Sebelum pulang, aku memiliki keinginan untuk singgah di Derawan. Sang Maha di atas langit ternyata mendengar doaku. Seorang penumpang speedboat ada yang bertujuan ke Derawan. Di speedboat, aku sempat bercerita dengan seorang bapak. Karena dia tahu aku orang Bugis, ia mengatakan bahwa di Pulau Derawan banyak nelayan Bugis yang telah lama mendiami tempat ini. Namun ketika bajak laut Filipina datang lalu mengamuk, yang tentu saja menyebabkan terjadinya konflik, maka penduduk pindah ke Tanjung Batu.
Kepulauan Derawan terdiri dari 31 pulau. Setidaknya terdapat  empat pulau yang kini dikenal sebagai surga bahari di Kalimantan  Timur yakni Derawan, Maratua, Sangalaki dan Kakaban di Kabupaten Berau.  Pulau Derawan memiliki pantai yang sangat indah dengan pantai yang pasir putih. Selain Maratua, Derawan juga salah satu spot untuk snorkeling dan menyelam.
Meskipun hanya sebentar di pulau Derawan, aku menyaksikan suasana sepi efek pandemi corona-19. Alasan turis yang berwisata ke Derawan, karena destinasi itu memberikan pemandangan laut yang menakjubkan. Kata kawanku, I’m lucky girl bisa mengunjungi Maratua dan Derawan. Karena banyak orang bermimpi untuk mengunjungi pulau ini.
Pukul 15.00 WITA, aku meninggalkan Berau menuju Samarinda. Perjalanan Berau–Samarinda melewati perkebunan sawit, lokasi pertambangan, berpapasan dengan truk pengangkut batubara. Beberapa jalan sedang dalam tahap perbaikan, yang tentu saja membuat perjalanan semakin lambat dan membutuhkan waktu yang panjang hingga tiba di tujuan. Di perjalanan ini aku lebih memilih tidur.
Pagi hari memasuki Kota Bontang, masih ada perbaikan jalan, pukul 09.00 WITA akhirnya aku tiba di tujuanku, Samarinda. Ancha, juniorku di Fakultas Kelautan Unhas yang memberiku fasilitas, bahkan memintaku untuk menginap di kediamannya. Dengan halus permintaannya aku tolak. Perjalananku masih berlanjut menuju tujuan terakhir yakni Balikpapan. Walaupun dengan berat hati akhirnya, aku meninggalkan Samarinda.
Pukul 17.00 WITA aku bertolak menuju Balikpapan dengan menggunakan travel dengan tarif Rp.150.000,-. Perusahaan angkutan tersebut sama seperti travel yang melayani trayek Bandung–Jakarta. Pukul 20.38 WITA, tiba di Balikpapan dan langsung menghubungi kawanku, Vita. Pengennya menjelajah Balikpapan, apa daya telah larut malam dan akhirnya diputuskan untuk makan malam di Pantai  Melawai. Pagi hari, sebelum meninggalkan kota Balikpapan kusempatkan berjalan-jalan mencari sarapan. Setelah merasa cukup kenyang, selanjutnya mengarah ke Bandara Sepinggan.
Selesai sudah perjalanan Road Trip Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur mengunjungi tiga pulau terluar. Aku berharap pulau-pulau ini dapat menjadi daya tarik wisatawan, sehingga menjadi desa wisata dengan memanfaatkan potensi alam di pulau-pulau tersebut.
Aku sadar semakin banyak perjalanan yang aku lakukan membuatku semakin mengerti akan mengambil peran apa. Apakah menjadi seorang makhluk yang berengsek ataukah mengembangkan diri sebagai seorang menyenangkan. Bukankah di belahan bumi ini masih banyak hal-hal yang baik! Dan aku memilih menjadi orang yang melipur lara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H