Saat aku berada di Bengkulu, aku tak sempat melihat keindahan bunga Rafflesia Arnoldi. Dan saat aku di Kota Bukittinggi, ketika kak Rima mengajakku untuk melihat bunga ini aku langsung mengiyakan ajakannya.
Hari itu Jumat 29 Januari 2016, aku, kak Rima dan si kecil Gina meninggalkan Kota Bukittinggi menuju kec. Palupuh. Jarak Palupuh sekitar 12 km dari kota Bukittinggi. Jalan yang dilalui pun berkelok-kelok, ternyata jalan ini merupakan jalan poros  untuk menuju propinsi Medan.
Perjalanan ke hutan ini bagiku sungguh sangat menyenangkan. Setelah turun dari kendaraan di Gerbang Rafflesia, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak kemudian pematang sawah hingga menuju hutan yang lebat, melewati sungai-sungai kecil dan air terjun jika aku tak salah ingat setidaknya tiga kali aku naik turun bukit untuk melihat langsung bunga raksasa yang anggun ini. Â Ternyata Rafflesia Arnoldi tumbuh di hutan lindung dan termasuk kedalam hutan hujan tropis yang lebat. Hutan ini adalah bagian bukit barisan yang melewati kec. Palupuh Kab. Agam.
Setelah perjalanan tiga jam akhirnya aku melihat si bunga raksasa  yang disebut Rafflesia Arnoldi. Jika dulu hanya melihat dari buku pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sekarang melihatnya dengan langsung. Pemandangan bunga dan kehidupannya berjalan selaras dan harmoni. Terdapat lalat yang berfungsi untuk membantu proses penyerbukan, kumbang akan tertarik dengan bau menyengat dari tubuh sang bunga. Bunga ini berada disamping pohon besar dengan medan yang landai, sejujurnya sulit untuk mengambil gambar, tetapi pada akhirnya dengan sedikit perjuangan aku berhasil mengambil gambar bunga ini.
Â
Â
[caption caption="Gina dan Rafflesia Arnoldi (dok. pribadi)"][/caption]
Bunga Rafflesia ini bobotnya berkisar sepuluh kg dengan diameter bunga mencapai satu meter. Terdapat bercak putih yang menempel di bagian mahkota bunga sebagai pemanis. Bunga ini termasuk tumbuhan parasit Liana sp Tetrastigma. Bunga Rafflesia Arnoldi ini tidak memiliki akar, batang dan daun. Menurut pemanduku untuk menikmati kecantikan si Rafflesia Arnoldi tidak panjang karena hidupnya hanya bisa bertahan hingga satu minggu selanjutnya menjadi layu dan mati. Saat menuju tempat ini aku sempat melihat ada bunga Bunga Rafflesia yang lain. Kata pemandu dua minggu lagi akan mekar. Sekedar informasi si bunga raksasa ini banyak mendapat kunjungan dari dalam maupun luar negeri, hari itu aku sempat bertemu dengan empat orang asing, mereka tampak kagum dengan keunikan dan kecantikan bunga terbesar di dunia, Rafflesia Arnoldii.
[caption caption="Cikal Bakal Rafflesia Arnoldi (dok. pribadi)"]
Setelah puas memandangi  si bunga raksasa ini, kami pun kembali ke basecamp. Turun dari bukit, aku terpelesat sebanyak dua kali plus digigit pacet. Maklumlah semalam hujan deras. Saat tiba di basecamp aku langsung menikmati kopi luwak. Harga secangkir kopi luwak yakni Rp. 20.000,- dan harga 100 gram kopi luwak yakni Rp. 200.000,-
Dan perjuangan ini berakhir ketika tiba di Gerbang Rafflesia dengan selamat, terbayar dengan indahnya pemandangan si raksasa anggun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H