Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Enam Hari di Negeri Laskar Pelangi

5 Maret 2015   00:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:09 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk MIMPIMU…..

-Arai-

Itulah salah satu kalimat yang memberikan motivasi dalam hidupku.

Teringat saat pertama kali membaca buku serial Laskar Pelangi.  Dalam serial Laskar Pelangi, buku yang pertama kubaca adalah Sang Pemimpi. Di penghujung tahun 2006 (kalau tak salah ingat) seniorku  sebut saja namanya Kak Habil meminjamkan buku Sang Pemimipi dan hanya membutuhkan waktu 3 hari aku menyelesaikan membaca buku tersebut.

Kemudian mulailah aku membaca Laskar Pelangi, Edensor dan Maryamah Karpov. Saat menulis cerita perjalanan ke Belitung Timur, tiba-tiba aku teringat akan coletehanku beberapa tahun.  Selesai membaca Laskar Pelangi, aku iseng mengatakan kepada seniorku (Alm. K’ Ismed Wahyudi) suatu saat nanti aku pasti akan mengunjungi Belitung. Dan dengan sedikit bercanda dia menjawab aku yakin kau pasti kesana. Itulah sedikit cerita awal akan ketertarikanku mengunjungi  Pulau Belitung  a.k.a Negeri Laskar Pelangi.

Dan pada akhirnya “celotehan” itu bisa terwujud di Februari. Berikut ini sedikit cerita perjalananku saat berada di Pulau Belitung.

Selasa  (24 Februari 2015) pukul 09. 42 akhirnya aku sampai juga di Bandara H. AS. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan. Setelah lima puluh menit berada di burung besi. Akhirnya sampai juga. Yeay aku sudah di Belitung!..

Dari Bandara Tanjung Pandan, tujuan adalah ke Manggar kab. Belitung Timur rumah seorang kawan. Karena menunggu beberapa penumpang, maka untuk “membunuh waktu” kuhabiskan jalan-jalan di sekitar areal bandara sembari berkenalan dan bercerita dengan beberapa pak supir dan bertanya ke petugas tentang tempat-tempat wisata yang ada di Tanjung Pandan dan Belitung Timur.

Pukul 12.35 dengan menumpang bus afat (tarif bandara – Manggar Rp. 50.000,-) saya pun meninggalkan bandara. Dalam perjalanan, aku pun didera rasa kantuk tetapi kutahan, sayang rasanya kalau tidur. Akhirnya kupuaskan mataku melihat pemandangan yang ada di pinggir jalan  sambil cerita dengan pak supir, namanya Pak Soegeng.

Pukul 13.28 akhirnya saya pun tiba di Manggar,tepatnya di rumah Ishak. Setelah makan siang dan istirahat sejenak Mama Aji (ibunya Ishak) mengajakku ke Pantai  dan sore itu kuhabiskan waktu di Pantai Serdang sambil menikmati sunset dan sedikit cerita-cerita dengan nelayan yang baru pulang melaut.

[caption id="attachment_353865" align="aligncenter" width="300" caption="Menanti Sunset di Pantai Serdang (dok. pribadi)"][/caption]

Kegiatan melaut dilakukan pada pulu 03.00 atau 04.00 – 15.00. artinya hampir 12 jam mereka menghabiskan waktu di laut. Saat melaut nelayan disini menggunakan bensin dengan harga Rp, 7.000/liter. Di tempat ini berlaku juga sistem juragan dan buruh nelayan dan tentunya tak lepas juga hutang piutang.

Rabu 25 Februari 2015, tujuanku adalah Daerah Gantong. Berbekal informasi dari Mama Aji pukul 08.00 meluncurlah aku ke pasar Manggar untuk mencari mobil angkutan ke Gantong. Akhirnya kutemukan mobil tersebut, lagi menunggu penumpang di perempatan jalan tepatnya di depan Warung Kopi Putri Salju. Nah di warung kopi tersebut sang sopir (Namanya Pak Nardi) lagi ngopi. Sambil menunggu maka kuputuskan untuk memesan secangkir kopi dan pada akhirnya saya pun terlibat percakapan dengan bapak-bapak yang ada di warung kopi tersebut. Ternyata salah satu bapak yang ada di warung kopi tersebut adalah tetanggaku di Makassar yang rumahnya berada di Jln. Datuk Ditiro. Pukul 09.28 pak Nardi mengajakku ayok berangkat, dan ternyata penumpangnya hanya saya. Ough iya saat mau membayar kopi, ibu di kasir bilang sudah dibayarkan.

Dalam perjalanan ke Gantong, pak Nardi bercerita tentang Kab. Belitung Timur. Kata beliau jika kau berada di Manggar haruslah mencoba kopi,orang-orang dari Tanjung Pandan itu banyak yang ngopi disini. Sepanjang perjalanan pak Nardi tak pernah berhenti bercerita baik tentang keluarganya ataupun pekerjaannya. Meskipun dia supir angkot ternyata dia adalah Caleg (sayangnya gak lolos) anak beliau yang laki-laki merupakan ajudan bupati sedangkan anaknya yang perempuan sekarang lagi honor di Dinas Sosial di kab. Belitung timur. Pak Nardi mengajakku ke Rumah Pribadi Ahok, kata dia gak sembarangorang yang bisa kesana, kamu ini karena kebetulan saja kenal dengan saya. Akhirnya saya diantar dengan beliau ke Bendungan Pice dan Rumah Ahok. Setelah mengisi buku tamu saya pun berkeliling di rumah Ahok, ke butik Simper. Rumah dan Butik ini terletak di Jalan Gang Manggis. Tarif Manggar – Gantong yakni Rp. 20.000/orang.

[caption id="attachment_353867" align="aligncenter" width="300" caption="Bendungan Pice (dok. pribadi)"]

1425459422965562982
1425459422965562982
[/caption]

[caption id="attachment_353868" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Kediaman Ahok (dok. pribadi)"]

1425459479117012302
1425459479117012302
[/caption]

Setelah dari butik selanjutnya menuju Museum Kata Andrea Hirata di Jalan Laskar Pelangi. Di museum ini terdapat koleksi-koleksi yang terdiri dari karya-karya sastra, foto-foto unik yang ada dalam dalam sekuel laskar pelangi dan Sang pemimpi. Saya menyukai ketika berada di dalam museum ini. Bagiku museum ini sarat dengan edukasi dan sangat memberikan pemahaman akan budaya dan karya sastra. Seperti yang kita ketahui museum kata merupakan museum sastra pertama di Indonesia. Tujuan utama museum ini adalah untuk menginspirasi para generasi muda untuk berani bermimpi dan tidak pantang menyerah, dimana hal ini sesuai dengan semangat laskar pelangi dan tentu saja untuk melestarikan nilai-nilai pendidikan. Di museum ini terdapat ruang Ikal dan ruang Lintang. Kemudian ke rumah orang tua Andrea Hirata selanjutnya melaksanakan sholat dhuhur di Masjid Al-Hikmah. Masjid ini terletak tepat di depan Museum Kata.

[caption id="attachment_353877" align="aligncenter" width="300" caption="Museum Kata Andrea Hirata (dok.pribadi)"]

1425460279226449788
1425460279226449788
[/caption]

[caption id="attachment_353869" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu ruangan di Museum Kata (dok. pribadi)"]

1425459556984361528
1425459556984361528
[/caption]

[caption id="attachment_353942" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Orangtua Andrea Hirata (dok. pribadi)"]

14254658591166494183
14254658591166494183
[/caption]

Setelah sholat maka tujuanku selanjutnya adalah ke Replika SD Muhammadiyah Gantong yang terletak di desa Lenggang di daerah Bukit Raya.

[caption id="attachment_353879" align="aligncenter" width="300" caption="Replika SD Muhammadiyah Gantong (dok.pribadi)"]

14254604181669841035
14254604181669841035
[/caption]

Bukit raya merupakan bukit sisa material bekas penambangan timah yang kemudian dimanfaatkan  sebagai tempat berdirinya bangunan  Replika SD Muhammadiyah. Saat saya berkunjung, saya merasa takjub sendiri memandang bangunan SD ini. Di sisi kiri dari bangunan ini terdapat sebuah kolong bekas penambangan timah masa lalu. Jujur, saya sendiri takut berada di bangunan ini karena daerahnya sunyi.

Setelah itu saya pun menuju pasar Gantong. Sambil berjalan kaki, maklumlah gak ada ojek di tempat ini tiba-tiba ada bapak yang mendekat dan menanyakanku hendak kemana. Dengan cepat kujawab mau ke Gantong pak dan entah kasihan atau apalah bapak itu bersedia mengantarku. Dalam perjalanan ke Gantong ( bukit raya – Gantong sekitar 10 menit) bapak itu mengajakku makan dan dengan halus kutolak, maklumlah saya masih kenyang dan dia mengatakan di Belitung Timur ini aman kok.

Sampai di daerah pasar Gantong, saya menuju warung Pak Marten. Di warung ini saya memesan es teh manis maklumlah cuaca panas membuatku haus ditambah lagi air di botolku tersisa sedikit lagi sambil menunggu es teh manis datang, saya bertemu dengan bapak yang berasal dari Kota Pare-Pare, dan bapak itu langsung mengajakku bercerita sekitar 15 menit kuhabiskan waktu di warung ini. Kata Pak Marten (pemilik warung ) saat syuting laskarpelangi kru dan beberapa artis sering nongkrong disini. Setelah menghabiskan es saya pun bermaksud untuk membayar eee taunya pak Marten bilang gak usah bayar buat kamu gratis aja. Alhamdulillah dan tak lupa kuucapkan terima kasih. Pesan terakhir dari bapak, kalau kau ke Belitung Timur jangan lupa singgah disini.

[caption id="attachment_353882" align="aligncenter" width="300" caption="Bersama pak Marten (dok.pribadi)"]

142546055695445214
142546055695445214
[/caption]

Dariwarung pak Marten saya pun berjalan mencari ojek karena tak ada ojek saya pun menumpang dengan ibu yang akan berangkat ke kebun, kebetulan rute yang dilewati sama. Turun dari motor ibu saya pun berjalan kaki, dalam perjalanan saya melihat banyak pohon rambutan yang sedang berbuah dan nampak merah ingin rasanya kupetik tapi rasa takut menghampiriku, jangan sampai sakit perut. Sekitar 20 menit berjalan saya menoleh kebelakang dan melihat mobil bak terbuka tentunya langsung kuparkir, kubilang sama bapak, bolehkah saya menumpang ke Manggar. Kata bapaknya boleh, kebetulan dia mau ke Manggar. Bapak menyuruhku duduk di depan bersama istrinya tapi dengan halus kutolak, cukup dibelakang saja bersama kelapa-kelapa. Di perjalanan ini kusempatkan berfoto di bak terbuka.

[caption id="attachment_353883" align="aligncenter" width="300" caption="Edisi Numpang Bak terbuka yang isinya kelapa (dok.pribadi)"]

14254606171251347748
14254606171251347748
[/caption]

Kamis, 26 Februari 2015, Pukul 05.30 saya menuju bukit samak. Di bukit samak ini terdapat restoran dan taman bermain. Di bukit samak inilah juga rumah jabatan bupati dan wakil bupati  Belitung Timur berada, setelah puas selanjutnya saya menuju pantai untuk menyaksikan terbitnya matahari pagi di Pantai Lalang. Sedikit cerita tentang Pantai Lalang atau pantai Nyiur melambai. Pantai dengan keindahan pasir putih dan bebatuan yang begitu besar, dengan pengamatanku garis pantai ini begitu panjang membuatku leluasa untuk melepas pandangan ke segala penjuru. Pagi itu nampak beberapa orang seorang berjalan-jalan di pinggir pantai, setelah mengambil beberapa foto waktunya pulang. Dalam perjalanan pulang saya kulong minyak.

[caption id="attachment_353941" align="aligncenter" width="300" caption="Menanti Sunrise di pantai Lalang"]

14254657161045338683
14254657161045338683
[/caption]

Pukul 09.00 dengan menumpang ojek menuju ke Kecamatan Damar. Di kecamatan Damar saya mengunjungi beberapa tempat antara lain.

1. Vihara Dewi Kwanim

Vihara atau Klenteng ini diresmikan oleh Bupati A. S. Kristyanto pada 24 Januari 1987. Vihara memiliki 3 pondok yakni pondok cempaka, pondok teratai, pondok wijaya kusuma. Vihara ini terletak di atas bukit yang menghadap ke arah selat karimata (info ini kudapatkan dari hasil pembicaraan dengan bapak di Pantai Burung Mandi). Vihara ini juga merupakan  bukti sejarah peradaban Budha China yang ada di Belitung. Kata seorang supir, semenjak Belitung ramai dengan wisata laskar pelanginya  maka vihara ini pun ramai dikunjungi.

[caption id="attachment_353895" align="aligncenter" width="300" caption="Gerbang Vihara Dewi Kwanim(dok.pribadi)"]

1425461668541685807
1425461668541685807
[/caption]

[caption id="attachment_353896" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana didalam Vihara Dewi Kwanim (dok.pribadi)"]

14254617381973166988
14254617381973166988
[/caption]

2. Pantai Burungmandi

Setelah puas keliling di Vihara selanjutnya saya menuju Pantai Burungmandi, dari Vihara saya berjalan sekitar 10 menit ke Pantai.Pantai agak terbuka, latar belakang pantai ini adalah Gunung Burungmandi yang hijau. Pantai ini dihiasi oleh jajaran pohon pinus yang tinggi-tinggi yang berfungsi memberikan perlindungan garis pantai dimana pantai ini sangat rentan terhadap abrasi. Pantai pasir putih dan pohon pinus bagiku suatu perpaduan yang sempurna yang mampu memberikan keindahan dan keteduhan. Hampir saja aku tertidur di pantai ini. Menurut buku warisan Geologi Pulau Belitung karangan Oktariadi, Oki (2014) daerah Burungmandi ditemukan oleh Abdul Gafar pada abad ke 16 atau 17.

[caption id="attachment_353904" align="aligncenter" width="300" caption="Pantai Burungmandi (dok.pribadi)"]

14254622921646208238
14254622921646208238
[/caption]

Nama Burungmandi sendiri diberikan oleh Gafar karena ia melihat banyak burung yang berkumpul untuk mandi di pantai. Posisi desa Burungmandi yang letaknya strategis sehingga banyak kapal niaga dunia baik yang berasal dari eropa maupun cina yang mendarat.

Perjalanan  menuju bukit batu asli menguras tenaga kalau di referensi mengatakan sekitar 2 km dari panrai burungmandi, ternyata salah besar, yang benarnya dari kantor desa Burungmandi sekitar 3,5 km dengan jalan yang mulus dan medan turun naik. Karena tak mendapatkan tumpangan dan ojek akhirnya saya berjalan kaki ditengah terik matahari. Setengah perjalanan rasa lelah dan haus menghampiriku, hingga botol airku kosong dan jujur saja saya hampir memutar balik, kalau tak ingat pesan seseorang. Hingga akhirnya ujung perjalananku sampai di tempat tujuan.

3.Pantai Bukit Batu

Pantai ini terletak di Desa Malanglepau, dari kantor Desa Burungmandi sekitar 3, 5 km. Di pantai ini  banyak terdapat batuan granit dengan ketinggian sekitar 20 meter, terus disetiap kaki tebing berserakan bongkahan-bongkahan batuan sampai ke arah lepas pantai. Salah satunya yakni Batu Canon yang terlihat indah dan mempesona apabila dilihat dari bukit. Menurut Mbak Ella (petugas penjual karcis) pemilik pantai bukit batu adalah pak Ahok. Di tempat ini terdapat restoran, toilet dan bungalow. Biaya masuk ke tempat ini sebesar Rp. 5.000,-/orang.

[caption id="attachment_353902" align="aligncenter" width="300" caption="Pantai Bukit Batu (dok.pribadi)"]

1425462214992579483
1425462214992579483
[/caption]

Setelah dari tempat ini saya pun beranjak pulang, lagi-lagi yang menjadi masalah tak ada angkutan ataupun ojek. Karena mungkin faktor kasihan akhirnya mbak Ella mengantarkanku sholat duhur di masjid yang ada di Burungmandi, setelah itu dia mengantarkanku ke pasar Damar. Dari Pasar Damar lagi-lagi aku menumpang bak terbuka, hingga mencapai GOR Belitung, tetapi ditengah perjalanan mobil kehabisan bensin, dan sambil menunggu ternyata ada bus dari Tanjung Pandan menuju Manggar, tak lupa mengucapkan terima kasih kepada bapak pemilik mobil saya pun menuju Manggar dengan menggunakan Bus, tarif Rp. 10.000/orang.

[caption id="attachment_353884" align="aligncenter" width="300" caption="Edisi numpang dari Pasar Damar - GOR Belitung (dok.pribadi)"]

1425460799286032710
1425460799286032710
[/caption]

Jumat, 27 Febuari 2015. Saatnya menuju Tanjung Pandan. Dari terminal Manggar menuju Tanjung Pandan saya menggunakan Bus dengan Tarif Rp. 30.000,-/orang. Perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam, pukul 10.15 bus pun meninggalkan terminal manggar dan saya tiba di Tanjung Pandan pukul 13.28. Setelah sholat ashar saya pun berangkat  menuju Rumah Adat Belitung, Pantai Tanjung Pendam dan Rumah Tuan Kuase.

a.Rumah adat Belitung

Terletak di jalan Ahmad Yani. Berhubung saya datangnya di sore hari sehingga saya tak dapat masuk ke rumah adat tersebut. Saat memasuki halaman rumah maka pengunjung akan melihat sebuah bangunan besar yang berbentuk rumah panggung. Informasi pun kudapatkan dari Kak Zhia, Kak Arfa dan Kak Luke. Kata mereka rumah adat ini terdiri dari 3 bagian yakni ada ruang utama, loss dan tentu saja dapur. Hampir semua bagian dari rumah adat ini terbuat dari kayu ulin yang terkenal kuat dan tahan lama.

Rumah adat ini di bangun pada tahun 2004 dan pada 30 Juni 2009 rumah adat Belitung ini diresmikan oleh bapak Ir. Darmansyah Husein.

[caption id="attachment_353885" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Adat Belitung (dok.pribadi)"]

14254609161767384954
14254609161767384954
[/caption]

b.Pantai Tanjung Pendam.

Pantai ini memiliki luas sekitar 22 Ha. Di pantai ini terdapat restoran atau kios-kios, taman rekreasi, panggung hiburan dan  masih didalam kompleks pantai Tanjung Pendam terdapat 0 kilometer Belitung.

[caption id="attachment_353890" align="aligncenter" width="300" caption="Nol Kilometer Belitung (dok.pribadi)"]

14254612451787802816
14254612451787802816
[/caption]

Ough iya saat minggu pagi kawasan ini digunakan sebagai arena olahraga dan tentunya tempat  jualan makanan.

Hari itu kusempatkan menunggu matahari terbenam sambil menikmati kelapa muda. Tiket masuk ke lokasi ini sebesarRp. 2.000,-/orang dan harga kelapa muda Rp. 12.000,-/buah.

[caption id="attachment_353889" align="aligncenter" width="300" caption="Menanti sunset di Pantai Tanjung Pendam (dok.pribadi)"]

1425461186601494089
1425461186601494089
[/caption]

c.Rumah Tuan Kuase

Berdasarkan informasi yang saya peroleh, rumah tuan Kuase merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di Tanjung Pandan. Saat memasuki halaman depan rumah ini terlihat halaman yang rapi dan bersih, saya berpendapat bangunan ini sangat terawat. Di halaman rumah ini juga terdapat batuan granit loh yang cukup besar terus terdapat pohon beringin. Lokasi rumah Tuan Kuase tidak jauh dari Pantai Tanjung Pendam. Jika dari arah bundaran batu satam berada di sebelah kanan.

Sabtu, 28 Maret 2015.

Tujuanku hari ini adalah Pantai Tanjung Tinggi, Tanjung Kelayang terus menyeberang ke Pulau Lengkuas dan Tanjung Binga. Apa daya manusia bisa berencana dan Tuhan pun yang menentukan. Karena angkutan yang akan kugunakan mogok dan ternyata hanya satu angkutan yang menuju Tanjung Tinggi maka kuputuskan untuk menunggu. Sambil menunggu akupun ikut membantu pak supir memperbaiki mobil tersebut hingga pukul 10.50 kami mendapatkan bantuan, (sekampung pak supir). Sambil memperbaiki mobil, bapak yang membantu itu berkata bahwa supir itu adalah sekampungnya, yang kuingat dari pembicaraan itu dia berpesan kepadaku, kami ini sama-sama supir dan bersahabat, maka jika salah satu ada masalah kami berkewajiban saling membantu apalagi jika berada di jalan. Dia berpesan kepadaku jika kau memiliki sahabat dan kalian sama-sama sedang merantau, maka saling membantulah dan jangan ada yang menjadi pengkhianat, janganlah seperti yang terjadi terhadap Ketua KPK hahaha…

Pukul 11.25 angkutan baru bergerak menuju Tanjung Tinggi. Jarak Tanjun Pandan ke Tanjung Tinggi 31 Km.

Karena tak ada macet ditambah dengan jalan yang mulus pukul 12.00 aku pun tiba di Pantai Tanjung Tinggi. Pantai tanjung tinggi memiliki areal seluas sekitar 80 ha, dengan ombak yang tenang, areal pasir putih yang bersih. Tampak hari itu seorang bule sedang berjemur. Pantai ini merupakan lokasi syuting laskar pelangi, di pantai juga saya melihat dan menurut referensi batu yang berbentuk papaya dengan tinggi sekitar 10 meter.Di pantai ini juga banyak terdapat pedagang makanan.

[caption id="attachment_353905" align="aligncenter" width="300" caption="Pantai Tanjung Tinggi (dok.pribadi)"]

14254625221284768919
14254625221284768919
[/caption]

[caption id="attachment_353944" align="aligncenter" width="300" caption="Lokasi syuting Laskar Pelagi (dok.pribadi)"]

1425466296679728107
1425466296679728107
[/caption]

[caption id="attachment_353947" align="aligncenter" width="300" caption="Batu Papaya (dok.pribadi)"]

1425466636201038994
1425466636201038994
[/caption]

Setelah melaksanakan sholat duhur saya pun berjalan kembali di daerah Pantai Tanjung tinggi. Tujuanku selanjutnya adalah daerah Tanjung Binga. Lagi-lagi saya mendapatkan tumpangan hingga di depan bukit berahu.

[caption id="attachment_353936" align="aligncenter" width="300" caption="Cottage di Bukit Berahu (dok.pribadi)"]

1425465024158059598
1425465024158059598
[/caption]

Bukit Berahu berada di daerah Tanjung Binga. Bukit ini dilengkapi dengan cottage, bungalow dan restoran. Bangunan yang berada di bukit berahu dirancang dari kayu dengan unsur tradisional Belitung. Pulang dari Bukit Berahu saya mendapatkan tumpangan dari ibu yang akan menuju Tanjung Pandan, menumpang dengan beliau ada syaratnya harus membelikannya bensin 2 liter. Bagiku tak masalah, dalam perjalanan menuju Tanjung Pandan ibu itu mengira saya adalah pedagang buku, maka kujawab bukan bu. Ujung-ujungnya dia menawari pekerjaan, tapi pekerjaan apa dulu, dia menyuruhku melamar jadi pembantu rumah tangga dengan gaji Rp. 1.000.000/bulan. Astaga... dan kujawab terima kasih ibu saya gak berminat. (Ketika pulang kuceritakan hal ini kepada mama aji dan kak Arfa mereka gak berhenti tertawa) saya menumpang hingga Jalan Pattimura. Dari jalan ini saya menggunakan ojek menuju kolong keramik dengan tarif Rp. 10.000

Kolong keramik. Terletak di jalan Ahmad Yani. Saat saya berkunjung nampak beberapa orang sedang memancing. Kolong ini merupakan saksi sejarah adanya penambangan kaolin yang digunakan sebagai bahan baku keramik. Dari kolong keramik aku menuju Ex pabrik keramik.

[caption id="attachment_353937" align="aligncenter" width="300" caption="Kolong Keramik (dok.pribadi)"]

14254651031788859371
14254651031788859371
[/caption]

Ex Pabrik Keramik

Terletak di jalan Ahmad Yani merupakan eks pabrik PT. KIA. Kawasan ini terbengkalai yang tersisa nampak bagiku adanya dua cerobong asap. Menurut masyarakat (Kak Arfa dan Kak Luke) pabrik ini dulunya memproduksi keramik yang akan dikirim ke seluruh Ind dan merupakan pabrik keramik modern pertama di Ind dan terbesar  di Asia. Adapun penutupan pabrik ini disebabkan biaya distribusi barang ke Jakarta ternyata jauh lebih besar dibandingkan jika hanya mengirim bahan mentahnya saja.

[caption id="attachment_353916" align="aligncenter" width="300" caption=" Cerobong Asap di Ex Pabrik Keramik (dok.pribadi)"]

14254632512088714298
14254632512088714298
[/caption]

Minggu, 1 Maret 2015, Tujuanku adalah ke Tanjung Kelayang dan tentu saja ke Pulau Lengkuas. Kata kak Arfa, karena kau telah mengetahui jalan menuju ke Tanjung Kelayang sebaiknya kau menggunakan motor saja (sebenarnya sejak hari sabtu kak arfa menyuruhku menggunakan motor tapi dengan halus kutolak. Adapun alasanku karena ingin mengetahui jalan dulu)

Tiba di tanjung kelayang, saya menemukan teman yang akan menuju Pulau Lengkuas. Wah bisa Sharing Cost nich. Kami mendapatkan perahu dengan tariff Rp. 450.000. Berikut ini sedikit cerita yang kudapatkan saat mengunjungi tempat-tempat tersebut.

a.Tanjung Kelayang.

Tanjung kelayang merupakan pelabuhan untuk menuju pulau lengkuas. Tanjung Kelayang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil yang terbentuk dari batu-batu granit. Dari Tanjung Kelayang ini saya dibantu pak yanto melihat bentukan batu granit yang menyerupai binatang misalnya batu garuda dan batu berlayar.

[caption id="attachment_353938" align="aligncenter" width="300" caption="Batu Garuda (dok. pribadi)"]

14254651641923191929
14254651641923191929
[/caption]

[caption id="attachment_353939" align="aligncenter" width="300" caption="Batu Berlayar (dok.pribadi)"]

14254653421683716314
14254653421683716314
[/caption]

b.Pulau Lengkuas

Mengutip kata Pak Yanto, belum dianggap ke Belitung jika belum mengunjungi pulau lengkuas. Di pulau ini terdapat mercusuar  dan house history of Lengkuas. Mercusuar dengan tinggi 65 meter, jumlah lantai 18 dan anak tangga 313. Mercusuar ini dibangun pada tahun 1882 oleh pemerintahan colonial Belanda dan hingga saat ini masih berdiri dengan kokoh dan tegak. Menurut petugas, mercusuar ini masih berfungsi dengan baik dan  merupakan penuntun lalu lintas kapal yang melewatu pulau Belitung.

[caption id="attachment_353932" align="aligncenter" width="300" caption="Mercusuar (dok.pribadi)"]

1425464256161000931
1425464256161000931
[/caption]

[caption id="attachment_353933" align="aligncenter" width="300" caption="Pemandangan dari Mercusuar (dok.pribadi)"]

14254643231619570719
14254643231619570719
[/caption]

Sebelum masuk ke mercusuar, pengunjung harus membayar Rp. 5.000,-/orang dan melepas sendal kemudian mencuci kaki. Pemandangan dari puncak mercusuar sangat indah. Ough iya di pulau Lengkuas ini sendalku hilang...hikst..padahal sendal itu memiliki sejarah. Selanjutnya menuju Pulau Pasir

[caption id="attachment_353934" align="aligncenter" width="300" caption="Pulau Pasir bersama Pak Yanto (dok.pribadi)"]

14254648171948682275
14254648171948682275
[/caption]

Sebenarnya tempat ini belum bisa dikatakan pulau lebih cocok disebut Gusung. Sepengetahuanku di katakan pulau jika tidak tenggelam saat air pasang. Tempat ini hanya hamparan pasir yang tidak mempunyai batu-batu dan pohon-pohon. Setelah berfoto tujuan selanjutnya ke Pulau Kepayang.

[caption id="attachment_353935" align="aligncenter" width="300" caption="Restoran yang ada di Pulau Kepayang (dok.pribadi)"]

1425464866645382176
1425464866645382176
[/caption]

Kata bapak kapal pulau Kepayang disebut juga pulau Babi. Hal ini disebabkan karena pulau ini merupakan tempat tinggal bali di zaman orba. Di pulau ini terdapat penangkaran penyu. Jika kita berada di restoran maka pemandangan utama adalah formasi batu granit raksasa. Di pulau ini terdapat juga cottage. Pukul 15.10 saya pun tiba dengan selamat di Tanjung Kelayang. Ombaknya bersahabat. Tujuan selanjutnya adalah kampung nelayan di Tanjung Binga.

Penduduk yang berada kampung  nelayan merupakan perantauan dari suku bugis dan ternyata berasal dari kab. Bone. Alhasil saat menginjakkan kaki di tempat ini, saya  merasa pulang kampung. Di tempat ini saya bertemu dengan istri-istri nelayan sedikit cerita tentang kehidupan mereka. Menurut ibu-ibu, dalam pembuatan ikan asin mereka tidak menggunakan formalin. Dari Kampung Nelayan kupacu motor untuk menuju Museum Belitung. Pukul 16. 25 saya pun tiba di Museum Belitung.

[caption id="attachment_353929" align="aligncenter" width="300" caption="Pembuatan ikan asin di kampung nelayan (dok.pribadi)"]

142546400843580744
142546400843580744
[/caption]

[caption id="attachment_353931" align="aligncenter" width="300" caption="Bersama istri-istri nelayan di kampung nelayan, Tanjung Binga (dok.pribadi)"]

1425464059822915934
1425464059822915934
[/caption]

Museum ini berada di Jalan Melati, berdekatan dengan RS Belitung. Museum ini menyimpan berbagai jenis bebatuan. Di dalam museum akan ditampilkan sejarah perjalanan eksplorasi penambangan timah baik secara tradisional maupun modern. Museum ini diprakarsai oleh Dr. Osberger yang merupakan seorang ahli Geologi yang berkebangsaan Austria pada tahun 1962.

Museum ini memiliki 4 ruang pamer. Pada bagian belakang museum terdapat kebun binatang. Tiket masuk ke museum hanya Rp. 2.000,-/orang. Setelah berkeliling museum Belitung dan rasa lapar pun menyerang, maka kuputuskan untuk menyantap mie atep sebelum menuju ke Kolong Murai.

[caption id="attachment_353926" align="aligncenter" width="300" caption="Museum Belitung (dok.pribadi)"]

14254638451066247338
14254638451066247338
[/caption]

Mie Atep  terletak di Jalan Sriwijaya No. 27. Di kios ini menjual mie Belitung. Hari itu saya pun mencoba mie Belitung dengan es the manis seharga Rp. 18.000,-. Dalam penyajiannya mie ini dilengkapi dengan emping, potongan empek-empek, tahu dan ketimun serta kuah yang kental. Dari Mie Atep tujuan akhir saya adalah ke Kolong Murai atau Danau Kaolin atau Danau Biru.

[caption id="attachment_353928" align="aligncenter" width="300" caption="Mie Atep (dok.pribadi)"]

1425463933535807957
1425463933535807957
[/caption]

Tempat ini terletak di jalan Murai. Menurut masyarakat Belitung kolong berarti Danau. Kolong Murai ini terbentuk akibat pengambilna atau penambangan tanah kaolin sedalam 2 sampai 10 meter. Hamparan tanah kaolin yang berwarna putih dipermukaan dan didasar danau sehingga membuat air berwarna kebiru-biruan. Kalau ke tempat ini jangan terlalu dekat ke bibir danau, hal ini disebabkan tanah pinggir danau sangat rapuh.

[caption id="attachment_353922" align="aligncenter" width="300" caption="Kolong Murai (dok.pribadi)"]

14254635611958664859
14254635611958664859
[/caption]

Dari perjalanan selama enam hari di Negeri Laskar Pelangi, saya menemukan banyak kebahagiaan, ketulusan, kedamaian dan keamanan. Perjalanan ini membuatku paham akan banyak hal, menghargai perbedaan dan belajar untuk menghormati orang lain dan tentu saja bertemu dengan orang-orang bugis. Saya berharap perjalanan kali ini dapat menginspirasiku untuk menjadi lebih baik, bukankah  disetiap perjalanan akan meninggalkan suatu kesan tersendiri. Mengutip kata seseorang bahwa Seni dari sebuah perjalanan adalah Seni Penemuan Diri.

Ucapan terima kasih kuucapkan kepada: Ishak, Keluarga baruku (mama, nenek dan bapak Aji, kak Sufi, Kak Arfa, Kak Luke, Iqbal dan Farrel serta adek kecil atas canda tawanya),  Bapak Nardi, Bapak Nardi dan Mbak Ella, dan semua yang tak sempat kusebutkan namanya. Semoga Tuhan YME membalas kebaikan kalian semua. Amien11x. Terakhir terima kasih buat Sang Pahlawan yang telah mengajariku optimis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun