Mohon tunggu...
Rianto Harpendi
Rianto Harpendi Mohon Tunggu... Insinyur - Chemical Engineer

Dum spiro, spero

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah yang (Belum) Menjadi Identitas

28 September 2020   07:11 Diperbarui: 30 September 2020   10:13 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang yang memiliki respon tidak mengakui sejarah cenderung tidak mau bertanggung jawab atas fakta yang telah terjadi dimasa silam. Seperti itulah sikap seseorang yang tidak mau mengakui punya mantan yang selingkuh. Dia mungkin masih menyimpan rasa sakit hati dan menyalahkan mantannya. 

Tetapi, ia melupakan satu hal penting, yaitu tidak mau mempelajari masa lalu (sejarah) calonnya sebelum jadian atau menikah. Atau bisa jadi, ia sebenarnya sudah tahu masa lalu calonnya yang tukang selingkuh, tetapi menyangkalnya karena menilai bahwa itu bukan masalah yang besar dan yakin calonnya pasti akan berubah.

Yang terakhir adalah tidak mau belajar dari sejarah. Sikap ketiga ini bisa jadi adalah orang yang sebatas memahami sejarah dan mengakuinya. Tetapi ia sulit atau tidak mau belajar dari sejarah. Salah satu sebabnya adalah tidak memahami sejarah dengan utuh. Sehingga, apa yang diakuinya dari sejarah bersifat bias. 

Orang yang memiliki respon seperti ini biasanya hanya mau menerima masa lalu yang baik dan indah saja. Mengabaikan fakta masa lalu yang buruk, yang sebenarnya melekat sebagai bagian yang tak terpisahkan. 

Akan tetapi, ada juga orang yang tidak mau belajar dari sejarah meskipun telah memahami sejarah dengan utuh dan menerima semua fakta sejarah, baik dan buruk. Mengapa? karena manusia memang seperti itu. Filsuf besar Jerman, Friedrich Hegel pernah menulis bahwa satu- satunya hal yang manusia pelajari dari sejarah adalah manusia tidak belajar apa- apa dari sejarah.

Sejarah telah mencatat, eksploitasi hutan dan alam secara masif demi mengejar pertumbuhan ekonomi hanya menyisahkan krisis iklim dan bencana alam. 

Bukan hanya itu, munculnya wabah juga dimulai dari rusaknya ekosistem alam liar. Manusia sudah tahu akibatnya tetapi masih saja dilakukan. Kita hanya mau ekonomi tumbuh tinggi tetapi tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan bumi. Sejarah juga mencatat bahwa batu bara merusak lingkungan, tetapi pembangkit listrik di Indonesia sebagian besar masih bersumber dari batu bara.

Riwayat Gestapu di Masa Kini

Lalu, bagaimana dengan sikap kita sebagai orang Indonesia terhadap peristiwa Gestapu?. Banyak diantara kita yang masih percaya dengan cerita didalam film Pengkhianatan G30S/PKI. 

Mengapa? karena kita tidak peduli dengan sejarah. Kita tidak mau mempertanyakan kebenaran dari film tersebut. Kita mudah didogma atau diindoktrinasi melalui film Pengkhianatan G30S/PKI. Tidaklah mengherankan bila ada orang yang percaya dan reaktif saat muncul isu yang mengatakan bahwa si A adalah anak atau keturunan PKI. Pun, munculnya isu kebangkitan PKI adalah bukti dari ketidaktahuan kita akan fakta sejarah.

Ilustrasi Palu dan Arit. Sumber: historia.id
Ilustrasi Palu dan Arit. Sumber: historia.id
Peristiwa Gestapu tidak bisa dipisahkan dari pembantaian massal pada tahun 1965-1968. Karena dua peristiwa itu saling berkaitan. Namun, nyatanya sampai sekarang banyak yang menyangkalnya, termasuk negara atau pemerintah. Sudah ada saksi, baik korban dan eksekutor, serta bukti kuburan massal korban pembantaian massal peristiwa 1965-1968. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun