Sejujurnya aku menyukai arsitektur bangunan-bangunan ini yang tentu saja memiliki nilai sejarah. Sampai saat ini A'Famousa merupakan seni bina Eropa yang tertua yang masih wujud di Asia Tenggara. Ada juga Porta de Santiago berupa gate house yang kecil dan masih teguh berdiri.
St Paul's Hill (dok. pribadi)
Karena hari telah sore aku putuskan untuk kembali ke penginapan. Besok pagi waktu adalah waktu yang tempat untuk mengunjungi museum dan
masjid. Selasa, 16 Januari 2018 pukul 08.00 (waktu Melaka) aku meninggalkan
guest house. Tujuan hari ini ke
Museum Maritim stau Muzium Samudera.
Muzium Samudera (dok. pribadi)
Pukul 09.00 aku telah tiba di Museum Maritime Melaka. Berdasarkan brosur Museum maritime malaka atau disebut juga Muzium Samudera. Harga tiket masuk yakni RM 10 untuk museum ini, muzeum samuder II dan museum Tentara laut di Raja Malaysia.Â
Museum ini merupakan replica kapal Portugis  yang tenggelam saat melakukan perjalanan ke Portugal. Replika kapal portugis ini memiliki tinggi sekitar 34 meter dan lebar 8 meter.Â
Masuk ke museum ini pengunjung diperlihatkan sejarah kelautan Malaka  dan masa keemasan Kesultanan Malaka sebagai Emporium Timur. Yang menarik museum ini adalah untuk masuk ke dalam museum pengunjung harus masuk lalu naik ke dalam kapal besar.
Di samping museum ini terdapat Muzium Samudera II. Di dalam museum akan ditampilkan berbagai gambar sumberdaya laut terus ada replica kehidupan di tepi laut yang bermata pencaharian sebagai nelayan.
Museum Maritime II (dok. pribadi)
Lokasi museum ini berhadapan dengan muzium samudera II. Di dalam museum pengunjung akan melihat pernak pernik tentara dari masa ke masa. Mulai dari seragam, alat perang  hingga kendaraan. Nah di dalam museum ada helicopter asli yang merupakan peninggalan masa lalu dan di luar museum ada kapal laut.
Museum Tentara Laut Malaysia (dok. pribadi)
Setelah mengunjungi museum, tujuan selanjutnya masjid terapung Melaka dan menara taming sari. Informasi tentang Mesjid ini aku dapatkan dari teman di penginapan. Dengan berbekal peta dan berjalan kaki aku menuju masjid ini. Dari museum, aku harus berjalan kaki sekitar 1,5 jam.
Masjid Selat Melaka (dok. pribadi)
Mesjid ini terletak di pulau Melaka. Saat aku melihat pulau Melaka ini, aku berfikir dan menduga bahwa pulau Melaka ini adalah sebuah pulau buatan. Ternyata dugaanku benar, pembuatan pulau Melaka melibatkan reklamasi dua pulau.Â
Di kemudian hari, kawasan ini akan dikembangkan menjadi sebuah kawasan pariwisata. Saat kunjunganku kawasan pulau Melaka ini masih sepi hanya terlihat pekerja proyek. Di masjid terapung aku melaksanakan sholat duhur.Â
Sejujurnya aku bukan anak arsitek, tetapi saat masuk ke dalam masjid ini arsitektur bangunannya sangatlah indah dan pemandangannya serta angin pinggir pantai. Setelah melaksanakan sholat duhur, aku sempatkan menggali informasi dari Jemaah. Tahun 2006, pembangunan masjid ini dimulai dan menempati lahan 1,8 Ha. Jika aku tak salah ingat masjid ini dapat menampung sekitar 2000 jemaah.
Lihat Trip Selengkapnya