini, kami menghabiskan waktu sekitar 4 jam. Nah, gini nich, asyiknya pergi tanpa ikut trip bebas mau berhenti dimana saja dan waktunya gak terbatas.  Puas berfoto, akhirya menuju tujuan utama dengan berjalan kaki ke KOM caf and restaurant, ngeri-ngeri sedap ke atas lokasi tersebut jika berkendara mobil.  Alhamdulillah, kami berkesempatan makan siang di salah satu restoran yang berada di ketinggian tersebut. Dari restoran ini, terlihat hamparan pemandangan luas danau Uzongol.

aku di KOM Restaurant (dok. Vita)
aku di KOM Restaurant (dok. Vita)

aku di KOM Restaurant (dok. Vita)
aku di KOM Restaurant (dok. Vita)

Sore hari, kami jalan-jalan di sekitar masjid di tepi danau yang ada di Uzongol sambil berbelanja cemilan dan membeli simcard. Kami membeli Turkicell seharga 200 TL dengan kapasitas 10 GB + 5 GB.

Hari ke empat, rencana pengen mengunjungi Sultan Murat Plateau tetapi karena jalur menuju dipenuhi salju, akhirnya kami mencari alternatif lain. 

Sore kami kembali berjalan-jalan di sekitar danau dan berniat menyewa sepeda untuk berkeliling di sekitarnya, tetapi dikarenakan harga sewa sepeda yang bagi kami "cukup" mengurus kantong yakni 70 TL selama satu jam akhirnya batal. Belum selesai kami menawar, gerimis. Ya sudahlah. Hari ini, cuaca berubah. Salju baru saja turun bersyukur banget kemarin udah foto-foto. 

Hari ke lima, pukul 10.00 kami meninggalkan Uzongol. Tujuan selanjutnya ke Ayder, Rize. Perjalanan dari Uzongol ke Ayder sejauh 160 km. Apartemen kami terletak di dekat aliran sungai, di depannya terdapat kebun teh. Pemilik apartemen berada di Istanbul, sedangkan yang menjaga adalah seorang nenek. Fasilitas di apartemen kamar mandi dua, kamar utama dua, mesin cuci pakaian dan mesin cuci piring, kompor gas tanam. Heaternya masih manual, setiap hari kami memerlukan satu karung (ukuran 50 kg) kayu bakar sebagai pemanas, dan tahu kah anda nenek tidak bisa berbahasa Inggris, sehingga komunikasi dengan beliau menggunakan google translate voice.

Hari ke enam, kami ke daerah Camlihemsin Rize. Di pinggir sini berjejeran toko asli mirip suasana Swiss. Di sini kami juga berbelanja keperluan dapur di salah satu supermarket yakni SOK.  Dari supermarket tujuan kami mengarah ke Zil Kale, sekitar 15 km dengan harga tiket masuk 5 TL per orang. Zil Kale merupakan kastil yang terletak di lembah. Kastil ini dibangun di atas batu yang curam, di lereng barat Firtina Creek di selatan untuk keperluan militer setelah Kekaisaran Ottoman menaklukkan wilayah tersebut. Zil Kale terletak di dalam Situs Arkeologi. Kastil terdiri dari dinding luar, dinding tengah dan kastil bagian dalam. Gerbang kastil luar dicapai melalui jalan setapak di arah barat laut. 

Di Camlihemsin Rize (Dok. Ryan Nugroho)
Di Camlihemsin Rize (Dok. Ryan Nugroho)

Kembali turun ke bawah, nyari pom bensin. Makan siang di Cigerri Murat, aku memilih menu yang mirip bakso harganya cukup murah 70 TL. Selesai makan siang, tujuan selanjutnya menuju Ayder Village. Memasuki kawasan Ayder Village dikenakan biaya  15 TL untuk lima orang.

Eryck pengen main salju. Hingga dia tiba di Ayder langsung lari-lari jingkrak-jingkrak. Ayder ini memiliki pemandangan berbukit seperti Swiss. Padang rumput hijau, rumah di tepi bukit, rumah di tepi bukit, air terjun dan pegunungan bersalju adalah pemandangan di sini. Dan di sinilah untuk pertama kalinya, aku menikmati hujan salju.

Yah, salju yang membuat alam tak lagi indah. Bukankah sebelum salju turun, ada pohon-pohon yang menggugurkan daunnya, bunga-bunga lenyap bagaikan ditelan bumi, pohon meranggas. Dan salju merusak lukisan semesta yang berwarna-warni menjadi satu warna yakni putih. Udah puas main salju, waktunya pulang untuk masak-masak.

Hari ke tujuh, rencana kami akan ke kawasan Ayder Village lagi, tapi memilih daerah atas. Sebelum ke lokasi yang kami akan tuju, kami singgah di Ayderselaledagevleri dan bertemu dengan ownernya. Kami menyempatkan bertanya sewa-sewa penginapan. Kami akan ke Pokut Yaelasi, tetapi ternyata jalan yang akan dilalui penuh dengan salju. Efek yang ditimbulkan oleh salju yakni mematikan aliran lalu lintas.

Zilkale (dok. Eryck)
Zilkale (dok. Eryck)

Hari ke delapan, pukul 10.00 kami meninggalkan apartemen di Ayder, menuju Trabzon. Sebelum ke Trabzon, kami kembali ke Ayder Village lagi. Saat di depan gerbang, kami memutuskan tidak usah masuk ke kawasan Ayder Village, tapi di pinggir jalan kami menikmati hujan salju. Ini adalah destinasi terakhir dan selanjutnya kami kembali ke jalan utama.

Melewati beberapa tunnel dan menyusuri black sea dan jaraknya 146 km. Kemudian kami ke Hagia Shopia cabang Trabzon menunaikan salar ashar dan tak lupa berbelanja perbekalan. Semuanya lengkap, waktunya mengembalikan mobil ke Trabzon Havalimani. Sesuai dengan perjanjian di awal pihak rent car akan mengantar kami ke otogard.

Pukul 20.00 kami meninggalkan Trabzon menuju Kayseri. Perjalanan sekitar 14 jam dengan jarak 558 Km. Tiket bus kami beli via aplikasi dengan harga Rp 259. 600 per orang.

Hari ke sembilan, Tiba di otogard, Kayseri. Vita langsung menghubungi rent car, entah alasan apa tiba-tiba saja pihak rent car menaikkan harganya padahal kemarin udah deal, dengan harga yang disepakati dan akan dijemput di otogard. Di sekitar otogard, kami mencari tempat rent car, karena tidak menemukan, akhirnya Ryan Nur memberikan saran gimana kalo ke bandara saja, pasti di sana banyak rent car. Berbekal pengalaman di Trabzon Havalimani, saran Ryan Nur diterima. Berlima mencari taksi, dapat tarifnya 100 TL. Dari supir ini, kami mendapatkan nomor kontak untuk naik balon udara di Cappadocia.

Perjalanan dari Otogard ke Kayseri Havalimani sekitar 30 menit. Saat tiba di Kayseri Havalimani, bertiga Ryan Nur,Eryck dan Vita yang akan mencari rent car sedangkan aku dan Ryan Nugroho di luar saja menjaga barang bawaan. Biaya rent car mencapai 1170 TL untuk lima hari, deposit 1500 TL dan asuransi 150 TL. Totalnya 2820 TL.

Dari Kayseri Havalimani, kami menuju apartemen. Apartemen terdiri dari dua kamar. Fasilitas apartemen, seperti biasanya. Tarifnya Rp202. 600 per orang per malam. Masuk kamar, istirahat. Pukul 15.00, kami meninggalkan apartemen menuju ke Mount Erciyes

Rencana pengen main ski dengan berbekal tiket seharga 19 TL untuk  cable car dan main ski. Biaya main ski belum termasuk dengan perlengkapan. Pertama kami naik cable car ke ketinggian  3917 mdpl. Di atas kami hanya sekitar 15 menit. Rencana pengen main ski, tetapi karena gak tahan dingin dan belum lagi hembusan angin membuat badan ini tak sanggup, padahal cuaca cerah. Kami memilih pulang.  Oh ya untuk yang berdompet tebal, di sekitar daerah Erciyes banyak terdapat hotel mewah. Tempat yang tepat untuk menghamburkan uang untuk kesenangan maksimum.

Aku di Mount Erciyes (dok. Eryck)
Aku di Mount Erciyes (dok. Eryck)

Pulang dari Mount Erciyes, kami memilih makan malam di salah satu fastfood yang ada di Kayseri Park AVM, seperti biasa makannya burger dengan kentang tanpa nasi. Pulang dari mall,  nyari apotek buat beli obat selanjutnya balik ke apartemen, waktunya mencuci pakaian.

Hari ke sepuluh, jalur perjalanan dengan rute Kayseri -- Cappadocia. Pukul 10.00 kami meninggalkan apartemen. Sebelum ke Cappadocia, singgah di KUMS Mall. Niatnya hanya jalan-jalan dan makan siang. Ternyata window shopping, ini racun dari Ryan Nur dan Ryan Nugroho. Dan ternyata harganya murah, aku beli celana panjang 59,99 TL. Di dalam mall ini banyak sekali indirim (diskon), sayangnya karena kami masih ada penerbangan ke Istanbul, sehingga niat untuk belanja ditahan dulu. Bagasinya hanya 15 Kg.

Cappadocia atau bahasa lokalnya Kapadokya ini ditemukan dan dibentuk oleh Bangsa Het dari Kerajaan Hittieslebih dari 3000 tahun yang lalu. Kerajaan ini merupakan salah satu imperium paling maju yang berkuasa dari 1700 SM sampai 1190  SM. Dalam bahasa lokal, Kapadokya artinya Land of Beautiful Horses atau negeri dengan kuda-kuda yang indah. Formasi bebatuan unik di lembah dan ngarai terbentuk akibat hujan dan angin yang mengikis permukaan selama ribuan tahun silam dan menjadikannya pemandangan  yang keren banget. Batuan ini akibat erupsi gunung-gunung berapi sekitar dua milyar yang lalu. Karena kondisi alam, terbentuklah fairy chimney atau cerobong peri yang bentuk atap-atap rumahnya mirip jamur, runcing, topi dan kerucut.

Memasuki Cappadocia, tujuan kami adalah Milat Cave Hotel.  Kami memesan dua kamar dengan tarif Rp160. 000 per orang per kamar. Pihak hotel menawarkan kami untuk ikut Hot Air Ballons, tetapi karena telah memesan dengan agen lain. Harganya pun sama. Selama di Cappadocia untuk pembayaran dapat dilakukan menggunakan EURO, tetapi untuk makan dan belanja dapat menggunakan Turkish Lira.

Selepas salat magrib, kami janjian dengan agen Hot Air Ballons dan kami membayar 7781  TL untuk lima orang. Urusan pembayaran selesai, waktunya makan malam. Pilihan makan malam kali ini restoran korea. Nah, di restoran ini kami bertemu dengan lima orang mahasiswa asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Bursa, Mesir, dan Instanbul.

Hari ke sebelas, pukul 06.00, kami dijemput. Di Cappadocia, wisata yang paling khas adalah hot air ballons. And believe it or not, banyak wisatawan yang datang ke Cappadocia hanya untuk naik hot air ballons loh. Hot air ballons tidak setiap hari terbang, tergantung cuaca. Jika cuaca tidak memungkinkan, maka operator akan melakukan cancel flight dan otomatis dana akan dikembalikan.

Alhamdulillah, kami berlima bersyukur cuaca hari itu bersahabat, jadi dapat menikmati hot air ballons. Bagiku ini adalah pengalaman kedua naik hot air ballons. Jujur kuakui, jika kembali ke Cappadocia mungkin aku akan naik hot air ballons lagi. Apakah ini sebuah candu? Entahlah. Tapi aku terpesona, aku amat bersukacita berada di dalam keranjang sambil menikmati ketinggian dan sang mentari naik ke peraduannya. Sebuah pengalaman yang menakjubkan, bukan.

 Jangan tanya biaya untuk naik hot air ballons, yakni USD 230 ini harga jika ikut trip. Karena kami gak ikut trip, jadi biayanya lebih murah. Kami hanya membayar 1556 TL atau 110 Euro per orang. Murah kan. Awalnya kami diberi harga 125 Euro, tapi dasar kami "cerewet" sehingga dapat yang murah. 

aku naik Hot Air Ballons (dok. Ryan Nur)
aku naik Hot Air Ballons (dok. Ryan Nur)

Berlima Dapat Sertifikat aku di KOM Restaurant (dok. Vita) 
Berlima Dapat Sertifikat aku di KOM Restaurant (dok. Vita) 

Hari ke dua belas menuju jalur Cappadocia -- Kayseri -- Istanbul. Pukul 06.00 kami meninggalkan penginapan menuju Kayseri Havalimani. Suhu saat itu 40 C dengan waktu tempuh sekitar dua jam.  Tiba di Kayseri Havalimani, langsung check in menggunakan maskapai Turkish Airlines yang bagasinya 15 kg. Pukul 08.29 urusan check-in selesai. Selanjutnya mengembalikan mobil, kali ini Vita, Eryck dan Ryan Nur yang bertugas melakukannya. Sementara aku dan Ryan Nugroho di waiting room depan counter check in menjaga beberapa tas kabin. 

Memasuki waiting room  yang akan ke pesawat. Kami dihentakkan dengan sebuah kekagetan. Saat itu terjadi saat memasukkan tas punggung ke  dalam X-Ray, tiba-tiba mesin berbunyi, maka Eryck dipanggil oleh petugas. Kemudian tasnya di cek, ternyata oleh sebab yang amat enteng, gara-gara garam. Garam ini kami beli di Ayder dibawa sampai Cappadocia kemudian akan ke Istanbul. Kemudian muncul ide di kepalaku, jika balik ke Indonesia garam ini biar aku yang bawa. Penasaran apakah X-Ray di bandara IST, AUH dan CGK akan berbunyi.

Penerbangan Turkish Airline dari Kayseri menuju Istanbul sekitar 1,5 jam. Pesawat mendarat di Istanbul sesuai jadwal.  Kami langsung menuju tempat pengambilan bagasi. Kemudian mencari tulisan Cikis (EXIT) menuju bus Havaist dengan tarif 42 TL dari bandara ke Sultanahmet.

Seharusnya kami turun di Sultanahmet square, namun gegara macet, kami diturunkan di dekat Aksaray. Karena hotel kami di daerah Sultanahmet, maka harus naik tram. Karena belum membeli Istanbul card, sehingga pinjam milik Ryan Nugroho. Turun di halte Camberlitas, kami  berjalan kami sekitar 240 meter ke hotel. Setelah check in, kami berlima langsung keluar mencari makan dan pilihannya hanyalah makanan cepat saji, Burger  King. 

Setelah makan, selanjutnya kami akan ke Mall Of Istanbul, perjalanan sekitar 40 menit. 

Jujur harus kami akui, bahwa transportasi di Turki ini terbilang canggih. Di Istanbul, kami mencoba menggunakan transportasi umum. Untuk menghemat biaya kami membeli Istanbul card di dekat Hagia Shopia seharga 27 TL. Istanbul card dapat digunakan untuk naik tram, bus, funicular, metro bahkan feri dalam kota Istanbul saja. Kalau di Jakarta, Istanbul Card ini seperti e-money, sekali tap murah hanya 2,5 TL. Jika saldo habis, bisa diisi ulang di stasiun pemberhentian metro misalnya di Sultanahmet, Cemberlitas dll.

Istanbul Card (dok. aku)
Istanbul Card (dok. aku)

Hari ke tiga belas, dikarenakan bagasiku masih kosong hingga 18 kg, aku pun mencoba membuka jasa titipan (jastip). Adapun jastip-an berupa kopi, cokelat, dan baklava. Siapa tahu penitipnya berlebihan dalam kepemilikan cokelat---meski tidak berharap---semoga saja merasa berat dengan bawaannya dan akhirnya mau berbagi. 

Tujuan kami hari ini ke Taksim Square. Dari hotel, menggunakan tram lalu metro hingga tiba di Taksim Square. Setelah membeli baklava dan lainnya, kami memutuskan makan siang di restoran Indonesia yang ada di daerah Taksim yakni Kuali. Harganya tidak beda jauh dengan harga yang ada di Indonesia, aku memesan nasi goreng. Eryck, Vita dan Ryan Nugroho bakso, sedangkan Ryan Nur memesan bakmi. Tidak lupa kami take away buat makan malam seperti gado-gado dan batagor. 

Hari ke empat belas, Pukul 05.59 aku dan Vita telah meninggalkan hotel, menuju Hagia Shopia. Niatnya akan melaksanakan salat subuh, yang dilaksanakan pada pukul 06.29. Selesai salat kami tidak langsung meninggalkan bekas gereja ortodoks---yang kemudian dibeli dan diubah menjadi masjid oleh Sultan Mehmet II Al-Fatih tersebut--- tetapi menyempatkan berfoto-foto melihat sekeliling bangunan. Ini pun kedua kalinya aku ke tempat, yang juga dikenal sebagai Aaya Sophia.

aku di Aaya Sophia (dok. Eryck)
aku di Aaya Sophia (dok. Eryck)

Keluar dari masjid, salju pun turun.  Vita, kemudian mengontak tiga lelaki perindu butiran-butiran air yang membantu dengan memberikan informasi sedang hujan salju. Sedangkan aku langsung balik ke hotel, mau makan mie instan. Sepertinya enak menikmati mie instan  sambil melihat pemandangan hujan salju, tapi sayangnya ada yang kurang, gak ada cabe rawit, juga slondok (langsung teringat ibu Pejabat  Ayi Pravitasari dan Ajeng. Saat menempuh S2 di Bandung, Jika sedang mengerjakan tugas deadline kami sering mengkonsumsi Indomie Soto + Slondok).

Tidak lama, ketiga kawanku muncul, katanya, "gak tahan, euy dingin banget". Dan tiba-tiba aku merindukan sinar matahari. Iya, Indonesia negeriku yang hanya memiliki dua musim yakni kemarau dan hujan. Di sini sepertinya sinar matahari menjadi "barang mewah".

Rencana hari ini kami akan PCR home care tarifnya 200 TL. Selesai PCR aku bersama Eryck berangkat mencari jastip-an, mulai dari baklava dan kopi-kopi. Aku sudah kedinginan, Eryck masih sempat-sempatnya bilang, "Kak ambil video dulu. Ini wajib diabadikan".

Sore hari aku, Vita, Ryan Nur dan Ryan Nugroho jalan-jalan ke grand bazar mencari oleh-oleh. Sesuai perjanjian, pukul 17.00 kami berangkat untuk makan malam di Warung Nusantara. Seperti biasa menggunakan transportasi umum.

Hari ke lima belas, kami berlima kembali menunaikan salat subuh di Hagia Shopia. Selesai menunaikan salat, waktunya jalan-jalan di dalam masjid. Setelah puas, kami kembali ke hotel. 

Pukul 10.00 kami meninggalkan Nu Hotel. Tak lupa memesan taksi melalui hotel, 30 menit berlalu pihak hotel tidak mendapatkan taksi dikarenakan hujan salju. Pihak hotel menyarankan kami naik tram lalu naik bus. Tanpa berpikir lebih lama, kami keluar hotel sambil "gerek-gerek" koper jalanan licin dan hujan salju. Dari halte Cimberlitas menuju halte Aksaray, tapi Ryan Nur salah dalam membaca peta sehingga kami turun di halte Laleli-Universite. Akibat keliru tempat, rasanya makin berat bila harus kembali berurusan dengan benda-benda berat apapun, sehingga kami memanggil bapak kuli angkut. Kami memberinya 50 TL per orang, dan memang benar halte bus berada di dekat Aksaray. Tiba di halte bus dan urusan dengan bapak kuli angkut selesai, seperti biasa aku membeli tiket bus untuk lima orang, seharga 210 LR. 

Hujan Salju (dok. Eryck)
Hujan Salju (dok. Eryck)

Tiba di bandara Istanbul Internasional Aiport, mencari counter Etihad, check-in dan total bagasi kami berlima mencapai 144,63 kg. Kemudian menyelesaikan urusan imigrasi dan kembali berurusan dengan "drama garam" yang sempat terjadi  di Kayseri Havalimani. Anehnya di bandara Istanbul malah lolos. Coba kita lihat apakah di bandara Abu Dhabi drama itu kembali berulang.

Urusan imigrasi selesai, menuju waiting room  dan gate A9, baru duduk ternyata harus pindah ke gate B14, jauhkan jaraknya. Karena aku sudah ambil free wifi, sambil menuju gate B14, video call dengan ibu pejabat Ayi Pravitasari. Dia nanya, setelah ini aku kemana, kok seru sih perjalanananmu).

Saat berada di waiting room,  beberapa menit sebelum terbang, sebuah pertanyaan menguak ke Eryck, "Bagaimana Eryck sudah puaskah dengan salju?" Dia menjawab, "sangat puas, udah cukup". Apalagi dengan kejadian pagi sebelum ke airport, ternyata salju mampu menutupi jalanan dan membuat transportasi tak bisa bergerak. 

Pukul 14.20 kami meninggalkan Istanbul Airport, empat jam perjalanan dan kami akan tiba di Abu Dhabi International Airport. Transit selama empat jam.

Sabtu, 12 Maret 2022, 13.27 WIB pesawat Etihad mendarat di Soekarno Hatta International Airport,  melalui beberapa kali pemeriksaan, terus PCR, imigrasi dan langsung dijemput oleh pihak hotel. Pukul 14.39 WIB, sesuai aturan pemerintah, kami wajib menjalani karantina. Kami telah dua kali vaksin, sehingga hanya karantina 2D1N  di salah satu hotel daerah kota. Biaya karantina kami Rp 1.050.000 per orang.

Pukul 16.08 WIB, kami telah tiba di hotel. Menyelesaikan administrasi, jika hasil PCR  kami keluar dan negatif maka kami boleh kembali ke tempat masing-masing sedangkan jika positif maka harus isolasi di wisma atlet. Sekitar pukul 17.51 WIB hasil PCR keluar dan semuanya negatif, maka Eryck dan Vita langsung membeli tiket pulang begitupun Ryan Nur dan Ryan Nugroho, sedangkan aku tidak.

Ahad, 13 Maret 2022, 03.00 WIB Eryck, Vita, Ryan Nur dan Ryan Nugroho meninggalkan hotel menuju bandara CGK, sedangkan bersiap menunggu pukul 10.00 WIB untuk meninggalkan hotel menuju Bogor. Maka selesailah petualangan kami.

Hikmah yang aku ambil dalam perjalanan ini aku banyak belajar, memiliki sudut pandang baru, melihat lebih luas tentang negera ini, lebih toleran dengan perbedaan dan belajar untuk lebih bersabar. Jujur aku orangnya grasak-grusuk, tapi saat traveling jika prilaku demikian dibiarkan, maka akan membawa kehancuran. Jadi lebih teliti, saat traveling sering kali kita harus menunggu orang lain. Mempunyai perspektif yang berbeda dalam segala hal, membuatku untuk belajar memahami banyak hal dan bahkan mendorong saya harus memahami dan percaya semua itu mengalir begitu saja.

Yang pasti dari perjalanan ini aku lebih bahagia, tiap hari melihat keindahan dunia, menjalani hidup yang mungkin saja didambakan oleh orang lain. Aku bersyukur tiap hari Sang Maha Pemilik Segalanya, memberiku kesempatan untuk terus belajar soal dunia. Aaku bersyukur  akan banyak hal kebaikan yang saya terima hari ini. 

Terakhir aku menganggap perjalanan ini seperti sebuah sekolah, Wujudnya gak ada tetapi kenangannya seperti foto maupun kisah perjalanan yang kutulis ini, merupakan merupakan sebuah investasi seumur hidup.

Untuk mewujudkan perjalanan ini tidaklah gampang, mulai menabung, mengurangi belanja yang tidak perlu, yang paling penting mengurangi kegiatan yang cuma buat pamer. Anggaran yang aku keluarkan untuk perjalanan ini sebanyak Rp 14.557.114.

Dan aku selalu bertanya ke diri ini, ketika aku ingin mengeluarkan duit untuk yang hal tidak penting, "apakah ini bisa buat investasi jangka panjang gak?  Apakah ini bisa buat aku bahagia lebih lama gak? Apakah ini buat diri sendiri ataukah untuk flexing atau pamer melalui media sosial?"   

Buat yang penasaran berapa budget yang aku keluarkan, dibawah ini rinciannya : 

Total Pengeluaran (dok. aku)
Total Pengeluaran (dok. aku)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun