Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Asia Tenggara Rasa Dollar

22 April 2018   16:29 Diperbarui: 22 April 2018   19:02 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu, 11 Februari 2018 pukul 08.00 PM akhirnya kami (aku dan Aini Darafiyah NHJ) tiba juga di Phnompenh. Dari Ho Chi Minh City, kami menggunakan bus  menuju Phnompenh dengan harga USD 10. Setelah melewati imigrasi, memasuki wilayah Cambodia, aku melihat Kasino, serasa di Las Vegas euy. Dari pangkalan bus, dengan menumpang tuk-tuk kami pun menuju penginapan.

Senin, 12 Februari 2018, pagi hari aku menyempatkan lari pagi di tepi sungai Mekong cukup 5 KM saja. Dalam perjalanan pulang menuju hostel, aku melihat restoran Indonesia yakni Bali Food dan ada tulisan Halal Food. 

Dalam hatiku, makan siang disini aja. Tiba di penginapan, aku langsung mengutarakan kepada Aini tentang restoran ini. Dia setuju untuk makan siang di restoran ini. Menu makan siang kami yakni, dua  nasi putih + satu  tongseng sapi + dua  es the manis. Kami juga berkenalan dengan pemilik restoran.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Namanya Bapak Firdaus. Beliau sempat bercerita, awalnya ke Cambodia ikut dengan duta besar dan bekerja di kedutaan Indonesia di Phnompneh sebagai koki. 

Duta besar pertama dan kedua beliau masih ikut, sampai duta besar yang ketiga dia hanya bertahan selama enam (6) bulan. Setelah itu dia bersama kawannya membuka restoran. Tahun ini, genap 25 tahun beliau tinggal di Phnompenh. Saat akan berpisah beliau berpesan kepada kami, untuk berhati-hati. Jika akan naik tuk-tuk pilih tuk-tuk yang ada teralinya dan jangan main HP saat jalan banyak jambret.

Terik matahari tidak menyurutkan niat kami berdua untuk mengexplore tempat wisata di Phnompenh. Tujuan pertama yakni Museum Nasional. Museum ini menyimpan koleksi terbanyak dari kerajaan Khmer berupa patung, keramik, perunggu dan benda-benda etnografi lainnya. 

Di dalam museum, pengunjung tidak diperbolehkan untuk memotret koleksi barang-barang. Jujur aku menyukai museum ini, bangunannya sangat cantik dan bergaya arsitektur Cambodia tradisional. Ough iya, malam hari di museum ini juga kami menyaksikan pagelaran.

National Museum (dok. pribadi)
National Museum (dok. pribadi)
Aku, Pak Firdaus dan Aini (dok. pribadi)
Aku, Pak Firdaus dan Aini (dok. pribadi)
Dari museum nasional, tujuan selanjutnya adalah Independence Monument. Monument ini terletak di bundaran yang menghubungkan jalan-jalan utama yaitu Norodom Boulevard dan Sihanouk Boulevard. Yang pasti, monument ini menjadi salah satu icon negara Cambodia.

Di dean Independence Monument (dok.pribadi)
Di dean Independence Monument (dok.pribadi)
Kemudian kami menuju, Royal Palace dan Royal Palace Park. Royal palace merupakan tempat tinggal raja Cambodia beserta keluarganya. Waktu itu Royal Palace sedang di renovasi, sehingga kami hanya nongkrong di park sambil menyaksikan burung-burung.
Royal Palace (dok. pribadi)
Royal Palace (dok. pribadi)
Malam hari, seorang kawanku saat kuliah dulu yakni Piseth Kim mengajakku menikmati malam di The D22/The H22- Tama Hotel Phnompenh Tower, tepatnya Skybar untuk melihta keindahan Phnompenh di malam hari.

 Menutup perjalanan di Phnompenh, kami menyantap Som Lok. Som Lok ini ikan kuah kuning di dalamnya ada nenas, kacang panjangm tomat, cabe besar seger banget apalagi disantap dengan nasi panas. Maknyuss.

Pemandangan dari Skybar (dok. pribadi)
Pemandangan dari Skybar (dok. pribadi)
Piseth Kim, His girl friend and me (dok.pribadi)
Piseth Kim, His girl friend and me (dok.pribadi)
Selasa, 13 Februari 2018 sebenarnya dalam listku Killing Field tidak ada, sampai teman di penginapan menyebutkan tentang rencana dia yang mau kesana. Aku mengajaknya tuk share cost pakai tuk-tuk dan dia tidak mau. 

Dia lebih memilih menyewa motor. Untuk ke tempat ini kami menggunakan tour. Informasi dari papan yang ada di depan travel USD 15/orang. 

Pas booking dapat USD 10/orang. Di depan informasi juga tertulis jika pelajar (ID Card) free entry. Kami mengambil keberangkatan pukul 01.30 pm. Pas tiba di lokasi Killing Field, terpampang dengan nyata tulisan NO STUDENT CARD alhasil  bayar karcis plus audio USD 6. Tapi aku cuman bayar karcis saja yakni USD 3 tanpa audio.

Masuk disini, pengunjung akan diperlihatkan tengkorak-tengkorak yang banyak sekali, baik itu tengkorak laki-laki dan perempuan yang diberi tanda, ada grave, juga movie room. 

Sedikit informasi yang aku dapatkan tentang Killing Field yakni dimulai dengan nama Khmer Merah. Killing field merupakan sebuah situs tempat orang-orang dibunuh dan dikubur sebagai "ladang pembantaian" Cambodia. Those being killed were often hit over the head with clubs in a bid to save bullets. The Khmer Rouge's attempts to create a completely self-sufficient agrarian society led to thousands of deaths from starvation and overwork, and a lack of imported medicine led many others to die unnecessarily from diseases like malaria (washingtonpost.com)

Killing Field (dok. pribadi)
Killing Field (dok. pribadi)
Gelang Tangan di Killing Field (dok. pribadi)
Gelang Tangan di Killing Field (dok. pribadi)
Dari Killing Field, kami di bawa ke Tuol Sleng Genocide Museum. Kami diberi waktu 1.5 jam untuk mengeksplore museum ini. Harga tiket masuk yakni USD 8 tanpa audio USD 5. Pada awalnya bangunan ini adalah sekolah kemudian tahun 1970 bangunan ini menjadi museum yang digunakan oleh Khmer Merah sebagai tempat penahanan dan penyiksaan. 

Di museum ini banyak ditampilkan foto-foto korban, ada ruang kelas yang berfungsi sebagai ruang tahanan, tempat tidur korban, alat-alat penyiksaan yang berfungsi untuk memaksa tahanan untuk memberikan pengakuan. Masuk ke museum ini ngeri euy, saat disana tiba-tiba aku membayangkan kejadian saat itu.

Tuol Sleng Genocide Museum (dok.pribadi)
Tuol Sleng Genocide Museum (dok.pribadi)
Malam hari perjalanan dilanjutkan menuju Siemreap. Dari Phnompenh menuju Siemreap, kami menggunakan sleeping bus dengan harga USD 9. Meninggalkan Phnompenh pukul 11.00 PM dan tiba di Siemreamp pukul 05.00 AM.

Rabu, 14 Februari 2018 hari pertama di Siemreap, kami langsung mencari agen bus untuk menuju Bangkok. Akhirnya kami mendapatkan bus menuju Bangkok dengan harga tiket  USD 9. Keberangkatan Jumat, 16 Februari 2018 pukul 08.00 AM. Selesai urusan bus, kami pun mencari makan siang.

Di Siemreap, pada kawasan backpacker banyak terdapat warung muslim. Pemiliknya berasal dari Negeri Jiran. Dari restoran ini juga kami mendapatkan driver tuk-tuk yang akan mengantar kami mengelilingi kawasan Angkor Wat pada esok hari. Di restoran ini juga, kami berkenalan dengan Yani dan Maya yang berasal dari Bali.

Old Market di Siemreap (dok.pribadi)
Old Market di Siemreap (dok.pribadi)
Sore hari, kami berempat mengunjungi Siemreap Old Market. Di pasar ini, aku hanya melihat-lihat tidak berbelanja sama sekali. Mahal euy. 

Asia Tenggara rasa dollar. Apabila berbelanja menggunakan dollar dan ada kembalian maka uang kembalian tersebut menggunakan Riel ( mata uang Combodia). Untuk satu dollar = empat ribu riel. Di pasar, pedagang menjajakan dagangannya sambil mengucapkan One Dollar Ladies, ini juga berlaku untuk Tuk-Tuk.

Maya, Aini, Aku dan Yani (dok. pribadi)
Maya, Aini, Aku dan Yani (dok. pribadi)
Malam hari, kami pun menuju night market dan pub street. Cukup menikmati es cream. Lagi-lagi kami bertemu dengan traveler yang berasal dari Indonesia yakni Febrian, Kabut tipis dan Arman.

Rasanya sangat bahagia bertemu dengan orang Indonesia saat sedang traveling. Tak lupa kami sharing-sharing dengan informasi dengan tempat wisata, aksesbilitas dan penginapan.

Pub Street (dok. pribadi)
Pub Street (dok. pribadi)
Febrian, aku, Aini, Aris dan Arman (dok.pribadi)
Febrian, aku, Aini, Aris dan Arman (dok.pribadi)
Kamis, 15 Februari 2018, Pukul 05.00 AM, kami bersiap-siap untuk menuju Angkor wat untuk menyaksikan Sunrise. Aku pernah  baca buku, untuk kawasan Asia Tenggara ada tiga candi yang termasyur yakni Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah Indonesia. Candi di Bagan, Myanmar. Angkor Wat di Siemreap, Cambodia. Aku  bersyukur telah mengunjungi Angkor wat dan itu artinya aku telah mengunjungi tiga candi tersebut. (Cerita perjalanan di Bagan on process).

Angkor Wat merupakan kompleks religius terbesar diseluruh dunia dan terdiri atas berbagai candi di situs  dengan luas 162 Ha. Kompleks candi ini dibangun oleh Raja Suryavarman II. Untuk mengelilingi kompleks Angkor wat selama 1 hari aku membayar 37 USD. Di tiket masuk ini ada fotoku yang diambil oleh petugas saat membeli tiket. Tiket harus disimpan, soalnya setiap masuk candi akan diperiksa oleh petugasnya.

Ticket masuk ke kawasan Angkor Wat (dok.pribadi)
Ticket masuk ke kawasan Angkor Wat (dok.pribadi)
Untuk ke Angkor Wat biaya sewa tuk-tuk 15 USD. Bagusnya kalo kesini bertiga atau berempat jadi biaya sewa tuk-tuknya lebih murah. Pengalaman kemarin sewa tuk-tuk 15 USD tuk berdua aku dan Aini. Tuk-tuk kami sewa sejak pukul 05.30 am -- 02.30 pm. Supir tuk-tuk kami bernama Pak Musa (+85569488075) orangnya ramah dan bisa bahasa melayu.

Berdasarkan pengamatanku, kawasan Angkor Wat itu mirip-mirip kawasan Candi Prambanan di Indonesia. Ketika keinginan untuk mengunjungi Angkor Wat aku utarakan, ada seorang yang berkata "Ngapain sich kesana? Mahal dan hanya lihat batu doank".  Memang mahal sich tetapi kunjungan ke Cambodia belum lengkap jika tidak mengunjungi kawasan Angkor Wat. Cukup sekali seumur hidup, tapi kalau ada yang berbaik hati ingin membiayai ke Siemreap aku mau kok.

Sunrise di kawasan Angkor Wat (dok.pribadi)
Sunrise di kawasan Angkor Wat (dok.pribadi)
img-20180215-103934-5adc501cbde5753ed936e8e2.jpg
img-20180215-103934-5adc501cbde5753ed936e8e2.jpg
img-20180215-080312-5adc50dadcad5b170723db03.jpg
img-20180215-080312-5adc50dadcad5b170723db03.jpg
Ingat Angelina Jolie dan Tomb Raider? Nah di salah satu temple ini merupakan lokasi film tersebut. Saking banyaknya temple, ada juga temple yang mukanya ada 4 dan seakan-akan sedang tersenyum.

Di kawasan Angkor Wat, yang aku ingat aku mengunjungi Ta Phrom, Bayon dan masih ada lagi beberapa temple (catatanku hilang)

img-20180215-085817-5adc50c4dcad5b07db3b22c3.jpg
img-20180215-085817-5adc50c4dcad5b07db3b22c3.jpg
img-20180215-132410-5adc50f8f1334419bb6271e2.jpg
img-20180215-132410-5adc50f8f1334419bb6271e2.jpg
img-20180215-091105-5adc5153cf01b42f2736e0d2.jpg
img-20180215-091105-5adc5153cf01b42f2736e0d2.jpg
Temple yang mukanya 4 (dok.pribadi)
Temple yang mukanya 4 (dok.pribadi)
(dok.pribadi)
(dok.pribadi)
(dok.pribadi)
(dok.pribadi)
Aku di Bayon (dok.pribadi)
Aku di Bayon (dok.pribadi)
Jumat, 16 Februari 2018 pukul 08.00 AM kami meninggalkan Cambodia. Pukul 11.00 AM kami akhirnya tiba di Poipet yakni perbatasan Cambodia -- Thailand. Untuk mendapatkan cap imigrasi,  aku harus membayar USD 3. Ternyata ada pungli juga .

Akhirnya perjalanan di Cambodia berakhir juga. Pertanyaan yang timbul apakah aku bahagia? Yup tentu saja, selama melakukan perjalanan tentu saja aku bahagia. Setiap hari melakukan traveling melihat sebagian keindahan dunia, menjalani hidup yang didambakan orang lain tentu saja aku bahagia. Aku bahagia bukan karena aku mempunyai hidup yang didambakan orang lain, aku bahagia karena hidup aku sesuai yang aku mau. 

Aku bahagia, ketika memutuskan untuk keluar dari comfort zone aku mencari apa yang hidup bisa tawarkan diluar rumah dan kamar aku yang nyaman. Aku bahagia karena aku membuat keputusan yang betul. Dan aku penuh syukur. Aku beryukur setiap hari diberi kesempatan untuk terus belajar soal dunia. Aku bersykur akan banyak hal baik itu kebaikan yang aku terima dan pelajaran yang saya dapatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun