Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Umroh: Perjalanan Hati dan Bathin (1)

27 April 2019   07:26 Diperbarui: 27 April 2019   07:41 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebaik-baiknya perjalanan menyembuhkan hati adalah dengan berlapang dan berserah diri kepadaNya. Ibadah Umroh itu panggilan, belum tentu orang yang memiliki harta yang berlimpah bisa mendapatkan panggilan untuk menikmati rahmat yag turun di Mekkah dan Madinah. 

Aku sempat linglung, memilih umroh ataukah ke Everest Base Camp (EBC). Iseng aku menulis status di WA saat itu, antara Umroh atau EBC. Aku takut, apalagi aku ingat perkataan temanku, kalau ke Tanah Suci kita akan mendapatkan balasan atas apa yang telah kita perbuat di kampung. 

Aku membayangkan dosa-dosa apa saja yang pernah aku lakukan. Bahkan bisa saja aib-aibmu terbongkar. Salah satu seniorku di Korpala Unhas, Kak Rimba Rizal langsung message via wa dan mengatakan umroh itu lebih berkah insya allah. Suatu hal luar biasa jika disanggupkan bisa umroh.

Setelah itu aku kemudian berkonsultasi dengan dokter Dini. Jika ingin umroh, vaksinnya apa saja? Dokter Dini mulai memintaku untuk Vaksin Meningitis adalah vaksin wajib dan flu tambahan. Lakukan segera biar saat urus visa sudah ada sertifikat meningitis juga. 

Yang penting itu sertifikatnya (buku kuning). Percuma telah vaksin tetapi sertifikat gak ada. Vaksin ini adanya di kantor Bandara dan Kantor Kesehatan Pelabuhan. Dari lokasi kerja di Pulau Buton, aku ke mulai mencari informasi tentang dimana bisa melakukan vaksin meningitis di Bau-Bau. 

Aku mendatangi kantor pelabuhan di Bau-Bau, petugasnya mengatakan adanya di Kendari. Aku mulai menelpon ke Rumah Sakit yang ada di Bau-Bau ternyata tidak melayani vaksin ini. Akhirnya, mengikuti saran kawanku aku memutuskan pulang ke Makassar. Aku melakukan vaksin meningitis di kantor kesehatan pelabuhan Makassar dengan biaya Rp. 330.000,-.

Jika sesuai jadwal seharusnya aku berangkat tanggal 28 Maret 2019 tetapi karena harus biometric dan visaku mengalami keterlambatan sehingga baru berangkat tanggal 4 April 2019. Biaya biometric yakni 280.000,- ini dilakukan di Makassar.

Kamis, 4 April 2019

Pukul 02.00 WITA, aku telah berada di Sultan Hasanuddin International Airport (SHIA). Setelah melaksanakan sholat subuh, aku mulai masuk untuk antri di imigrasi. Pertama kali diperiksa adalah buku kuning (sertifikat meningitis) kemudian cap paspor. Pukul 07.40 WITA aku meninggalkan SHIA menuju Madinah dengan waktu tempuh 11 jam perjalanan. Di dalam pesawat, aku menghabiskan waktu dengan membaca buku dan mendengarkan lagu melalui ipod. 

Waktu akan mendarat, ternyata angin kencang sehingga membuat pesawat gagal mendarat. Dari ruang kemudi, pilot menyampaikan dikarenakan angin kencang, kita gagal mendarat dan kami akan mecoba lagi. Nah ketika pesawat naik lagi aku mulai mual bersyukur aku tidak muntah, setelah mendarat kata yang pertama keluar dari mulutku Alhamdulillah. Dan ternyata aku tidak sendiri. Hampir semua jamaah mengucapkan kata itu.

Bandara di Madinah (dok. pribadi)
Bandara di Madinah (dok. pribadi)
Tepat waktu sholat ashar, aku tiba di Madinah. Pemeriksaan pertama, memperliatkan sertifikat (buku kuning) sebagai bukti telah melakukan vaksin meningitis lalu cap paspor. Dari bandara, hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di Sanabel Madinah Hotel. 

Dalam perjalanan menuju menuju hotel, pak Ustadz memandu untuk membaca "Labbaika Allahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbaika, inal hamda wan ni'mata laka wal mulka laa syariika laka."

Artinya : "Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah dan tiada sekutu apapun bagi-Mu. Sesungguhnya puji, nikmat, dan kekuasaan hanya bagi-Mu tanpa sekutu apapun bagi-Mu

Check in di hotel. Ouhg iya lokasi hotel sangat dekat sekali dengan pintu 25 masjid Nabawi (jalan kaki 4-5 menit) dan sangat nyaman. Tiba di hotel aku langsung melaksanakan sholat ashar dan bersiap menuju Masjid Nabawi untuk menunaikan sholat maghrib isya. Setelah isya baru kembali ke hotel untuk makan malam

Jumat, 5 April 2019

Hari ini berkeliling masjid Nabawi, melihat pemakaman umum dan dari jauh kubah makam nabi. Menunaikan sholat jumat di masjid Nabawi. Malamnya setelah sholat isya mengantri masuk ke Raodah. Raodah sendiri merupakan "taman-taman surga" yang letaknya di dalam Masjid Nabawi. 

Memasuki Raodah harus banyak bersabar dan penuh tantangan. Bagi wanita tempat ini dibuka setelah isya menjelang sholat subuh dan setelah subuh menjelang duhur.

Pertama kali memasuki Raodah, setelah sholat isya asli crowded. Ketika pintu di buka, jamaah berlarian masuk ke dalam. Di karpet merah aku mulai membaca doa ketika berada di Raodah, dan aku menangis. Aku kemudian menuju karpet hijau. 

Di karpet hijau aku melaksanakan shalat mutlak dan hajat. Ada banyak pinta yang aku sampaikan kepadaNya, ada banyak ayat-ayat rindu yang aku tasbihkan. Semoga Jodohku, Jodohmu menjadi Alhamdulillah. Kitalah yang dipertemukan. Aamiin11x

Raodah (dok. pribadi)
Raodah (dok. pribadi)
Sabtu, 6 April 2019

Aku mengunjungi Masjid Quba. Masjid Quba merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW. Dalam Surah At Taubah ayat 108 Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakn shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah SWT menyukai orang-orang yang bersih. Di masjid Quba, aku menunaikan sholat dhuha.

Masjid Quba (dok. pribadi)
Masjid Quba (dok. pribadi)

Selanjutnya ke kebun kurma yakni di ladang kurma Haji Majed. Disini banyak sekali jenis kurma yang di jual, aku tidak membeli karena mahal hanya mencoba setiap jenis kurma 1 biji dan kenyang. Lebih murah di belakang hotel. Kemudian ke Jabal Uhud.

Pooh Kurma (dok. pribadi)
Pooh Kurma (dok. pribadi)

Dari hasil googling, Jabal Uhud merupakan bukit yang mencintai Rasulullah SAW sehingga setiap Rasululullah SAW tiba di bukit, maka bukit akan bergetar karena begitu bahagia dan cintanya kepada Rasululullah SAW dan merupakan salah satu bukit yang ada di surga. Jika bukit saja yang tak bernyawa sangat mencintai Rasulullah SAW. 

Di lembah bukit ini dahulu pernah terjadi perang dahsyat antara kaum muslimin berjumlah 700 orang melawan gerombolan musyrikin Mecca dengan jumlah yang tidak seimbang. Dalam peperangan tersebut kaum muslimin yang gugur mencapai 70 orang syuhada. Para syuhada tersebut di makamkan di lokasi mereka gugur, di dekat gunung Uhud.

Di Bukit Uhud (dok. pribadi)
Di Bukit Uhud (dok. pribadi)

Makam Syuhada Uhud (dok.pribadi)
Makam Syuhada Uhud (dok.pribadi)

Malamnya setelah melakukan sholat Isya, aku berniat untuk masuk ke Raodah tetapi hingga dua jam aku menunggu pintu belum terbuka. Aku kembali ke hotel.

Minggu, 7 April 2019

Kunjungan yakni ke Museum Alquran, Mesjid Ghamama, Mesjid Abu Bakar  dan Mesjid Ali Bin Abi Thalib.

Nama resmi museum ini adalah The Holy Quran Exhibition. Jika dari Mesjid Nabawi dapat melalui pintu no 5. Waktu masuk ke museum aku melihat banyak koleksi Alquran yang ditulis dengan tinta emas. Pemandunya dapat berbahasa Indonesia. Informasi dari bapak pemandu, koleksi museum Alquran Madinah menjadi terbesar di dunia. 

Awalnya diberikan informasi tentang sejarah Alquran, proses penulisan Alquran yang tentu saja membutuhkan ketelitian tinggi. Aku juga diperlihatkan koleksi kaligrafi dan aneka kitab Alquran yang langka. Sebelum keluar museum, ada toko yang menjual Alquran yang dapat di wakafkan harganya waktu itu 40 Riyals ada juga sajadah.

Museum Alquran (dok. pribadi)
Museum Alquran (dok. pribadi)

Mesjid Ghamama terletak sekitar 300 meter dari Masjid Nabawi. Dari informasi pak Ustadz, Ghamma artinya awan mendung. Di masjid ini Rasulullah SAW melaksanakan Salatul Istiskah (shalat meminta hujan).

Kemudian jalan lagi menuju Mesjid Abubakar, yang aku lihat dindingnya dilapisi batu hitam, kubah menaranya di cat dengan warna putih, sangat indah. Setelah itu melewati Mesjid Ali Bin Abi Thalib

Tanggal 8 April 2019

Malam aku telah berniat untuk masuk ke Raodah lagi. Pukul 02.38 aku telah tiba di Masjid Nabawi. Doaku terkabulkan. Alhamdulillah. Pintu terbuka seperti jalan tol masuk kedalam, langsung sholat di bawah mimbar Rasulullah SAW dan di depan mimbar. Berdoa di tempat ini teduh dan damai banget rasanya. Ada tangis, aku membayangkan Rasulullah SAW ketika beliau berkhotbah.

Ough iya di tempat ini sebaiknya tidak mengambil gambar. Karena akan ditegur oleh Azkar. Aku sempat menyaksikan ada perempuan yang mengambil gambar di karpet hijau meskipun telah di peringatkan

Masjid Nabawi (dok. pribadi)
Masjid Nabawi (dok. pribadi)

Setiap masuk ke dalam Masjid Nabawi tasku selalu diperiksa. Isi tasku yakni sunblock, lipbalm, kacamata, botol air, sajadah tipis, alquran dan tas kain buat tempat sandal dan juga HP.

Shalat di masjid Nabawi lebih utama dari 1000 shalat di masjid lainnya selain di Masjidil Haram. Dan shalat di masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya. Disini setiap selesai melaksanakan shalat fardhu maka akan shalat sunah jenazah.

Aku menyukai ketika waktu shalat orang berbondong-bondong menuju masjid, kemudian masjid sangat penuh baik itu di dalam masjid maupun halaman masjid. Aku bahkan memperhatikan semua orang dari berbagai penjuru dunia menjadi seorang muslim dan muslimah yang berusaha menghadap Sang Maha Pencipta dengan sebaik-baiknya.

Aku suka lihat payung-payung masjid Nabawi, masjid ini indah sekali dan canggih. Lihat waktu payung-payung otomatis terbuka dan tertutup. Aku gak tau mau berkata apa, pokoknya sulit dijelaskan dengan kata-kata. Jika waktu shalat selesai, aku suka berkeliling masjid dari pintu ke pintu seorang diri, nyari spot-spot shalat dan tentu saja photo.

Payung Tertutup (dok. pribadi)
Payung Tertutup (dok. pribadi)

Ada lagi yang aku suka yakni air zam-zam yang melimpah. Setiap masuk waktu shalat aku selalu mengisi botol airku ini untuk konsumsi sendiri dan juga mulai mengisi botol-botol air mineral untuk dibawah pulang ke kampung sebagai ole-ole. Air zam-zam disini dingin, solusinya cari gallon yang ada tulisan Not Cold.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun