Persoalan sepele, aku meminta telur satu buah yang akan kubuat telur dadar. Awalnya Hizmi mengatakan sebentar yah aku kasih tetapi  sampai selesai memasak dia tidak memberiku. Alasannya sepele, dia malas membuka plastic lagi. Sakit hati jujur. Selama ini jika menyangkut makanan, aku tidak pernah diajarkan untuk pelit. Akhirnya kuputuskan hari ini aku tidak akan makan.
Pukul 06.46 WIT aku meninggalkan camp Isilali, perjalanan kali ini aku ditemani oleh Berry. Pukul 07.28 WIT aku pun tiba di Manukupa. Perjalanan menuju Manukupa meskipun menanjak tetapi rasa capek tidak menghampiriku, Pemandangannya yang indah membuatku terbuai. Dalam perjalanan turun. kembali bayangan itu hadir, tentang kabut, gerimis dan batu. Â Beruntung saat perjalanan turun aku ditemani oleh Berry. Dia mulai paham dengan kondisiku, dan menyemangatiku Cendz, kamu harus melawan pikiran itu. Semakin aku memaksa diriku untuk melupakan semua itu semakin dia merajai pikiranku.
Aku pun melanjutkan perjalanan menuju High Camp. Menyusuri track datar, menikmati segarnya air minum dari kantung semar. Ini kerjaanku bersama Berry dan Ical. Dan ternyata air yang kami nikmati terdapat jentik nyamuknya. Pukul 08.50 WIT kami tiba di High Camp. Istirahat sejenak dan pukul 09.09 WIT melanjutkan perjalanan menuju Teleuna.Â
Pukul 10.14 WIT kami tiba di Teleuna kemudian menyantap buah pir. Di Teleuna kami sempat bercanda ria dan pukul 10.56 WIT tiba di Aimoto. Di camp Aimoto, Hizmi telah siap dengan makanan dan minuman hangatnya. Aku cukup menikmati sereal panas dan biscuit coklat keju. Pukul 15.06 WIT kami (aku, Hizmi, Berry dan Ical) meninggalkan camp Aimoto menuju Yamitala.
Menyeberangi sungai Yahe, aku terpeleset lagi dan tentu saja patella lagi yang bermasalah dan ini bunyinya nyaring. Menyusuri air tempayang tim kami memutuskan istirahat, menikmati sereal panas dan membuat pudding. Dari air tempayang waktu tempuh ke Negeri Piliana sekitar 1 jam. Â Pukul 21.05 WIT akhirnya tiba di Negeri Piliana. Â Seperti biasa Puncak adalah impian dan kembali ke masyarakat adalah tujuan akhir dari pendakian.
Setiap pendakian yang aku lakukan selalu memberi arti dalam kehidupanku. Semakin banyak aku menyaksikan ciptaanNya, semakin banyak aku mengetahui dan semakin banyak aku merasakan dan tentu saja semakin aku mengagumi kekuasaanNya. Alam sadar dan pikiranku sudah tak sanggup melogika semua ciptaanNya dan aku pun mulai merasa ada di persimpangan dan ujung jurang dengan kebebasan yang diberikanNya.Â
Pendakian ini memberiku arti bukan tentang kebebasan tetapi tentang petunjuk agar aku selalu mencari tentang pegangan di dalam kehidupanku. Tak hanya berdiam tetapi selalu berdoa dan berusaha dalam mencari petunjuknya. Tuhanku, terima kasih atas petunjuk-petunjukmu yang selalu aku rasakan dan terima kasih atas pengalaman dan pelajaran semua yang pernah aku rasakan dan alami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H