Aku memulai perjalanan ke Inle dari Yangon dengan menumpang bus dan harga tiket 16000 kyatt per orang. Rabu, 24 Januari 2018 keberangkatan pukul 05.00 pm dan tiba di Nyaung Shwe esok hari pukul 04.00 am. Untuk masuk ke kawasan Inle zone, para wisatawan dikenakan tiket seharga 13500 kyatt. Tiba di Inle, atas kebaikan seorang bapak yang membantuku mencarikan tuk-tuk.Â
Setelah mendapat tuk-tuk, aku langsung diantar ke hostel dan pemilik hostel mau menerimaku. Setelah check in, masuk kamar nunggu waktu sholat habis itu sholat subuh dan langsung istirahat.
Kamis, 25 Januari 2018 siang hari aku mengunjungi museum yang ada di Inle. Sore hari aku mulai mencari informasi tentang perahu untuk keliling Inle lake. Jika di hostel memberiku harga 16.000 kyatt, bagiku harga ini sangat mahal. Akhirnya aku ke boat loading, disana aku ditawari harga 14.000 kyatt
Jumat 26 Januari 2018 setelah melaksanakan sholat subuh. Pukul 06.30 am udara dingin menusuk. Letak Inle ini di daerah atas dekat pegunungan sehingga jika kesini tak lupa untuk membawa jaket tebal. Aku berjalan menuju boat loading. Dalam perjalanan menuju boat loading aku melihat beberapa orang berdiri di pinggir jalan sambil membawa panci. Isi panci tersebut makanan yang akan dibagikan kepada biksu.
Mungkin saja alasannya perahu yang kecil, hanya cukup untuk lima orang dan satu orang yang membawa perahu. Bagiku tak masalah, aku pun jalan lagi masih di seputaran boat loading dan masih berharap dapat bertemu dengan rombongan yang akan keliling inle lake. Akhirnya aku putuskan untuk sarapan pagi dulu.
 Setelah menikmati sarapan, aku bergegas lagi. Semesta mendukungku. Aku bertemu dengan lima perempuan yang ingin ke inle lake. Dari lima orang tersebut satu orang tidak bisa berangkat karena sedang migraine. Namanya ibu Jana. Kursi buat dia, diberikan kepadaku.
Sebelum naik ke boat, dia menanyakan asalku. Kujawab dari Indonesia. Dia tanya lagi, Indonesia  mana? Kujawab south Sulawesi. Dia tanya lagi, apakah aku serius? Kujawab iya. Dia memberiku informasi bahwa dia pernah tinggal di Tonasa, Pangkep tahun 1963 -- 1969. Ayahnya seorang dokter. Karena boat akan berangkat maka perbincangan kami selesai. Sebelum berangkat, dia berpesan pulang dari keliling inle lake kita ketemu lagi yah. Dia rindu berbicara bahasa Indonesia.